Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kalimantan Kesulitan Air

25 Agustus 2019   18:46 Diperbarui: 25 Agustus 2019   19:13 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini, sebagian masyarakat perkampungan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sedang mengalami kesulitan air bersih. 

Kemarau panjang (catatan saya:sudah sebulan) menjadi penyebabnya. Debit air sungai-sungai kecil (anak sungai kapuas) mulai berkurang bahkan mulai mengering dengan menyisakan endapan lumpur saja.

Sumur-sumur galian manual di rumah-rumah warga kehabisan stok air tanah. Yang masih memiliki air hanyalah mereka yang mampu menyewa pengebor untuk membuat sumur sampai pada kedalaman belasan sampai puluhan meter.

Akibatnya, masyarakat di sekitar wilayah dimana saya berkarya, sejak sebulan terakhir mengandalkan air sungai yang keruh untuk mandi, cuci, dan minum.

Bagi masyarakat kecil yang belum mampu membeli air minum kemasan/air sulingan komersial yang harganya Rp 7000-Rp 10.000, air sungai yang sama menjadi satu-satunya sumber air minum bagi anggota keluarga. Padahal bukan rahasia lagi, jika sungai-sungai di sini sudah dicemari merkuri dari aktivitas tambang emas ilegal di hulu sungai dan zat-zat kimia berupa herbisida- pestisida-insektisida yang digunakan oleh pengelolah perkebunan sawit atau petani lokal.

Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan yang dahulunya merupakan Pulau yang identik dengan belantara dan banyaknya sungai, lama kelamaan akan tinggal kenangan. Baru panas panjang sebulan saja, sungai-sungai telah banyak mengering.

Menurut kesaksian para tetua Dayak, hal seperti ini baru dialami 10 tahun belakangan ini, ketika hutan-hutan ditebang secara bebas di era 2000-an yang disusul dengan ekspansi pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit di wilayah mereka. Mereka mengeluh bahwa pada zaman dahulu, mereka tidak perlu membeli air, sekarang ini mereka harus membeli air minum. Ironiskan???

Apakah Kalimantan di masa depan akan menjadi mantan kali?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun