Zaman ke zaman, abad ke abad, tahun ke tahun memiliki tantangan dakwah yang berbeda-beda. Khususnya pada abad ini, yaitu abad kedua, dipenuhi dengan tanda kemodernan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Masyarakat tak bisa jauh dengan smartphone.
Masyarakat lebih suka dengan Smartphone dibandingkan bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan. Masyarakat lebih suka membahas atau berdiskusi dimedia jejaring sosial, seperti whatsappgroup, dari pada membangun kedekatan secara langsung.
Bahkan grup whatsapp menjadi media baru mendapatkan pemahaman agama di bandingkan kitab dan buku. Â Dengan penduduk dengan mayoritas kelas menengah gerakan dakwah Muhammadiyah sangat diharapkan, karena gerakan Muhammadiyah telah berpengalaman dalam menangani permasalahan ini.
Dakwah Muhammadiyah sangat tepat untuk zaman menengah ini. Pasalnya, Muhammadiyah sudah sangat berpengalaman pada saat mengelola dakwah kelas menengah tersebut. Dakwah kelas ini juga menjadi tantangan karena dipenuhi oleh tanda kemoderenan seperti kemajuan teknologi yang bergulir sangat cepat.
Potret keberagamaan dari media sosial inilah yang perlu digarap oleh Muhammadiyah, yang kini telah berusia 109 tahun( 18 November 1912- 18 November 2020). Usia lebih dari seabad inilah yang memungkinkan Muhammadiyah sanggup melahirkan tajdid( update) di era digital.
Literasi digital
Tajdid Muhammadiyah kini telah menghadapi sebuah modernisasi yang baru yaitu literasi digital. Literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk mengunkan piranti digital dengan efektif dan efisien. Seseorang yang melek media akan mudah untuk menyerap sebuah informasi, melihat informasi yuang diterima tidak selalu benar. Mereka akan bersikap khususnya pada informasi-informasi tentang keimanan.
Potret dakwah Muhammadiyah untuk kelas menengah dibutuhkan sebuah media atau ilmu social baru. Pasalnya kelas menengah bukan di katagorikan "kaum bodoh".
Mereka sangat lekat sekali dengan teknologi infromasi namun mereka sulit menyaring mana yang benar mana dan yang salah. Dengan ini ragam pendekekatan peryarikatan Muhammadiyah perlu masuk dengan dakwah kekinian yang menjadi ciri peryarikatan Muhammadiyah.
Islam dengan berkemajuan sudah menjadi ciri peryarikatan Muhammadiyah sejak awal di bentuk. Kiai Dahlan beserta muridnya menyerukan islam sebagai ilmu dalam mengurai permasalahan umat. Isalm Berkemajuan ialah menjadi semacam panduan ber Islam ditengah kejumudan dan ketaqlidan umat kala itu.
Pada tafsir sosial Islam Berkemajuan dalam proses ini kini menjadi sebuah keniscayaan. Islam Berkemajuan perlu meningkatkan kembali daya literasi terhadap fenomena umat yang ingin serba instan tetapi tetap fashionable.Mereka juga ingin Islam yang praktis, tapi bermakna. Kebermaknaan itu pun yang seringkali menghilang dari derajat menengah muslim. Mereka hanya ingin dianggap fashionable dan praktis, tapi tidak punyanya pijakan yang begitu kuat.