Siapa yang tak pernah mendengar tentang Taman Nasional Gunung Leuser? Ya, itulah salah satu tempat dimana satwa liar seperti Gajah, Badak, Harimau Sumatera, dan Orangutan masih hidup bersama. Bahkan kabarnya Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera, Dr. Ian Singleton mengatakan bahwa bila Hutan Amazon Amerika Selatan disana telah dilabeli sebagai paru paru dunia maka Ekosistem Leuser sepatutnya dijuluki sebagai jantung dunia.
Instagram.com/kutacane.acehtenggara
Kutacane dahulunya sebelum menjadi ibukota kabupaten hanya merupakan sebuah desa kecil di pedalaman wilayah Kesultanan Aceh hingga awal abad 20. Namun kegigihan para penghulu untuk mempertahankan kehormatan dan kemerdekaan mereka yang sedang terancam selama Perang Aceh-Belanda, telah memaksa Van Daalen selaku Panglima Ekspedisi Belanda di Tanah Alas pada tahun 1904 membangun tangsi tangsi militer disekitar Kutacane sekarang.
Suasana pagi hari (dok.pri)
Ketika revolusi kemerdekaan, rakyat Alas bersama para penghulunya sekali lagi membuat kelabakan tentara Belanda yang menduduki Tanah Karo, Dairi, dan Deli Serdang.Â
Suksesnya konsolidasi dengan bala bantuan dari daerah lainnya di Aceh beserta para pejuang setia dari tiga daerah yang telah dikuasai Belanda tersebut, berulang kali pertahanan musuh di wilayah Sumatera Utara sekarang itu mendapatkan serangan dahsyat dari Kutacane.
Penjaja aneka dagangan diseputaran mesjid pada malam hari (dok.pri)
Diantara tempat bersejarah yang menjadi saksi perjuangan ini adalah Mesjid Agung At-Taqwa yang terletak di pusat kota Kutacane. Cikal bakal mesjid ini dahulunya merupakan bangunan sederhana beratapkan daun yang sudah berdiri ketika Van Daalen menginjakkan kakinya pertama kali di tempat ini.
Bentang alam kutacane dari udara (dok.pri)
Kalau Van Daalen dipaksa untuk berjalan kaki menyeberangi sungai sungai, maka menjangkau Kutacane saat ini tidak lagi mesti dengan jalur perjalanan darat, terdapat juga jalur udara dari Medan maupun dari Banda Aceh. Jadi bagi traveler yang tidak sabar dengan perjalanan darat dapat memilih moda transportasi udara, namun harus menentukan jadwal keberangkatan yang tepat karena rute penerbangan kesini tidak dilayani setiap hari.
Tiba di Kutacane dengan Pesawat Udara (dok.pri)
Secara topographi Kutacane merupakan lembah yang dikelilingi oleh barisan pegunungan yang tinggi menjulang. Pantas saja secara alamiah bila banyak sungai-sungai deras baik besar maupun kecil yang seakan mengepung Ekosistem Leuser.
Gambaran sungai dari atas bukit kecil (dok.pri)
Sisi yang lain sungai dari bukit yang sama (dok.pri)
Untuk jenis kuliner hasil alamnya jangan pernah lupa untuk mencicipi nikmatnya durian lokal atau ranumnya salak langsung dari pohonnya dan ditemani teh nira Kutacane yang melegenda.
Durian kutacane (dok.pri)
Teh nira yang khas (dok.pri)
Instagram.com/ummu_thalhah_mahira
Belum lagi jika mengingat Mie Sop khas Tanah Alas, bayangan kesedapannya membuat imajinasi kita merasa lapar walau baru saja menyantap makan malam dengan porsi satu piring penuh.
Â
Mie sop khas tanah alas (dok.pri)
Namun demikian, bagi penikmat wisata religi, Mesjid At-Taqwa tetap merupakan destinasi primadona ketika berada di Kutacane. Bangunan yang merupakan perpaduan arsitektur turki dan alas ini menjadi begitu mengesankan dengan kubah keemasan ditengah hijaunya pepohonan, pantaslah jika masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara berbangga dengan keberadaan mesjid ini ditengah paru paru dunia.
Lihat Travel Story Selengkapnya