Mohon tunggu...
Faisal Kemal
Faisal Kemal Mohon Tunggu... Dosen Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin (UNIMAR) Tangerang

Dosen Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin - Tangerang. Lahir dan tinggal di Tangerang. Menyukai dunia pendidikan, seni, sastra, kuliner, dan traveling.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tobias dan Irama Hidup: Ketika Musik Menjadi Bahasa Cinta dan Doa

25 Juli 2025   18:07 Diperbarui: 25 Juli 2025   18:07 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konser Mini 'Where it Led" Tobias Nathanael Tjandra | Foto: Faisal Kemal

Tangerang Selatan, 20 Juli 2025 - Suasana hangat dan penuh haru menyelimuti ruangan T-Space, Bintaro, pada Minggu siang yang tak biasa. Di tengah denting piano yang lembut dan tepuk tangan yang mengalun seperti gelombang, seorang pemuda bertubuh gagah berdiri di atas panggung kecil. Senyumnya tak lepas sepanjang acara, seolah menjadi cermin rasa syukur yang tak mampu diungkapkan dengan kata. Dialah Tobias Nathanael Tjandra musisi muda dengan jiwa yang besar, yang hari itu tampil dalam konser mini solo penuh makna.

Konser yang dimulai tepat pukul 14.00 WIB dan berlangsung hingga sore hari ini menjadi momen sakral, bukan hanya bagi Tobias, tetapi juga bagi orang-orang yang telah menjadi saksi dan penggerak perjalanan hidupnya. Ia membuka acara dengan membawakan lagu ciptaannya sendiri sebuah karya orisinal yang terasa seperti potret hidup dalam balutan harmoni. Bukan sekadar pertunjukan, tetapi kesaksian musikal tentang perjalanan panjang seorang anak manusia yang berani memilih jalannya sendiri.

Dalam sesi bincang ringan di atas panggung, Tobias tak lupa memberi penghormatan kepada orang-orang yang menjadi bagian dari proses hidupnya. Billy, selaku MC, dengan suara yang ramah dan hangat, memanggil beberapa nama penting  guru piano, guru vokal, dan wali kelas semasa SMP hingga SMA. Hadirin pun terhanyut saat satu per satu tokoh pendidikan itu berdiri.

"Bagi Tobias," ujar Billy mewakili sang musisi, "mereka bukan sekadar guru, melainkan pelita di tengah gelap, penuntun di kala ragu, dan nada-nada kehidupan yang membentuk melodi langkahnya hingga hari ini."

Tobias memang dikenal sebagai pribadi yang jenaka dan penuh kejutan sejak kecil. Sifat jahilnya kerap membuat guru dan teman geleng-geleng kepala. Tapi di balik canda dan keusilan masa remajanya, tersimpan bakat seni yang serius bakat yang kemudian tumbuh menjadi kekuatan yang memancar dari setiap penampilannya hari itu.

Salah satu momen paling menggetarkan adalah ketika sang ayah, seorang dokter spesialis saraf, naik ke panggung untuk menyampaikan pesan. Dalam balutan ketenangan khas seorang medis, suaranya terdengar lirih namun penuh makna.

"Sebagai dokter, saya terbiasa berpikir logis dan memilih jalur yang pasti," tuturnya. "Jadi ketika Tobias berkata ingin menjadi musisi, saya sempat ragu. Dunia musik penuh ketidakpastian. Tapi hari ini, saya berdiri di sini... bukan hanya sebagai ayah, tapi sebagai orang yang belajar bahwa pilihan hidup, jika dijalani dengan sepenuh hati, akan menemukan jalannya sendiri."

Ia menutup dengan pesan yang menggema di hati banyak orang:

"Nak, profesimu boleh berbeda dari dunia Papa, tapi tetaplah jadi yang terbaik. Jadilah musisi profesional. Jadilah berkat bagi banyak orang."

Konser berlanjut dengan penampilan duet istimewa bersama Aning Katamsi, penyanyi kawakan yang turut menyanyikan lagu ciptaan Tobias. Kolaborasi lintas generasi ini memukau, menghadirkan rasa syahdu dalam komposisi yang seolah menjadi dialog antara pengalaman dan semangat muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun