Mohon tunggu...
Faisal yamin
Faisal yamin Mohon Tunggu... Nelayan - Belajar menulis

Seorang gelandangan pikir yang hobi baca tulisan orang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengenangmu dalam Angka

25 Desember 2019   13:35 Diperbarui: 25 Desember 2019   13:48 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Telah ku ubah wajahmu dengan ranting jambulang, telah ku gantikan wujudmu dengan bunga bugenvile. Maka jangan sekali kau ingat komitmen atau cinta yang bersarang, sebab semuahnya telah mati remuk di dalam telapak tangaku yang putih memerah ini."

Begitulah kalimat yang tertumpah keluar dari mulutmu Humairah, membuat aku terpasung luka seabad lamanya. Padahal kau sendiri tau, saat itu adalah saat yang tidak harus kau ucapkan demikian. Aku baru memulai memantapkan hati menenam cinta yang rencananya aku pupuk dengan komitmen. Namun, dengan cepat kau datang membawa tamarun, menyuntikan tanamanku dan mati.

Tak apa, kini kian hari aku paham semua itu, dan begitulah wanita. Setiap langkah yang dilakukan sulit di deteksi, demikian juga dengan kau. Aku tak marah dan menyoal semuahnya, sebab itulah cinta yang kau ajarkan kepadaku. Aku masih ingat betul apa yang kau ucap kala itu, saat kita duduk di danau Tolire menikmati senja. Ku harap kau masih ingat, jika tidak tak apa aku akan mengingatkanya kembali di sini.

"Pandangilah dua ekor angsa itu. Bukankah mereka sedang bercinta" Katamu sembari mengerahkan telunjungmu ke angsa itu

"Entahlah, aku tak pandai menafsirkan binatang. Aku bukan sarjana biologi yang melakukan penelaan terhadap hewan. Tapi seperti apa kau maknai cinta?"

"Bukankah kita telah melalui dan merasakan kehadiran cinta pada setiap kita."

"Iya, bagiku kita telah merasakan kehadiranya. Tapi sejauh ini aku tak mampu membuat sebuah penafsiran."

"Cinta adalah narasi yang digunakan untuk melukiskan wadah yang menjadikan aku, dan kau menjadi kita."

"Sesederahana itukah cinta?"

"Cinta itu sederhana, namun pemaknaannya luas. Kita mungkin menganggap sepeleh tentang ranting dan daun, kita anggap itu takdir tapi tidak hanya itu. Dengan cinta maka ranting tetap menyangupi penghidupan pada duan dan dari daun kemudian menyanggupi pelepanhnya untuk embun bersarang di atasnya kala hujan."

"Oke, sampai disini aku bersepakat denganmu. Setidaknya cinta adalah perekat dan akan awet jika tak di gugat oleh yang lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun