Peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 6 Januari 2025 merupakan langkah konkret dalam menghadapi persoalan serius terkait gizi buruk dan stunting, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Program ini tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga bertujuan jangka panjang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai pijakan menuju Indonesia Emas 2045. Dalam konteks pembangunan nasional, kesehatan gizi generasi muda merupakan investasi penting yang menentukan daya saing bangsa di masa depan.
Akar Masalah dan Urgensi Program MBG
Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 21,5% pada anak balita. Angka ini menunjukkan bahwa target penurunan stunting menjadi 14% pada tahun 2024 masih jauh dari tercapai. Stunting tidak hanya berpengaruh terhadap tinggi badan, tetapi juga berdampak negatif pada perkembangan otak, konsentrasi belajar, dan produktivitas kerja di masa depan. Oleh sebab itu, diperlukan intervensi yang menyeluruh dan terstruktur sejak usia dini, termasuk melalui program pemberian makanan bergizi.
Tujuan dan Kelompok Sasaran
Program MBG ditujukan bagi anak-anak dari tingkat pendidikan usia dini hingga menengah atas, termasuk para santri, serta ibu hamil dan menyusui. Setiap penerima manfaat akan memperoleh satu porsi makanan bergizi per hari sekolah, yang setidaknya mencukupi sepertiga kebutuhan kalori harian mereka. Target jangka panjangnya adalah menjangkau sekitar 82,9 juta orang pada tahun 2029. Menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan usia dan mempertimbangkan keragaman lokal agar tetap relevan secara budaya dan nutrisi.
Pelaksanaan dan Pendanaan
Untuk menjalankan program ini, pemerintah membentuk Badan Gizi Nasional (BGN) pada Agustus 2024 sebagai lembaga khusus yang mengoordinasikan pelaksanaannya. Anggaran yang disediakan untuk tahun pertama (2025) mencapai  Rp71 triliun, dengan tambahan dana sebesar Rp50 triliun untuk mempercepat pencapaian target. Selain didanai negara, program ini melibatkan sekitar 30.000 mitra, termasuk pelaku usaha kecil dan koperasi, dalam penyediaan bahan pangan. Keterlibatan pelaku ekonomi lokal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Tantangan Implementasi
Meskipun tujuannya sangat strategis, pelaksanaan program MBG tidak lepas dari kendala. Sejumlah daerah melaporkan hambatan dalam distribusi makanan akibat minimnya infrastruktur logistik dan manajemen rantai pasok. Di sisi lain, keberlanjutan pendanaan menjadi sorotan publik, terutama mengingat besarnya anggaran yang dialokasikan. Tidak sedikit pula yang mengkritik prioritas program ini, mengusulkan agar dana lebih difokuskan pada perbaikan kualitas pendidikan dan fasilitas sekolah yang belum merata.
Manfaat Strategis Program MBG
Terlepas dari kritik tersebut, MBG memiliki potensi jangka panjang yang signifikan:Â
- Perbaikan Gizi Nasional: Asupan makanan bergizi secara rutin dapat menurunkan angka kekurangan gizi dan mempercepat penurunan stunting.
- Meningkatkan Daya Belajar: Anak-anak yang cukup nutrisi cenderung memiliki konsentrasi belajar dan daya tangkap yang lebih baik.
- Pemberdayaan Ekonomi: Pelibatan UMKM dan koperasi dalam rantai pasok pangan menciptakan peluang ekonomi baru.
- Ketahanan Pangan Lokal: Program ini dapat mendorong produksi pangan lokal yang lebih sehat, beragam, dan berkelanjutan.