Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Desa Bicara Covid-19 dan Vaksin di Senja Kala

16 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 16 Juli 2021   18:18 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, dok/pribadi

Masih di waktu senja namun di hari yang lain, sebuah pernyataan keluar dari mulut bapak Ahmad yang mengatakan,

"Saya sudah di vaksin, tapi ini bukan sebuah kerelaan. Melainkan terpaksa karena banyak prasyarat kini diharuskan menggunakan sertivikat vaksinasi. Saya sebenarnya ragu pada vaksin."

Mendengar pernyataan itu, saya kira bukan cuman bapak itu. Pernyataan yang sama juga saya dengar dari beberapa teman saya ketika berbicara soal vaksin. Bukan kerelaan karena takut wabah sehingga harus di bendung dengan vaksinasi, melainkan keterpaksaan karena embel administrasi

"Ayo vaksin, kedepan semua pengurusaan di haruskan untuk vaksin." Bagitulan bujuk rayu teman saya yang juga seorang relawan vaksinasi di sebuah kedai kopi.

Memang kita tidak bisa apa-apa jika anjuran itu di terapkan seperti itu. Jika kita membangkan, maka petaka menghanpiri. Jadi apapun dilema yang menggema dalam kepala toh di ujungnya kerelaan itu tetap ada, lahir dari sebuah keterpaksaan itu.

Soal ragu terhadap vaksin, dia menuturkan bahwa ada dua orang petugas yang sudah di vaksin. Tapi ketika di swab saat balik dari perjalanan dinas, toh hasilnya reaktif. Sehingga mereka pun terpaksa di isolasi selama seminggu.

"Jadi saya patut meragukan kan?" Kata dia lagi.

Kendati ragu, dia yang sudah di vaksin tetap menyarankan bahwa harus segera melakukan vaksinasi, pasalnya tarif berbayar vaksinasi sebentar lagi akan di berlakukan. Informasi itu kataya dia terima di salah satu petugas saat dia malakukan vaksinasi.

Sementara dia selalu berharap agar tarif berbayat faksinasi itu tidak harua di berlakukan. Karena corona telah membuat banyak hal lumpuh, setiap manusia harus terkekang melakukan kerja dari sebelumnya yang selalu bebas.

"Corona membuat setiap manusia takut kesana kemari, pusaran informasi terlalu kuat dan ngeri." Ujarnya.

Diskusi kami masih berlanjut seputar leraguan corona dan vaksin juga harapan-harapan. Hampir semua orang-orang desa di sini hanya berharap agar pendemi cepat usai agar aktivitas kembali normal. Lalu di akhir diskusi kami dia bertanya,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun