Mohon tunggu...
Fairuzzabadi
Fairuzzabadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Humaniora Universitas Darussalam Gontor

"Ubahlah Sifat, Prilaku, Kebiasaan dan Kepribadianmu, karena Itu Adalah Cerminan Dari masa Depanmu."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gerakan Marhalah Siswa KMI di Pondok Modern Darussalam Gontor: Dakwah Kolektif Berbasis Digital

13 September 2022   18:00 Diperbarui: 13 September 2022   18:02 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berdakwah di era modern tidak lagi menjadi otoritas seorang ulama. Kapan saja dan dengan berbagai cara, seorang Muslim bisa saling belajar mengenai agama Islam. Ulama pun berkembang menjadi sosok yang lebih kontemporer, dengan berbagai mimbar yang bisa diakses, dari masjid hingga telepon genggam. Belum lagi para da'i, yang mendapatkan banyak saluran berdakwah di era berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi.

            Perkembangan teknologi ini juga membuat dakwah berkembang. Dimotori dengan perkembangan internet sekarang ini, akses media dan informasi dirasa begitu mudah dan praktis. Masyarakat awam kini memiliki banyak opsi untuk mencari ilmu, mengetahui jawaban dari berbagai persoalan keagamaan, dari masalah-masalah ringan seputar kehidupan sehari-hari sampai dengan persoalan yang berkaitan dengan ibadah (Ariani, 2017).

            Dakwah dalam pengertian sederhana merupakan usaha seruan atau ajakan yang dilakukan umat Muslim untuk meningkatkan kesadaran atau mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna menurut ajaran Islam. Dakwah bisa berjalan antar-pribadi maupun secara luas di masyarakat. Dakwah, dalam semangat Sahabat Rasul, Umar Bin Khattab, merupakan aktualisasi Iman dan keutamaan setiap Muslim sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing (Nurhanifah et.al, 2019).

Menjamurnya media sosial juga membuat penyebaran pesan-pesan dakwah menjadi semakin mudah dan praktis. Media sosial menjadi wadah berkumpulnya da'i dan mad'u (jamaah yang menerima dakwah). Seakan tinggal memilih, media sosial menawarkan "inovasi" dari tiap-tiap metode dakwah; para da'i menyebarkan banyak pesan hikmah lewat video-video dakwah di Youtube dan TikTok, atau menyebarkan banyak grafis-grafis nasihat melalui Instagram, juga berdiskusi melalui forum diskusi langsung melalui WhatsApp atau Telegram (Ritonga, 2019).

Ulama dan pendakwah terkemuka berkembangsaan Lebanon, Syekh Ali Mahfudz, turut memiliki pandangan bahwa era perkembangan teknologi dan globalisasi ini menjadi salah satu faktor yang dirasa mengancam eksistensi manusia modern. Perkembangan teknologi turut memantik rusaknya fitrah yang menyebabkan manusia suka pada kebatilan (hal-hal yang buruk dalam agama Islam) dan benci pada kebenaran (hal-hal yang dibenarkan dalam agama Islam). Fitrah manusia yang telah rusak membuat manusia memandang kebaikan sebagai keburukan, dan sebaliknya, keburukan dipandang sebagai kebaikan. Bahkan, ada sebagian orang dengan sengaja dan bangga mempertontonkan dosa-dosa maupun kejahatannya tanpa rasa malu sedikit pun (Ali Mahfudz, 2005: 13).

Para santri dan alumni santri pun turut mendapatkan ruang baru yang bisa membuat mereka makin leluasa berdakwah, tak terkecuali santri alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Berbagai ilmu yang didapatkan semasa menjadi siswa Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyah (KMI) menjadi modal penting mereka berdakwah. Dan tidak hanya dakwah individu, para alumni yang tergabung dalam Marhalah ini mengagas dakwah melalui gerakan kolektif di platform-platform digital.

DAKWAH MARHALAH ALUMNI GONTOR

Marhalah alumni Pondok Modern Darussalam Gontor pada setiap angkatan memiliki banyak kegiatan. Meski sudah menjadi seorang alumni pesantren, mereka masih banyak dipersatukan lewat uhkhuwah. Salah satu yang menjadi kegiatannya adalah bersama-sama berdakwah.

Dakwah kolektif di sini muncul secara nature, sebagai bagian untuk terus berkarya dan mempertahankan eksistensi marhalahnya. Setiap angkatan berupaya terus memiliki kegiatan positif dan menjaga identitas diri sebagai seorang muslim. Setiap kegiatannya, timbul kesadaran untuk berkontribusi mengamalkan ajaran-ajaran agama. Maka dari itu, dakwah secara kolektif menjadi media dalam menciptakan identitas atau simbol bersama dalam ikatan persahabatan berlandaskan nilai Islam, berbentuk perilaku kolektif berbasis ajaran Islam yang dilakukan oleh para Marhalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi serta platform digital yang tersedia.

            Penyebaran dakwah kolektif ini berkembang seiring dengan perkembangan media sosial. Setidaknya, marhalah Pondok Modern Darussalam Gontor mulai untuk sama-sama berdakwah kolektoif lewat karya-karya grafis. Marhalah angkatan 2017, Survival Generation, menjadi marhalah yang menginisiasi gerakan dakwah ini, lalu dilanjutkan oleh angkatan setelahnya, Marhalah 2018 (Inspiring Generation), Marhalah 2019 (Guardian Generation), 2020 (Prominent Generation), hingga Angkatan 2021 (Virtuous Generation).

Dalam hal ini setiap marhalah mengorganisasi konten dakwahnya untuk disebarkan di grup yang terdapat di Telegram, kemudian pengikut dari grup tersebut menyebarkan nya ke grup angkatan perdaerahnya (konsul atau konsil) ataupun secara individual. Yusup Mulani sebagai inisiator komunitas grup dakwah di Telegram "Virtuous Story" dari angkatan 2021 menjadi salah satu yang getol dalam mendorong gerakan-gerakan ini.

Dibuat pada 22 Februari 2022, Yusup mengakui bahwa perlu adanya inisiator untuk memulai gerakan ini. Setidaknya, Ia dan teman-teman Virtous Generation ingin membuat platform yang mengingatkan banyak pesan-pesan islami kepada khalayak yang lebih luas.

"Pembuatan grafis dakwah ini bertujuan untuk menyampaikan pengingat, melakukan kebaikan dan membagikan hal-hal yang sudah kita pelajari seperti Hadist, Mahfudzat, Tafsir dan pelajaran lainnya. Karena banyak dari kita di luar sana masih melakukan perbuatan yang sudah diketahui bahwa itu tidak boleh (larangan agama) dilakukan tapi masih dilakukan. Selain itu, pembuatan grafis dakwah ini untuk meningkatkan kemampuan dari teman-teman kita dalam mendesain dengan saling belajar dan mengajari satu sama lain."

Ya, Marhalah tak sekadar menjadi penyambung silaturahmi. Dampak yang diharapkan dengan adanya marhalah adalah bisa berkembangnya para alumni melalui jejaring yang ada. Besarnya peran marhalah ini bahkan telah muncul pada lulusan Pondok Modern Darussalam Gontor lewat berbagai tulisan di buku Relevansi Nilai Gontor Bagi Pengembangan Karir Profesional: Pemikiran Para Doktor & Guru Besar Alumni.

Sudah lama sekali para alumni marhalah 2017 sampai 2021, khususnya 2021, memiliki inisiasi untuk membuat grup ini. Cara mengajak teman-teman lainnya untuk menyebarkan grafis dakwahnya dengan mengingatkan orang-orang yang masuk dalam grup komunitas tersebut. Selanjutnya orang-orang yang ada di dalam grup itu menyebarkannya ke grup lainnya, seperti grup angkatan antara pondok sebelumnya, konsulat atau daerahnya masing-masing serta bisa juga menjadi status (story) di WhatsApp dan Instagram.

Mengapa demikian, efek dalam pembuatan grafis dakwah ini sangat memiliki pengaruh penting bagi para alumni Gontor yang sudah berkiprah di masyarakat, baik menjadi guru pengabdian di Pondok alumni, Mahasiswa yang ada di Universitas Darussalam Gontor, atau bahkan yang telah melakukan pengabdian di tengah masyarakat.

Gerakan berdakwah bersama ini seakan sederhana: belajar membuat konten grafis bernilai dakwah, menambahkan pesan-pesan mengingatkan kebaikan sesuai dengan format sosial media, dan mempublikasikannya. Namun, dampaknya cukup luas. Dalam satu unggahan, ratusan alumni dalam satu marhalah bisa menyebarkan grafis dakwah ini. Reproduksi penyebaran konten pun tak hanya berhenti di situ. Banyak unggahan yang turut memberikan motivasi kepada orang lain yang melihat status (story) tersebut untuk turut menyebarkan, bahkan turut belajar mengenai pembuatan karya dan penyebarkan grafis di media sosial.

Reproduksi konten melalui status (story) seakan menjadi efek domino. Grafis tersebut tak lagi milik marhalah namun milik umat, khususnya alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Mereka terpanggil untuk melakukan dakwah, yaitu mengajak atau menyeru untuk melakukan kebajikan dan mencegah kemungkaran, mengubah umat dari satu situasi kepada situasi yang lain yang lebih baik dalam segala bidang, merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi pribadi, keluarga, kelompok atau massa serta bagi kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia.

            Secara teologis, Islam tidak menjadi hambatan untuk menjadikan umatnya maju dan berkembang. Bahkan Islam sangat mendorong umatnya untuk menjadi umat yang terbaik di muka bumi, sebagaimana firman Allah di Surat Ali Imran ayat 110.

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Sebagai sebuah pendekatan, dakwah digital memberikan kekuatan secara struktur maupun kultur. Penguatan secara struktur dimaksudkan kepada dakwah digital yang melembaga. Lembaga tersebut bisa bersifat formal ataupun non-formal, baik itu yang diinisiasi oleh alumni dan teman-teman angkatannya. Sehingga, semangat Islam bisa dinikmati secara kolektif sebagai sebuah upaya dakwah struktural. Sedangkan, penguatan secara kultural dimaksudkan untuk membekali seluruh sumber daya yang ada di Pondok Pesantren, guna memiliki kemampuan praksis untuk menunjang performa dakwah serta meningkatkan mutu alumni. Pondok Pesantren harus membuka ruang seluas-luasnya terhadap dinamika kebudayaan dan peradaban guna menggali seluruh potensi santri agar berani bersaing di era global.

            Spirit para alumni Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai bagian dari masyarakat digital harus lebih ditingkatkan lagi, karena sejatinya mereka sudah diajarkan bahwasanya Ilmu tanpa adanya pengamalan seperti pohon yang tidak ada buahnya. Secara otomatis itu adalah perumpamaan yang sesuai bahwanya kita harus bisa bermanfaat bagi orang lain yang ada di sekitar kita dan juga di media sosial. Kemajuan umat Islam khususnya alumni Gontor tergantung atas seberapa jauh mereka mampu membuka peluang relasi kebudayaan dengan teknologi. Dengan demikian, secara internasional, umat Islam dan alumni Pondok Modern Gontor memiiki identitas dan karya yang kaya akan inovasi dan inspirasi.

Dengan menggunakan grafis dakwah, para alumni Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki peluang yang sama dengan bangsa dan masyarakat dunia untuk berkembang. Grafis dakwah memberikan kemudahan bagi alumni Gontor untuk melakukan syiar kepada khalayak tentang dinamika Islam yang ada di Pondok Pesantren dan perubahan moral, adab, akhlak dan kebudayaan. Di Pondok Pesantren, teknologi harus menjadi bahan ajar yang pokok, bekerja sama dengan pakar-pakar teknologi, agar santri sebagai generasi pembaharu bangsa memiliki kepekaan sosial dan inovasi yang terbarukan dalam berdakwah.

PUSTAKA

Ritonga, M. (2019). Komunikasi Dakwah Zaman Milenial. Jurnal Komunikasi Islam Dan Kehumasan (JKPI), 3(1), 60-77.

Ariani, A. (2017). Peran dan Posisi Informasi Teknologi (IT) dalam Dakwah dan Komunikasi. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 13(25), 27-36.

Nurhanifah, U., Fajar, M. S., & Nur, M. (2019). KONSEP DAKWAH UMAR BIN KHATTAB. AL-IDZA'AH: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, 1(02), 12-22.

Ali Mahfudz, Syekh. Hidayat Al-Mursyidin Ila Thuruq Al-Wa'zh Wa Al-Khithabah. Beirut: Dar al- Marifah. 2005

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun