Mohon tunggu...
Fahmi Latif
Fahmi Latif Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis untuk belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kreativitas Tanpa Batas

9 November 2017   10:16 Diperbarui: 9 November 2017   10:48 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak salah memang, namun jika melihat kondisi dunia pendidikan di Indonesia saat ini, dimana tidak semua sekolah memiliki sarpras yang memadai, maka hal tersebut menjadi suatu tantangan tersendiri. Jangan sampai semangat untuk memberikan materi pembelajaranpun menjadi tidak bergairah hanya karena dukungan sarpras yang tidak sesuai dengan harapan guru.

Saya bisa saja berkutat dalam pemikiran-pemikiran dangkal seperti : yang penting masuk kelas, yang penting ngajar, yang penting tetap gajian, yang penting naik pangkat, masalah kompetensi siswa itu urusan belakangan, toh bukan salah saya, salahkan pemerintah yang tidak bisa menyediakan fasilitas. Tapi entah kenapa saya menolak untuk terjebak dalam dalam pemikiran itu.

Potensi alam daerah pegunungan seperti kecamatan Petungkriyono sangatlah luar biasa, terlalu sayang jika tidak dimanfaatkan untuk sarana belajar, termasuk belajar TIK. Saya melihat begitu banyak lahan sekolah yang hanya ditumbuhi rumput-rumput liar. Disitulah saya tertantang untuk membangun lab komputer dengan bentuk yang tidak biasanya. Ya, saya akan membangun lab komputer di kebun. Belajar TIK sambil menanam strawberry. Kenapa strawberry?? Selain mengandung banyak vitamin, buah ini juga unyu-unyu kan? Cocok lah untuk menarik perhatian anak-anak usia SMA hehehehee..

Pembelajaran sering saya lakukan di kebun (kecuali jika cuaca tidak mendukung, alias hujan, kalau cuma kabut tebal, ahhh itu sih bukan halangan). Saya sesuaikan dengan KD yang akan kita pelajari hari itu. Awalnya saya jelaskan tentang tema belajar hari itu, juga tentang manfaatnya jika siswa menguasai tentang materi tersebut. Contoh Kompetensi Dasar (KD) kelas XII semester 1 tentang "Membuat grafis dengan berbagai variasi warna, bentuk dan ukuran". 

Saya ajak siswa ke kebun, saya pancing dengan satu pertanyaan, "Apa yang ingin Anda lakukan di kebun strawberry ini?". Ada yang menjawab ingin mengerti cara memberikan pupuk yang benar, ada yang ingin membuat jus strawberry dicampur kopi, ada yang ingin membuat kaos dari bahan daun strawberry, bahkan ada yang ingin tahu harga buah strawberry per-kilo-nya berapa (*gubraakkk...).

Lucu-lucu memang, tapi itu ide "gila" yang _original_ dari mereka. Saya tidak membatasi ide, biarkan imajinasi liar mereka keluar. Kemudian saya minta mereka berkelompok untuk _googling_ mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut menggunakan smartphone yang mereka punya. Dari 20 siswa dikelas XII, hampir separuhnya sudah punya smartphone android.

Hasil yang didapatkan dari googling tersebut saya minta untuk di desain menggunakan aplikasi grafis berbasis android yang sudah terinstal di smartphone mereka. Jika waktu pembelajaran masih tersisa, anak-anak saya ajak ke kelas untuk menggambar menggunakan aplikasi Corel Draw yang ada di laptop milik saya. Akhirnya mereka bisa tahu perbedaan antara menggambar menggunakan aplikasi berbasis Android yang punya banyak keterbatasan dengan aplikasi berbasis windows yang tools-nya lebih lengkap.

Saya juga punya tantangan menarik tentang lemahnya semangat siswa pada saat belajar TIK dikelas. Maklum, laptopnya cuma 1, punya saya. Mereka cuma nonton layar proyektor, nggak salah lah kalau mereka bosen. Untuk memecah kebosanan, saya ajak mereka untuk bermain "PANTUN BERANTAI". Contoh di kelas X semester 2, pada KD "Menggunakan menu dan ikon yang terdapat pada perangkat lunak pengolah kata". Pada saat saya menjelaskan tentang menu dan ikon serta fungsi-fungsi dari menu dan ikon tersebut, banyak siswa yang mengantuk, melihat kanan-kiri jendela, sepertinya mereka pengen segera keluar, _booring_ banget kayaknya dengerin saya "ngoceh" wkwkwkwk..

Lalu saya ajak mereka untuk bermain pantun berantai itu. Awalnya saya menunjuk salah satu siswa untuk maju. Saya minta siswa tersebut untuk mengetikkan baris pertama dari sebuah pantun. Siswa tersebut juga saya minta untuk mengubah format teks (mengganti jenis dan ukuran font, memberi warna, memberi shadow, dsb) dengan menggunakan tools pada Microsoft Word yang sudah saya jelaskan sebelumnya. Bebas, Ia boleh memberikan style apapun pada teks yang sudah ia ketik tadi. 

Setelah selesai memberikan format pada teks kemudian siswa tersebut saya minta untuk menunjuk temannya maju kedepan untuk membuat baris ke-2, meneruskan baris satu yang sudah dibuat tadi, juga sekaligus memformat text nya. Begitu seterusnya sampai siswa ke-4. Sehingga jadilah satu buah pantun 4 baris. Kelas menjadi seru, ramai, lucu, penuh tawa, dan yang terpenting... saya tahu bahwa siswa sudah menguasai menu dan tools yang saya jelaskan di awal pembelajaran. Tanpa sadar, kemampuan siswa dalam berpantun juga terasah. Ahh.. puasss..

Sarana dan prasarana memang wajib dipenuhi oleh pihak terkait dalam rangka menjamin kualitas pendidikan di Indonesia. Namun permasalahannya bukan sekedar memenuhi atau tidak memenuhi, ada hal yang lebih penting yaitu bagaimana sarana dan prasarana yang ada tersebut dapat membangkitkan potensi siswa dan melejitkan keinginan untuk belajar. Bukan kelengkapan sarprasnya yang penting, tapi ide dan kreatifitas guru untuk membangun suasana belajar menarik, menumbuhkan kasmaran belajar, dan menghasilkan insan-insan pembelajar sepanjang hayat, menurut saya itu lebih penting. Bukankah Allah SWT sudah menyediakan ruang belajar raksasa untuk kita manfaatkan untuk belajar?"

Wassalam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun