Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Desa Bicara Covid-19 dan Vaksin di Senja Kala

16 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 16 Juli 2021   18:18 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, dok/pribadi

Dia juga menambahkan, beberapa hari lalu ada satu keluarga  bejumlah lima orang yang hidup bersama dalam satap. Ketika mereka di rapid, tidak semua mereka reaktif. Hanya dua orang yang dinyatakan reaktif, terpaksa mereka harus di isolasi.

"Jika begitu, lantas dimana kesalahan saya meragukan itu?" Tanyanya

Memang teman saya itu bisa tidak keliru juga bisa tidak salah. Karena setiap orang punya kebebasan memberi kesimpulan yang di dapat dari pengamatan dan penilaiannya. Teman saya adalah satu dari sekian banyak orang di luar sana yang turut meragukan wabah tersebut. Saya kira mereka adalah yang berani.

Ketika sebagian mereka pasrah dan tunduk pada informasi, tapi mereka tidak begitu. Seperti para filosof yang selalu ragu melihat suatu persoalan. Mereka tidak serta merta pasra pada semua itu, malah memilih keluar dan menempu kesimpulan sendiri lewat mengamati dan meneliti. Mereka adalah orang yang mampu melakukan sebuah eksperimen sendiri.

Terlepas dari itu, ada hal menarik yang saya lihat dalam dirinya. Iya, sekali dia ragu dan membuat kesimpulan tidak percayanya terhadap wabah yang telah mengantam kita selama dua tahun. Tapi dia tidak pernah mengajak, menghasut apalagi menyebar hoax kepada orang-orang di sekitarnya.

Ketika berbicara mengenai wabah itu, dia hanya membangkitkan stimulus untuk mengajak si lawan pembicaranya melakukan perenungan. Nanti iya atau tidak itu urusan masing-masing. Karena manusia itu punya khendak bebas.

Menurutnya, mengajak orang melakukan perenungan itu lebih baik dari pada mengalirkan informasi yang bertaut dari mulut ke mulut. Terlebih informasi yang belum di dasari riset atau perenungan yang dalam.

"Setiap orang punya kebebasan, saya tidak memaksa. Saya percaya pada keputusan dan kesimpulan setiap orang menyikapi sesuatu." Ujarnya.

Dia bercerita bahlan mengulas banyak. Dia juga mengurai data terbaru soal covid. Namun sampai di akhir pembicaraan dia juga masih teguh pada prinsipnya. Sementara saya hanya bisa diam dan menyimak sembari mengakui kesimpulan yang di buatnya.

"Kendati saya tidak percaya, tapi semoga saja persoalan corona ini cepat berakhir. Biar kita bisa menjalani aktivitas keseharian dengan normal." Katanya di akhir pembicaraan kami.

Opan adalah salah satu dari sekian banyak orang yang ragu, banyak orang tidak percaya yang saya temui. Tapi tidak banyak mereka yang bijak seperti Opan. Dia memilih diam pada kesimpulan dan keraguannya, tidak memaksakan khendak orang untuk ikutan sepertinya. Apalagi menyebar hoax dan provokasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun