Ruang pendidikan sejatinya untuk memberikan ruang belajar bagi siapapun tanpa memandang suku, agama, budaya dan latar belakang keluarga. Kita mungkin sudah sering mendengar ketika berada di lingkup pendidikan mulai dari sekolah dasar, menengah hingga di perguruan tinggi yang membahas mengenai pendidikan multikultural, Pendidikan multikultural mengajarkan kita untuk menghargai keberagaman, menumbuhkan empati, dan menjunjung kesetaraan tanpa membedakan suku, agama, ras, atau budaya.
Namun, saya merasa, saat ingin berusaha belajar soal pendidikan multikultural, saya terbatas untuk mengakses belajar agama lain, karena pendidikan di Indonesia memiliki sistem pendidikan yang masih menggolongkan pendidikan agama yang harus sesuai dengan agama masing-masing. Tak heran jika seseorang menafsirkan pendidikan multikultural hanya sebatas menghargai dan menghormati individu nya saja. Padahal pendidikan multikultural menurut saya adalah pendidikan yang mempelajari agama lain yang bukan agama yang saya anut saja. Karena dari hal itu, saya akan semakin tahu bagaimana caranya untuk bisa menghormati dan menghagai jika memang orang lain memiliki kepercayaan yang berbeda dari kepercayaan kita sendiri.
Saya lahir di Lamongan, Jawa Timur, notabennya bisa dibilang orang yang tinggal di daerah bukan di kota, tepatnya di daerah Babat, kecamatan kecil yang punya julukan sebagai kota wingko. Saya keturunan asli jawa dan sejak lahir saya menganut agama islam, begitu juga dengan keluarga. Mulai SD hingga Kuliah sekarang, berada di lingkup pendidikan negeri dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang sekarang sudah dibagi jadi tiga, yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Kebudayaan, dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi. Jujur bikin pusing sama pembagiannya, namun saya tahu seperti apa sistem pendidikannya
Pendidikan Multikultural: Pengalaman Dalam Dunia Pendidikan dan Sosial
Semasa mengenyam pendidikan di sekolah dasar hingga perguruan tinggi, perubahan belajar di masing-masing tingkat pendidikan mengenai pendidikan multikultural cukup terasa berbeda, saat berada di sekolah dasar, kita diajarkan dengan pemahaman bahwa setiap agama yang ada, kita diajarkan untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan tersebut. ketika mata pelajaran agama, di sekolah mayoritas menganut agama Islam, sedangkan yang menganut agama lain seperti Kristen dan Katolik hanya beberapa orang saja. Saat itu, selalu yang beragama selain Islam diminta untuk meninggalkan kelas sementara hingga kelas agama Islam telah usai. Di sini masih terlihat jika di sekolah dasar masih dilakukan pemisahan antara pembelajaran agama satu dengan lainnya, tidak hanya di sekolah dasar, sekolah menengah hingga perguruan tinggi masih memisahkan pendidikan agama di mana hal itu membuat kita yang ingin belajar menjadi terbatas ketika berada di lingkup pendidikan. Di sekolah hanya sekedar menerapkan sikap toleransi agama sebagai bentuk menghargai dan menghormati, namun tidak paham dengan apa yang sebenarnya harus kita hargai dan hormati dalam perbedaan.
Ketika saya berinteraksi langsung di lingkungan sosial, mengenai pendidikan multikultural, justru berbeda, di lingkungan sosial belajar lebih dalam tentang agama lain selain Islam. Dengan balutan candaan dan berbagi cerita tentang ajaran yang mereka percayai dan yang kita percayai, perayaan-perayaan apa saja yang diadakan agama satu sama lain. Karena dengan bercerita, saya dapat lebih leluasan untuk mengetahui sesuatu terutama soal pemahaman tentang agama selain yang saya yakini yakni agama Islam. Di suatu momen bertepatan dengan perayaan natal dan tahun baru, saya mempunyai seorang teman yang memeluk agama Kristen, waktu itu dia mengajak saya untuk turut bersamanya merayakan malam natal di gereja tempatnya beribadah. Momen itu sangat berkesan dalam hidup saya ketika melihat secara langsung bagaimana prosesi doa di dalam gereja itu. Dengan suasana yang khitmat dan terdapat beberapa pertunjukan seperti paduan suara, menyanyi, dan juga menceritakan isi kitab dalam bentuk drama kolosal, membuat saya mudah untuk memahami apa yang mereka percaya di dalam agama mereka. Â
Pemahaman Pendidikan Multikultural
      Pada akhirnya dalam kehidupan ini, kita banyak menemukan pembelajaran ketika kita beranjak dewasa. Itu yang saya rasakan ketika memahami makna sebenarnya, menurut saya dalam menerapkan pendidikan multikultural yang sebenarnya adalah bahwa kita tidak hanya saling menghargai dan menghormati, namun juga saling memahami untuk saling mengerti dan belajar, tidak perlu ada batasan dalam menemukan jawaban dari pertanyaan diri sendiri. Melainkan interaksi yang erat dapat menciptakan ruang terbuka untuk saling bertukar pengalaman dan situasi yang sebenarnya kita anggap berbeda. Seharusnya, pendidikan multikultural bisa lebih dari sekedar pembahasan materi di sekolah saja, karena menurut saya, jika pendidikan masih tetap membatasi orang-orang untuk saling mengenal antar agama dengan memisahkan pelajaran agama sesuai dengan agamanya masing-masing saja, mungkin penerapan yang efektif adalah memiliki hubungan sosial dengan seseorang selain dari agama yang kita anut dan membuka jalan untuk mereka yang ingin tahu tentang agama yang kita yakini sebagai bentuk menghormati dan menghargai perbedaan yang indah. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI