Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tak Apa Tidak Menjadi Siapa-siapa

28 Agustus 2022   16:10 Diperbarui: 28 Agustus 2022   16:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Judul di atas adalah sebuah titik awal dalam melakukan perjalanan panjang ini. Penulis harap kalian eratkan sabuk pengaman kalian, karena kalian akan dibawa untuk melintasi berbagai macam cerita dan peristiwa hingga akhirnya kalian akan tiba di pemberhentian akhir. 

Bagaimana tentang akhir dari perjalanan ini, kalian sendiri yang akan menyimpulkannya.

Aku, kamu, kalian dan kita semua, berawal dari titik yang sama. Yaitu karena adanya pertemuan antara ibu dan bapak kita. 

Barangkali ada diantara orang tua kalian yang bertemu karena cinta, namun tidak menutup kemungkinan ada yang karena hal lain yang mungkin tidak bisa aku sebutkan. 

Hingga akhirnya orang tua menikah dan melewati masa-masa indah sebagai pasangan baru. Dan salah satu hal yang sangat dinantikan dari dua sosok insan tersebut adalah kehadiran sang buah hati. 

Terkadang, ada yang mendapatkan buah hati dalam waktu dekat, namun juga ada yang harus bersabar beberapa waktu. Akhirnya, terlahirlah kita di dunia yang penuh dengan konflik dan perang ini.

Ah, siapa juga yang bisa berkehendak kita lahir dari rahim ibu yang mana. Toh, semua sama saja. Kita tetap harus melakukan hal-hal yang begitu melelahkan. 

Mungkin, kalau kita tahu kalau di dunia itu penuh dengan rasa sakit, kita akan memilih untuk dilahirkan. 

Tapi apalah kita yang cuma sebutir debu dibandingkan dengan Dzat Yang Maha Agung. Tapi syukurlah, pada saat kecil kita masih bisa berpangku tangan kepada orang tua kita. Masih banyak kasih sayang yang kita rasakan. 

Hingga akhirnya kita mengenal sakitnya rasa jatuh ketika belajar berjalan, tapi kita masih belum menyadari bahwa masih ada rasa sakit lain yang belum kita kenal. Mungkin itulah yang disebut fase kehidupan.

Akhirnya, sudah waktunya kita sekolah. Hmm... masa-masa yang menyenangkan. Kita berkenalan dengan teman baru dan guru baru. Dan barangkali kalau beruntung, pasti diantara kalian ada yang punya gebetan baru (Eaaa). 

Berangkat pukul tujuh pagi dan pulang pukul satu siang. 

Sudah tidak terhitung berapa banyak pelajaran berharga yang kita dapatkan dari sekolah. Dan tidak terasa sudah 12 tahun kita melewati masa-masa sekolah itu. Dimulai dari seragam putih merah dan berakhir dengan seragam putih abu-abu.

 Sudah saatnya kita melanjutkan perjalanan ke rute berikutnya. Tetap melanjutkan pendidikan atau bekerja.

Memasuki fase ini, kita mulai melihat dunia luar yang begitu penuh huru-hara. Permasalahan muncul satu persatu. Mungkin bagi kalian yang kuliah (terutama yang ditingkat akhir), masalah utama adalah dosen yang sulit ditemui atau dosen yang suka ghosting. Bagi yang sedang mencari pekerjaan, masalah utama mungkin tidak adanya panggilan dari perusahaan. 

Darisini kita memahami bahwa hidup tidak semudah membalik telapak tangan. Apalagi setelah melihat teman-teman kita sudah mencapai titik yang begitu tinggi dan kita hanya bisa melihat dari bawah. 

Akhirnya kita menyadari bahwa semua butuh usaha. Semua perlu pengorbanan. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada titik pertanyaan, "Akan jadi apa aku nanti?".

Kepada para penumpang perjalanan ini, silahkan untuk meregangkan badan dulu. Barangkali ada diantara kalian yang sedang berada di titik pemberhentian ini. 

Karena, hampir semua orang akan berhenti di titik ini. Baik, kalau sudah selesai kita lanjutkan lagi perjalanan kita. Tentang pertanyaan kita akan menjadi apa nanti kedepannya, setiap kita berhak untuk menjawab sesuai kehendak kita masing-masing. 

Toh, walaupun kita tidak menjadi siapa-siapa itu juga tidak masalah. Sebab, kehadiran kita di dunia ini pasti mempunyai suatu alasan tertentu. Barangkali kita beranggapan bahwa kita adalah orang terpinggirkan dan dipandang remeh, namun pasti ada satu dua orang yang memerlukan keberadaan kita (kecuali maling uang rakyat. soo... baksooo....). 

Jadi keberadaan kita di dunia bukanlah suatu kebetulan. Barangkali dengan tidak menjadi siapa-siapa, itu adalah jalan terbaik bagi kita. 

Namun, perlu di garis bawahi. Penulis bukan bermaksud untuk membuat kita tidak melakukan apapun, namun penulis ingin agar kita selalu melakukan yang terbaik dimanapun posisi kita nanti kedepannya. Dan akhirnya kita sampai di titik akhir perjalanan kita. Semua kembali kepada diri kita masing-masing untuk menentukan jalan kedepannya. Silahkan, kalian bisa turun dan melanjutkan perjalanan lagi. Selamat Jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun