Mohon tunggu...
Faizal Chandra
Faizal Chandra Mohon Tunggu... Relawan - Guru Matematika

terus belajar dan terus belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanpa PR, Dampak Buruk atau Baik Bergantung Kepada Siswa Itu Sendiri

22 Juli 2018   21:58 Diperbarui: 22 Juli 2018   22:19 1212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber :tinnhanh.dkn.tv

Dinas Pendidikan Kota Blitar, Jawa Timur, akan mengeluarkan surat edaran tentang pelarangan guru-guru di sekolah untuk tidak lagi memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada murid-muridnya. Surat edaran itu diharapkan para murid memiliki banyak waktu belajar soal pendidikan karakter lingkungan keluarga dan masyarakat.

Kompasianer, bagaimana tanggapan Anda mengenai kebijakan tidak ada PR di rumah. Apakah ini sebuah langkah tepat untuk membangun karakter si anak, atau justru sebaliknya? Atau mungkin Anda punya cara tersendiri untuk mendidik karakter anak yang ingin dibagikan ke khalayak?

Tulisan diatas adalah deskripsi dalam topik pilihan Tidak ada PR Hari Ini.

Beberapa hari yang lalu, publik dikejutkan dengan pemberitaan bahwa Dinas Pendidikan Kota Blitar melarang Guru memberikan Pekerjaan Rumah (PR) untuk siswa. Larangan ini mulai diterapkan pada tahun ajaran baru ini. Dengan tidak adanya PR. Diharapkan dapat memberikan waktu untuk mereka belajar mengenai pendidikan karakter di rumah maupun di lingkungan masyarakat. 

Larangan pemberian PR ini dikarenakan saat ini minim nya pendidikan karakter di lingkungan keluarga karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dan juga tidak memiliki waktu untuk belajar agama di TPQ.

Lalu mereka juga jarang memiliki waktu untuk berolahraga karena senin sampai jum'at mereka belajar di sekolah lalu sabtu dan minggu mereka menghabiskan waktu untuk bermain, menonton tv dan terkadang mengerjakan PR. Maka dari itu dengan adanya pelarangan ini diharapkan dapat membuat siswa-siswa memiliki akademik yang bagus, Agamanya mumpuni dan fisiknya kuat.

Namun Larangan ini seperti hal nya kebijakan-kebijakan lainnya, ada yang mendukung dan tidak sedikit yang menentang. Pihak yang mendukung larangan ini dikarenakan dengan adanya larangan ini dapat memberikan banyak waktu luang kepada para siswa untuk mengembangkan bakat nya baik seni maupun olahraga, belajar agama lebih dalam lagi seperti mengikuti TPQ dan Madrasah Diniyah, belajar mengenai pendidikan karekter di rumah dengan membantu orang tua membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian, dan belajar berbicara dengan sopan santun. Dan juga dengan tidak adanya PR, mereka dapat lebih fokus belajar mandiri.

Pihak yang menentang larangan ini mengkhawatirkan dengan adanya larangan ini membuat siswa tidak belajar dan lebih banyak bermain saja, karena sebelumnya kebanyakan siswa menganggap mengerjakan perkerjaan rumah (PR) adalah belajar namun sejatinya bukan mengerjakan PR dengan belajar itu berbeda karena sebelum dapat mengerjakan PR kita harus memahami dulu materi pelajarannya. Lalu dikhawatirkan juga para siswa yang suka melakukan "Serangan Fajar" atau siswa yang suka mengerjakan PR saat pagi sebelum PR itu dikumpulkan justru tidak belajar.

Lalu bagaimana mengatasi kekhawatiran Pihak yang menentang?

Maka dari itu penulis ingin memberikan solusi atas kekhawatiran Pihak yang menentang, antara lain :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun