Mohon tunggu...
Fajar
Fajar Mohon Tunggu... Supir - PEZIARAH DI BUMI PINJAMAN

menulis jika ada waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Hitam Putih: Foto Boleh Hitam-Putih, Tetapi Hidup Tidak Sesederhana Hitam-Putih

4 Mei 2012   07:31 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 3748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_175327" align="aligncenter" width="640" caption="Anda Tidak Bisa Memilih Hitam atau Putih karena Keduanya Selalu Bercampur (Dok.Pribadi)"][/caption]

Sebuah ungkapan klasik sering dicuatkan: "hidup tidak sesederhana hitam dan putih." Ya, saya mengamini ungkapan ini. Karena hidup memang tidak sesederhana hitam dan putih saja. Apalagi bagi saya, anda, kita yang sejak dari kandungan ibu telah menghirup nafas kebudayaan Timur yang sejak semula mempunyai pandangan yang kompleks mengenai kehidupan. Bahwa hidup itu penuh warna, penuh rasa, penuh kesan, penuh tanya, penuh misteri yang selalu memberi ruang terbuka bagi aneka interpretasi yang tidak pernah final dengan titik hitam atau putih.

Akan tetapi, hitam dan putih, terang dan gelap, Yin dan Yang, baik dan jahat adalah warna dasar kehidupan. Sebagai dasar, hitam-putih melahirkan warna-warna lain. Karena hitam dan putih mewakili kenyataan-kenyataan hidup yang kontradiktif, unpredictable, dan terkadang bagi pola pikir Barat sulit untuk didamaikan. Bagi pola pikir barat, kenyataan hidup itu adalah hitam atau putih (titik), tidak ada koma. Hitam dan putih meringkaskan kenyataan bahwa manusia diciptakan pria dan wanita (normal) dan di luar pria dan wanita adalah sebuah anomali.Inilah produk pola pikir barat yang kemudian melahirkan sains. Sains lahir karena pola pikir yang rigid, ketat, dan tidak memberi ruang bagi misteri. Tubuh bukan lagi dilihat sakral, tetapi bisa dicacah-cacah, dipreteli untuk dipelajari anatominya sehingga melahirkan ilmu kedokteran modern.

Semuanya ini mau mengatakan bahwa struktur berpikir barat yang melihat kenyataan hidup itu hitam atau putih (atau dalam ranah filosofis sering diistilahkan dengan pola pikir either  or) memang telah melahirkan sains, tetapi kemudian disadari kemudian bahwa justru pola pikir inilah yang merusak tatanan dunia ini. Desakralisasi atas alam dan tubuh manusia terjadi, ketika alam dan tubuh hanya dilihat hitam atau putih. Karena itu, dunia barat kemudian mulai mengarahkan pandangan pada dunia timur. Pandangan dunia timur oleh sebagian besar orang diharapkan dapat menjadi solusi atas kekacauan hidup manusia dan alam dewasa ini.

[caption id="attachment_175329" align="aligncenter" width="648" caption="Kenyataan Hidup Tidak Sesederhan Garis Hitam-Putih di Kaki Langit-Laut (dok.pribadi)"]

13361152961594272396
13361152961594272396
[/caption]

Bagi saya yang dikandung, dilahirkan, dibesarkan dalam budaya timur akan berkata: "tunggu dulu Mr, Miss, dan bro!" Kenyataan dunia ini tidak harus hitam atau putih. Kenyataan dunia ini adalah hitam dan putih dan di antara hitam dan putih ada arsiran yang mendamaikan dan tidak harus selalu dipertentangkan. Di daerah arsiran itulah kenyataan hidup dunia dan manusia yang sesungguhnya penuh dengan ketidakpastian dan tanya berkepangjangan....inilah ruang bagi misteri yang sekaligus membentuk harmoni. Contoh: ketika sahabat saya kecelakaan dan harus, masuk UGD, dia masih berkata: "untung, tidak mati." Bagi pola pikir barat, pasti terasa aneh: "apa? udah celaka kog, masih dibilang beruntung. Edan!" Ya, bagi yang tidak memahami struktur berpikir orang timur pasti akan mengatakan edan. Karena bagi paradigma berpikir barat, celaka berarti tidak beruntung (titik, dan tidak ada koma).

Pola pikir ketimuran seperti ini, dalam diskursus filosofis sering disebut dengan struktur berpikir both and.  Frasa ini mau meringkaskan bahwa pola pikir timur tidak memandang keyataan hidup hitam atau putih, tetapi kedua-duanya, bisa hitam, bisa putih, tergantung dari sudut pandang mana anda memandang, menafsirkan, dan menilainya. Pola pikir ketimuran ini disadari akhir-akhir ini oleh dunia barat lebih akomodatif, lebih memberi ruang bagi aneka sudut pandang yang bukannya memisahkan, mempertentangkan, tetapi mendamaikan.

Karena itu, alam tidak lagi dilihat sebagai objek yang terpisah atau berjarak dari manusia sebagai subjek. Alam lebih dilihat sebagai jagad gede dan manusia adalah jagad cilik atau makrokosmos dan mikrokosmos yang harus diharmonikan. Sebagai jagad gede, alam semesta harus dilestarikan karena itu adalah perpanjangan tubuh manusia. Menghargai alam berarti menghargai tubuh. Mencintai sesama berarti mencitai dirinya sendiri.

[caption id="attachment_175332" align="aligncenter" width="620" caption="Hitam dan Putih Selalu Saling Mengarsir (dok.pribadi)"]

1336115682229529697
1336115682229529697
[/caption]

Di penghujung refleksi ini, saya hanya mau mengatakan jangan pernah melihat kenyataan hidup hitam atau putih saja, terang atau gelap saja, baik atau jahat saja sebagai dua kutub atau kekuatan yang dipertentangkan tetapi pandanglah keduanya sebagai sebuah harmoni yang menjadi abu-abu karena memang kehidupan manusia tidak sesederhana hitam vs putih, tetapi abu-abu. Jika kegelapan mulai melingkupi hidupmu, yakinlah selalu bahwa setelah mendung pasti akan hujan, dan matahari akan kembali bersinar cerah dalam hidupmu. Alam telah mengajari kita banyak hal sebagai buku yang terbuka untuk melihat dan memaknai hidup tidak sebatas hitam atau putih.

[caption id="attachment_175333" align="aligncenter" width="595" caption="Diantara Hitam dan Putih selalu Nyempil Abu-abu Yang Taktertebak (dok.pribadi)"]

1336116349719005887
1336116349719005887
[/caption]

Weekly Photo Challenge: BW Photo

Berikut daftar judul tulisan terkait untuk tema minggu ini:

  1. Kampret: Mawar Putih dalam Hitam Putih
  2. BW itu Black and White, bukan BerWarna
  3. Hitam dan Putih Kehidupan
  4. I Love You…Bobok Yuk? (Foto Esai)
  5. Hitam Putih Para Pengelana Sanghyang Sirah
  6. Damascus in Black and White
  7. Sensasi Hitam Putih
  8. Baghdad Cafe, 2010 (BW for Kampret)
  9. Musik Dalam Hitam Dan Putih
  10. Hitam Putih dan Sebuah Cerita Kenangan
  11. Foto BW, Pendidikan Nasional
  12. Hitam Dan Putih Cheung Chau Bun Festival 2012
  13. [WPC-2] Sudut-sudut Kota Tua dalam Nuansa Hitam Putih
  14. Hitam Putih dalam Fotografi
  15. Aku, Kamu, dan Dia
  16. Harimau-harimau dalam Gelas (Hutang RI Rp 2.000 Trilyun!)
  17. Potret Hitam Putih Kehidupan Malam
  18. Yogyakarta Dalam Pesona Hitam Putihku
  19. Mencari Nyah Nem di Sarkem Street
  20. Kering, Meranggas, Terhempas
  21. Hitam Putih Keceriaan di Hari Buruh
  22. Sajak Terang Benderang
  23. Hitam dan Putih, Melihat Indonesia di Atas Meja Bundar
  24. Mawar Merah pun Menjadi Hitam
  25. Hitam Putih; Bercerita Rentang Hidup
  26. Kehadiran Mereka Pada Suatu Dimensi Kehidupan
  27. Pesona Suramadu Saat Menunggu Munculnya Sang Mentari
  28. Hitam Putih itu Soal Rasa dan Selera
  29. [WPC-2] Bocah-bocah Berwajah Sendu di Stasiun (Hitam Putih Nasibmu, Dik!)
  30. Melatih Kreatifitas Anak dengan Memotret
  31. Foto Jurnalistik Warga, Masih Hitam Putih?
  32. 540 Px Saja yah… Mmuachhhh… Lup Yu
  33. Humor Berharga Foto Hitam Putih
  34. Menikmati “Sate Klopo” Dalam Suasana Kuno dan Asri di Ondomohen
  35. Pelajaran Hidup dalam Semalam Untuk Danny
  36. Through the Lens: satu cara menikmati ciptaan Sang Pecipta di belakang rumah
  37. Polisi dan Suatu Ketika
  38. Ekspresi Hitam Putih Anak Negeriku: Mereka Terlahir sebagai Titipan
  39. Sekelumit Cerita Hitam Putih
  40. Warna-warni Potret Hitam Putih Manusia
  41. Hitam Putih Cerita Dunia Tenaga Kerja di Malaysia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun