Mohon tunggu...
faiza imlda munawwaroh
faiza imlda munawwaroh Mohon Tunggu... mahasiswa

saya faiza imelda munawwaroh, mahasiswi semester 3 ilmu pemerintahan universitas jambi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dapur MBG dan Masalah Kebersihan: Penutupan yang Perlu Dibicarakan

1 Oktober 2025   10:14 Diperbarui: 1 Oktober 2025   10:14 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dapur MBG. Source: Tribunjakarta.

Sebagai warga yang mengikuti pemberitaan terkait praktik penipuan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), saya merasa kasus ini cukup memprihatinkan. Program yang sebenarnya memiliki niat mulia, yaitu memberikan asupan gizi seimbang bagi anak-anak sekolah, ternyata juga melibatkan objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekadar jumlah yang massal yang menimpa siswa-siswi, hal ini menjadi alarm keras. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: apakah benar banyak dapur MBG tidak memenuhi standar sanitasi?

Saya sendiri merasa MBG adalah salah satu program yang bagus. Program ini langsung memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, terutama anak-anak. Memberikan makanan sehat setiap hari bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan generasi muda. Namun, di lapangan, justru muncul masalah besar, seperti dapur yang tidak bersih, menu yang tidak dikelola dengan baik, bahkan sampai menyebabkan keracunan. Bagi saya, ini terasa ironis. Program yang seharusnya menjaga kesehatan justru menimbulkan penyakit. Dari situ, saya mulai percaya bahwa masalah sanitasi di dapur MBG bukanlah isu kecil, melainkan masalah nyata.

Saya percaya bahwa banyak dapur MBG belum memenuhi standar sanitasi. Berikut beberapa alasan mengapa saya mengatakan demikian :

Pertama, kasus keracunan tidak hanya terjadi satu atau dua kali, tetapi sudah terjadi puluhan kali. Berdasarkan laporan pemerintah, sudah ada banyak kasus yang dikategorikan sebagai kejadian luar biasa. Jika masalah ini hanya terjadi di satu dapur, mungkin itu hanya kebetulan. Namun, ketika terjadi berkali-kali di berbagai daerah, pasti ada pola yang sama, yaitu sistem pengelolaan dan pengawasan yang tidak memadai.

Kedua, skala program MBG ini sangat besar.Ribuan dapur beroperasi setiap hari, melayani ratusan ribu hingga jutaan anak. Di skala sebesar ini, tidak semua daerah memiliki infrastruktur yang memadai, seperti air bersih yang cukup, sistem pembuangan limbah yang buruk, atau peralatan dapur yang memadai. Sebab itu, wajar jika banyak dapur tidak memenuhi standar sanitasi yang seharusnya. Ketiga, faktor sumber daya manusia juga menjadi masalah.

Tidak semua juru masak atau pengelola dapur memiliki pelatihan khusus mengenai higiene pangan. Jika para juru masak sendiri tidak mengerti standar keamanan makanan, risiko kesalahan akan sangat tinggi. Ini adalah inti dari masalah: meskipun program berjalan besar, tetapi SDM di lapangan belum .

Saya yakin banyak dapur belum memenuhi standar, tetapi saya tidak ingin menyederhanakan masalah. Keracunan bisa terjadi karena berbagai hal, bukan hanya karena dapur kotor. Bisa juga disebabkan bahan baku yang sudah kadaluarsa, penyimpanan yang tidak tepat, atau distribusi makanan yang tidak memenuhi standar. Namun, intinya adalah adanya kelalaian, dan kelalaian ini bisa dicegah dengan sistem pengawasan yang ketat.

Saya masih percaya bahwa MBG adalah program yang dibutuhkan. Namun, saya berharap pemerintah lebih serius dalam hal pengawasan. Menurut saya, ada beberapa langkah yang bisa diambil:

  • Audit rutin dan mendadak, bukan hanya mengecek dokumen, tetapi meninjau langsung kondisi dapur.
  • Pelatihan wajib bagi juru masak, semua yang terlibat harus memahami standar dasar sanitasi makanan.
  • Fasilitas yang memadai, dapur harus memiliki akses air bersih, tempat mencuci alat makan yang terpisah, serta sistem pembuangan limbah.
  • Pengawasan masyarakat, guru, orang tua, bahkan siswa bisa ikut mengawasi dan melaporkan jika menemukan masalah.

Jika semua ini dijalankan, saya yakin kasus keracunan bisa ditekan, dan kepercayaan publik terhadap program MBG bisa dipulihkan. Kasus ini menekankan pentingnya peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam membangun sistem pengawasan keamanan pangan yang transparan dan akuntabel. Selain pengawasan di dapur, edukasi kepada masyarakat, terutama pelajar dan orang tua, tentang pentingnya memilih dan mengonsumsi makanan yang aman juga sangat diperlukan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, dalam kampanye kesadaran pangan dan pentingnya menjaga kebersihan serta kualitas makanan.

Opini saya sederhana: benar, banyak dapur MBG tidak memenuhi standar sanitasi. Kasus keracunan yang berulang adalah bukti yang paling nyata. Namun, alih-alih membubarkan program, pemerintah justru harus memperbaikinya. Anak-anak Indonesia berhak mendapatkan makanan yang sehat dan bergizi, bukan hanya sekadar jumlah. Jangan sampai program besar yang seharusnya menjadi kebanggaan berubah menjadi momok menakutkan karena lalai menjaga kebersihan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun