Mohon tunggu...
Irfai Moeslim
Irfai Moeslim Mohon Tunggu... Penulis - Author

menulis adalah gaya hidup, menulis untuk mencetak sejarah, dengan menulis kita bisa merubah dunia. Menulislah maka kamu ada | Pemerhati Pendidikan, Sosial, Politik, Keagamaan |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Muludan 55, Sebuah Bentuk Kegembiraan atas Kelahiran Kanjeng Nabi SAW

25 November 2017   16:37 Diperbarui: 18 November 2019   03:32 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan Rabiul awal atau biasa orang jawa bilang bulan mulud telah datang. Saatnya umat muslim wajib bergembira atas bulan di mana kanjeng Nabi Muhammad saw dilahirkan. Tutup sudah tentang masalah perbedaan mengenai boleh atau tidaknya peringatan maulid Nabi, yang jelas sebagai muslim harus menghormati dan menghargai mereka yang ingin mengekspresikan kegembiraan hari kelahiran kanjeng Nabi saw. dengan penuh suka cita dan bergembira.

Tradisi maulid yang dipraktekkan di dalam masyarakat bermacam-macam cara. Kegembiraan maulid nabi diekspresikan dengan membaca sirah (sejarah) kehidupan kanjeng Nabi baik dengan membaca albarzanji, ad-Diba'i, simtuddhuror atau lainnya.

Kalau kita membaca karyanya Hadratussyekh Hasyim Asy'ari, dalam kitab "At-tanbihatu-ul-wajibat liman yasyna'ul maulid bil munkarat", dijelaskan bahwa ketika kanjeng Nabi dilahirkan, pamannya beliau yang bernama Abu Lahab merasakan kegembiraan yang luar biasa saat Nabi Muhammad hendak dilahirkan, kegembiraan Abu Lahab tersebut diekspresikan dengan memerdekakan budak yang dimilikinya yang bernama Tsuwaibah dan menyuruhnya untuk memberikan asi kepada kanjeng Nabi. 

Dari eskpresi kegembiraan tersebut yang menjadi ungkapan rasa syukur Abu Lahab atas kelahiran keponakannya menjadikan Abu Lahab mendapatkan syafaat Nabi Muhammad pada setiap hari senin dimana Nabi dilahirkan. 

Pada saat Abu Lahab meninggal, ada yang bermimpi bahwa Abu Lahab masuk neraka, tetapi dia mendapatkan keringanan di setiap malam senin, keringanan tersebut bentuknya berupa meminum air dari ujung jari tangannya sendiri disebabkan memerdekakan budaknya (Tsuwaibah) tatkala bergembira atas kelahiran Nabi, dan menyuruh Tsuwaibah untuk memberikan asi kepada Nabi.

Padahal setelah Nabi Muhammad dewasa, Abu Lahab menjadi musuh bebuyutannya, yang selalu mencela Islam dan menolak al-Quran yang dibawa kanjeng Nabi saw. Namun berkat ekspresi kegembiraannya menjadikan Abu Lahab mendapatkan keringanan / syafaat kanjeng Nabi.

Dalam hal ini, melihat ekspresi kegembiraan Abu Lahab saja, seharusnya kita bisa berpikir jernih sebagai umat Nabi Muhammad saw. Seorang Abu Lahab saja mendapatkan syafaatnya Nabi muhammad walau hanya sehari, apalagi kita sebagai umatnya yang meluapkan kegembiraan dengan berbagai ekspresi yang tentunya tidak bertentangan dengan syariat Agama Islam.

Kecintaan kita kepada Nabi Muahammad hendaknya menjadikan kita belajar kembali mengenai akhlak kehidupan kanjeng Nabi.

Ada salah satu tradisi maulid yang unik di Cirebon, tepatnya di desa Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Sebagai desa yang terkenal dengan sebutan kampung pesantren, yang di dalamnya terdapat kurang lebih 55 pesantren, dengan lembaga pendidikan yang sangat lengkap, dari mulai tingkat ibtidaiyah atau SD sampai dengan perguruan tinggi, dari mulai sekolah milik pemerintah (Negeri), hingga swasta.

Masyarakat Babakan, Ciwaringin mengekpresikan maulid Nabi dengan berkumpul bersama para santri di masjid pesantren Babakan, tepatnya di Masjid Pesantren Raudlatuth Thalibin. Sebelum berkumpul, masing-masing kepala keluarga memberikan nasi bungkus minimal 5 untuk 5 santri, maka disebutlah tradisi 55. 

Ketika semua nasi bungkus terkumpul dari masyarakat, acara pun dimulai di masjid dengan membaca al-Barzanji. Setelah selesai kemudian nasi bungkus dibagi-bagi kan kepada para santri seluruh pesantren Babakan, Ciwaringin. Dari tradisi 55 ini, efek sosial yang dirasakan sangat bermanfaat, karena pada saat itu semua santri berbahagia karena hari itu makannya dijamin oleh masyarakat, dan masyarakat pun ikut merasakan manfaatnya santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun