Angin perpolitikan Greenland sendiri dimulai tahun 2008, melalui referendum, Greenland memperoleh otonomi yang lebih besar, termasuk kontrol atas sumber daya alam dan kebijakan luar negeri tertentu. Meskipun demikian, Denmark masih bertanggung jawab atas pertahanan dan kebijakan luar negeri Greenland. Walau begitu, Greenland saat ini memiliki otonomi pemerintahan yang dijalankan dengan sistem parlementer, di mana perdana menteri bertindak sebagai kepala pemerintahan.
Sumber Daya Alam Greenland
Greenland sebagai Jalur Perdagangan Terbaru
Pemanasan Global yang terus terjadi di sepanjang tahun telah membuat Greenland kehilangan esnya. Bahkan dalam musim dingin, lautan di sekitar Greenland sudah tidak membeku seperti biasanya. Sejak tahun 1992, Greenland telah kehilangan sekitar 182 miliar ton (169 miliar metrik ton) es setiap tahun, dengan kerugian mencapai 489 miliar ton per tahun (444 miliar metrik ton) pada tahun 2019. Lebih lanjut, menurut Andreas Ahlstrm, seorang ahli Glasiologis di GEUS (Geological Survey of Denmark and Greenland) mengatakan "Kami menghitung bahwa jumlah tersebut setara dengan 2,5 juta liter per detik sepanjang tahun, siang dan malam," yang jika dihitung akan setara dengan 150 juta liter per menit, 9.000 juta (9 miliar) liter per jam, dan 216.000 juta (216 miliar) per hari.
Â
Tak hanya Greenland, lautan Artik yang tadinya beku sepanjang musim dingin juga tidak demikian. Mencairnya es yang ada di sekitar Greenland dan laut Artik telah membuka mata Amerika Serikat. Alih-alih sekadar sumber daya alam, mencairnya es-es yang ada di Greenland memberikan pengaruh bagi Trump untuk tetap bisa mengambil alih Greenland. Faktor Geopolitik Greenland. Setelah mencairnya es yang ada di Greenland, serta letaknya yang diapit oleh Samudra Atlantik Utara dan Arktik memungkinkan kesempatan pada kapal-kapal pengangkut barang perdagangan international untuk menghemat waktu perjalan dari satu negara ke negara lainnya atau dari satu Benua ke Benua lainnya lewat Lintasan Barat Laut, di sepanjang garis pantai utara Amerika Utara, dan Rute Laut Transpolar, melalui pusat Samudra Arktik. Saat es laut Arktik mencair, rute-rute ini dapat mengurangi waktu pengiriman dan melewati titik-titik sempit tradisional seperti Terusan Suez dan Panama.
Greenland memiliki potensi strategis untuk memengaruhi hasil persaingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Tiongkok telah menunjukkan ketertarikannya pada kekayaan mineral Greenland serta perannya dalam mengendalikan jalur perdagangan di wilayah Arktik. Pada tahun 2018, Dewan Informasi Negara Republik Rakyat Tiongkok merilis buku China's Arctic Policy, yang menguraikan strategi Arktik mereka, termasuk rencana membangun "Jalur Sutra Kutub" sebagai bagian dari proyek infrastruktur global. Namun, upaya tersebut gagal akibat tekanan dari Amerika Serikat. Selain itu, AS juga berhasil menggagalkan rencana Tiongkok untuk membangun bandara baru dan mengubah pangkalan militer Denmark yang terbengkalai menjadi fasilitas penelitian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI