Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kekeliruan Kasidah Al-Burdah Karya Al-Bushairi dalam Pandangan Muhammad bin Jamil Zainu

25 Februari 2020   20:36 Diperbarui: 25 Februari 2020   20:48 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah saw., pun bersabda:

"Man mata wa huwa yad'u min dunillah niddan dakhala an-nar."/"Barangsiapa mati dan ia menyeru (baca: berdoa) kepada selain Allah, sebagai tandingan-Nya, maka ia pasti masuk neraka." (HR. Bukhari).

2. "Fa inna min judika ad-dunya wa dharrataha. Wa min 'ulumika 'ilma al-lauhi wa al-qalami."/"Sesungguhnya di antara kedermawananmu adalah engkau (Muhammad) berikan dunia dan akhirat. Dan di antara ilmu-ilmumu adalah ilmu Lauhul Mahfudz dan Al-Qolam (pena)."

Ini berarti pendustaan terhadap al-Qur'an di mana Allah swt telah berfirman: "Dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia." (QS. Al-Lail [92]: 13).

Maka dunia dan akhirat kedua-duanya adalah dari (sisi) Allah dan di antara ciptaan-Nya
(baca: makhluk-Nya), dan ia bukan karena kedermawanan Rasulullah saw,. Rasulullah saw., tidak mengetahui apa yang ada di dalam Lauhul Mahfuzh, karena tidak ada yang dapat mengetahui apa yang ada di dalamnya kecuali hanya Allah semata. Hal ini berarti pengkultusan dan berlebih-lebihan dalam memuji Rasulullah, sampai-sampai (penyair menganggap) bahwa dunia dan akhirat dibuat karena kedermawanan Rasulullah, ia menganggap bahwa beliau mengetahui hal-hal gaib yang ada di dalam Lauhul Mahfuzh, bahkan ia menganggap bahwa apa yang ada di Lauhul Mahfuzh adalah dari ilmu beliau.

Rasulullah saw., sendiri telah melarang kita mengkultuskan beliau sebagaimana sabdanya:

"laa tuthruni kama athrathi an-nashara ibna Maryam, fa innama ana 'abdun fa qulu 'abdullah wa rasuluhu."/"Janganlah kalian mengkultuskanku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Nabi Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku adalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari).

3. "Maa saamani ad-dahru dhaiman wa istajartu bihi. Illa wa niltu jiwaran minhu lam yadhumi."/"Tidaklah zaman yang buruk menimpaku kemudian aku minta perlindungan darinya. Kecuali aku akan mendapatkan pertolongan dari sisinya."

Sang penyair mengatakan: "Tidaklah aku tertimpa sakit, atau kesusahan kemudian aku meminta kesembuhan atau solusi dari kesusahan itu kepada beliau (Rasulullah) kecuali ia akan menyembuhkanku dan melapangkan kesusahanku."

Al-Qur'an mengisahkan tentang ucapan Nabi Ibrahim kepada Allah swt: "Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku." (QS. Asy-Syu'ara [26]: 80).

Allah swt juga berfirman: "Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri..." (QS. Al-An'am [6]: 17).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun