Membaca puisi-puisi pelarian Wiji Thukul membangkitkan kembali ingatan kolektif akan kejamnya rezim Orba yang memberangus kebebesan rakyat yang menyuarakan kelaliman penguasa. Menikmati puisi Wiji Thukul juga membangkitkan gugatan kepada penguasa untuk jujur mengatakan di manakah mereka yang diculik pada Mei 1998?Â
Puisi Wiji Thukul adalah puisi para korban yang akan terus menjadi sebuah teror bagi mereka yang memang terlibat dalam penculikan dan penghilangan para aktivis pro demokrasi pada mei 1998 sebab seperti bait terakhir puisinya yang berjudul Apa Kira Penguasa Kita: ingatan rakyat serupa bangunan candi/kekejaman penguasa setiap zaman/terbaca di setiap sudut dan sisi/yang menjulang tinggi.
Puisi Wiji Thukul memberikan ispirasi bahwa seni apa pun bentuknya harus menjadi bahasa transformasi sosial, alat perjuangan, dan pencerahan atas kekacauan yang dialami oleh umat manusia dan alam semesta.