Mohon tunggu...
Muhammad Faisal P
Muhammad Faisal P Mohon Tunggu... Sarjana Ilmu Hubungan Internasional

Faisallisme disini, menjadi bermanfaat dengan ilmu yang dimiliki.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilihan Presiden dan Potensi Perubahan Arah Politik Luar Negeri Turki

18 Mei 2023   18:18 Diperbarui: 18 Mei 2023   18:28 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
REUTERS/Cagla Gurdogan

Minggu, 14 Mei 2023 menjadi hari yang penting untuk negara dua benua, Turki. Sebab pada hari ini negara Turki melakukan pemilihan Presiden, yang mana terdapat tiga calon yang akan bertarung dalam merebutkan suara masyarakat Turki guna menduduki posisi nomor satu di negara sekaligus akan mengemban peran peting terhadap masa depan negara Turki. Recep Tayyip Erdogan yang menjadi calon petahana akan ditantang oleh dua calon lain yakni Kemal Kldarolu, ketua umum dari partai oposisi Cumhhuriyet halk partisi (CHP) atau Partai Rakyat Republik dan Sinan Oan sebagai calon Independen.

Turki merupakan salah satu negara yang memiliki demokrasi yang kompleks. Hal ini dikarenakan banyaknya perubahan sistem pemerintahan dan pemilihan umum yang terjadi akibat dari adanya berbagai perubahan yang dilakukan. 

Sebelum 2017 Turki menganut sistem Pemerintahan Parlementer yang mana pemimpin tertinggi pemerintahan adalah seorang Perdana Menteri, namun dilakukan referendum yang membuat sistem parlementer menjadi presidensial yang membuat kuasa presiden lebih meluas lagi menjadikannya sebagai kepala nrgara namun sekaligus sebagai kepala pemerintahan. 

Tidak hanya sistem kenegaraan yang mengalami perubahan, sistem pemilihan umum juga mengalami berbagai perubahan, yang awalnya presiden dipilih melalui parlemen berubah menjadi dipilih oleh rakyat berdasarkan referendum tahun 2007 dan baru dilaksanakan pada pemilu 2014. Tahun ini menjadi kali ketiga pemilihan presiden langsung oleh rakyat Turki yang mana pada dua edisi sebelumnya selalu dimenangkan oleh Recep Tayyip Erdogan.

Pemilihan presiden tahun ini dianggap para analisis menjadi salah satu yang paling menantang bagi Erdogan, selain dikarenakan ia telah menjadi orang nomor satu di turki selama dua puluh tahun terakhir, alasan lain tidak terlepas dari gejolak sosial ekonomi. 

Gejolak sosial seperti memudarnya Ideologi sekuler terutama yang menyangkut HAM seperti hak-hak LGBTQ+ menjadi senjata utama oposisi dalam menyerang pemerintahan Erdogan. Pada sektor ekonomi, Inflasi yang terjadi pasca pandemi COVID-19 di Negara Turki semakin parah, menurut (WorldData.info, 2023) per-2022 Turki mengalami inflasi sebesar 72.31%. 

Namun, di lain sisi Erdogan juga memiliki caranya sendiri untuk menghadapi pemilihan presiden kali ini, beberapa diantaranya adalah; menghilangkan batasan umur pensiun, membuat mobil nasional TOGG dan menaikkan gaji pegawai negeri sipil menjelang pemilihan presiden.

Pada perhitungan suara, Erdogan sebagai petahana berhasil meraih 49.5% suara, Kemal Kilicdaroglu dengan 44.9% suara dan Sinan Ogan hanya meraih 5.2% suara. Meskipun mendapatkan perolehan suara terbanyak, Erdogan tidak dapat langsung memenangkan pemilihan presiden dikarenakan aturan pemilu presiden di Turki mengharuskan salah satu kandidat meraih suara lebih dari 50% untuk memenangkan pemilihan umum, jika tidak ada maka akan dilakukan run-off atau pemilihan ulang dengan dua calon yang memiliki perolehan suara tertinggi  dua minggu setelah hari pemilihan pertama dilaksanakan. 

Dengan adanya aturan ini, Erdogan akan bertarung dengan Kemal Kilicdaroglu pada pemilihan umum kedua untuk menduduki kursi kepresidenan Turki lima tahun kedepan. Tentu saja, ini akan menjadi tantangan lain untuk Erdogan, sebab pemilihan tahap kedua seperti ini menjadi hal yang tidak pernah dialaminya sebelumnya. Suara Erodoga merosot 3% dari pemilihan presiden terakhir pada 2018 dengan perolehan suara 52,6%.

Dengan akan diadakannya pemiliha presiden putaran kedua ini, semua hal masih dapat terjadi termasuk adanya potensi perubahan arah politik luar negeri Turki jika Kemal Kilicdaroglu mampu memenangkan dan meruntuhkan hegemoni Erdogan di perpolitik negara Turki yang  telah ia bangun lebih dari 2 dekade kebelakang. Sangat jelas jika dalam dua puluh tahun kebelakang, Erdogan memainkan peran sentral didalam menentukan arah politik luar negeri Turki. 

Melalui Strategic Depth yang menjadi doktrin setiap mengambil kebijakan luar negeri, Erdogan berhasil merubah arah politik Turki yang sebelumnya berfokus dan berkiblat ke negara negara barat menjadi berkiblat ke berbagai arah tergantung dengan kepentingan nasional Turki dalam setiap kebijakannya. 

Selain berkiblat ke berbagai arah, dengan latar belakang yang dimiliki seorang Erdogan, seseorang yang tumbuh dan besar dari lingkungan muslim moderat sedikit banyak mempengaruhi setiap kebijakan luar negeri yang dilakukan Turki. Dibawah kepemimpinannya, Turki lebih menengok dunia Islam dan Timur Tengah Secara khusus untuk dijadikan mitra dalam berhubungan, hal seperti itu sangat jelas jarang terjadi jika Turki berada di bawah pemimpin yang sekuler.

Seperti yang dikatakan Sami Hamdi, seorang direktur pelaksana pada firma yang berfokus pada kepentingan internasional dan risiko politik. Menurutnya, jika Kemal Kilicdaroglu berhasil memenangkan pemilihan presiden, ia dipandang sebagai kandidat yang berkomitmen untuk "menceraikan" Turki dari dunia Muslim dan Citra Turki di kawasan ini akan berubah secara dramatis. 

Sedangkan menurut Sinan Ulgen, seorang ahli ekonomi dan kebijakan luar negeri mengatakan bahwa berdasarkan latar belakang Kemal Kilicdaroglu sebagai pemimpin partai nasional Turki, kebijakan luar negeri Turki akan berubah untuk menegaskan kembali kiblat Turki ke Barat. Pemerintah yang dipimpin oposisi akan berusaha memperbaiki hubungan Turki dengan mitra-mitra tradisionalnya di Barat, yaitu Uni Eropa dan Amerika Serikat (Jamal, 2023).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun