Mohon tunggu...
Faisalbjr
Faisalbjr Mohon Tunggu... Dosen - hhmm

please wait...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Mati Karena Buku

24 Mei 2021   23:30 Diperbarui: 24 Mei 2021   23:57 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku dari tahun 1874. sumber: nlm.nih.gov

Pemakaian bahan semacam itu biasanya agar produk menjadi awet tahan disimpan lama. Ada pula zat yang digunakan untuk menghasilkan warna menarik. Kita sering tidak menyadari bahaya yang ditimbulkannya.

Pernah pada abad yang lalu ada seseorang membuat buku beracun. Bahan yang digunakannya memang mengandung racun dan dilakukan dengan sengaja. Maksudnya untuk memperingatkan masyarakat akan bahaya racun arsenik pada wallpaper dinding di rumah-rumah. Kamu ingat kan, arsenik ini yang telah mengakhiri hidup Munir aktivis HAM dari Indonesia.

Dr. Robert M. Kedzie dari Michigan di tahun 1874 menerbitkan buku “Shadows from the Walls of Death” setebal 100 halaman. 86 halaman dari buku itu adalah potongan-potongan sampel wallpaper yang benar-benar ada arseniknya. Sungguh berbahaya bagi dirinya sendiri karena arsenik racun yang mematikan.

Kandungan arsenik seperti di dalam wallpaper dekorasi itu atau barang-barang lain di rumah menimbulkan resiko kesehatan karena racunnya perlahan-perlahan lepas ke udara, mengenai badan, pakaian dan makanan.

Buku Shadows dibuat 100 kopi yang Dr. Kedzie kirimkan ke perpustakaan-perpustakaan di Michigan. Sekarang hanya tersisa empat buah, lainnya dimusnahkan. Sebagai koleksi langka dan sangat berbahaya buku itu disimpan di tempat khusus, setiap lembarnya dibungkus plastik tebal untuk menjaga keselamatan orang yang ada di dekatnya.

Kemudian ada lagi penemuan buku langka oleh peneliti sebuah universitas di Denmark yang menunjukkan kandungan arsenik, diperkirakan untuk mencegah serangga. Buku-buku dari abad ke-16 dan 17 itu akan didigitalkan untuk meminimalkan kontak fisik. Seumpama ditawarin pekerjaan mendigitalkan buku beracun seperti itu, kamu berani ambil risiko gak ya?

Wahai book lover, meskipun koleksimu bukan buku-buku langka tetap saja ada risiko buat kesehatan. Periksa saja buku yang bertahun-tahun tersimpan di lemarimu. Ada yang kotor kena debu, rusak digigitin tikus atau berjamur. Buku yang tidak terawat tidak hanya rusak tetapi juga menimbulkan penyakit.

Buku juga memiliki musuh yang menjadi faktor perusaknya. Manusia adalah musuh buku. Ketika kita melipat halaman buku, menyobek, membasahi dengan air liur, dan makan minum sambil baca buku, maka kita menjadi perusak buku.

Manusia adalah musuh buku yang dahsyat, tidak kalah dengan cahaya, suhu, kelembaban, tikus, kecoa dan rayap dalam hal merusak buku.

Selain itu, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan buku juga ikut berpengaruh terhadap kondisi fisik dan usianya. Buku bisa bertahan lama karena pilihan bahan kertas, penjilidan, penyampulan dan pengawet yang ditanamkan di dalamnya.

Lewat buku kita bisa tahu cara hidup sehat, sebaliknya, sikap kita pada buku bisa membuat diri kita tidak sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun