Mohon tunggu...
Fahrul Rizal bin Iskandar
Fahrul Rizal bin Iskandar Mohon Tunggu... Administrasi - Peminat Sejarah Kuno

Dilahirkan dan menyelesaikan pendidikan sampai lulus SMA di Banda Aceh, melanjutkan pendidikan S1 Teknik Perminyakan di Yogyakarta kemudian memperoleh kesempatan kembali ke Banda Aceh untuk menyelesaikan S2 Ilmu Ekonomi dengan beasiswa Bappenas. Peminat sejarah peradaban manusia, memiliki perhatian khusus pada sejarah peradaban Islam dan Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Ndul "WAGU", Komedian yang Menjadi Duta Budaya

26 Maret 2019   18:54 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:58 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI

Komedi merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak dahulu kala, bahkan dalam budaya Islam pun terdapat catatan khusus mengenai kebiasaan bercanda ini. Di antaranya adalah sebagaimana direkam dalam riwayat Abu Daud yang artinya lebih kurang sebagai berikut: "Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa".

Begitu tegasnya norma Islam dalam menyikapi kegemaran merekayasa berita bohong, bahkan dalam candaan pun tidak dibenarkan. Tapi memang demikian sepertinya, komedi yang dibentuk dari rekayasa cerita bohong terasa hambar dan tumpul ibarat kurang berkah hingga tak pernah menjadi terkenal luas apalagi melampau batas budayanya.

Komedian handal seperti Rowan Atkinson menjadi terkenal melalui perannya sebagai tokoh Mr. Bean bukan melalui skenario-skenario yang memuat cerita bohong, tapi melalui hasil pemikirian serius seorang genius dalam menggambarkan keseharian masyarakat awam di Inggris yang lugu, pantang menyerah namun terkadang egois. Akhirnya komedi Mr. Bean mampu memperkenalkan masyarakat dunia akan budaya masyarakat Inggris dalam bentuk parodi yang mudah dicerna serta menghibur.


Lalu negara jiran kita, Malaysia, memiliki komedian yang juga tak kalah handalnya dalam menyampaikan pesan moral dari kejadian-kejadian yang telah dianggap lazim khususnya oleh masyarakat Melayu di Malaysia maupun di Asia Tenggara, yaitu Harith Iskander.

Di antara lawakannya yang termasyur adalah yang berkenaan dengan kisah hantu dalam film melayu bila dibandingkan dengan film hollywood. Walaupun disampaikan dengan cara pengandaian, komedian Malaysia yang terkenal sejak 2 tahun yang lalu ini berhasil menyampaikan bahwa kultur kepercayaan masyarakat Asia terhadap dunia ghaib adalah sangat bertolak-belakang dengan masyarakat dunia barat.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak muncul tokoh komedian sejak tahun 70-an ketika film komedi menjadi primadona industri perfilm dalam negeri. Konten komedinya pun cenderung homogen yaitu berupa slapstick.

Layaknya lakon Srimulat yang selalu dihiasi adengan rusak-rusakan, saling lempar kue, gebuk-gebukan, kejar-kejaran, dan hancur-hancuran barang. Bahkan tak jarang bentuk fisik dan pakaian menjadi bahan tertawaan.


Tapi ada yang unik sejak akhir tahun lalu, yaitu munculnya sosok Pak Ndul yang menghiasi dunia komedi online via YouTube sejak Desember 2018. Sosok Pak Ndul yang diperankan oleh Agung Sukoco menjadi terkenal setelah video 'Teknik Cangkok Pisang'-nya viral di media sosial.

Tokoh Pak Ndul boleh jadi merupakan representasi salah satu kepribadian asli masyarakat desa khususnya para petani di Pulau Jawa. Dimana biasanya para petani itu banyak menghabiskan waktu di warung kopi setelah kesibukan masa tanam selesai sembari menunggu masa panen.

Obrolan khas para petani itu biasanya penuh bumbu, tak terkecuali istilah-istilah ilmiah yang acap kali salah tempat. Tak jarang pula perbincangan ringan berubah menjadi debat terbuka yang tidak jelas arah tujuannya. Maka dari sinilah sepertinya tokoh Pak Ndul dilahirkan, menjadi ikon 'ahlinya ahli' dan 'intinya inti' serta 'core of the core'.

Agung Sukoco alias Pak Ndul menurut pengakuannya pada awak media, belajar YouTube secara mandiri.  Awal-awal membuat video, ia kerap mendapat teguran lantaran mengambil musik latar tanpa persetujuan pemilik hak cipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun