Mohon tunggu...
Anala Pramohani
Anala Pramohani Mohon Tunggu... -

www.dunia-aquina.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Di Bumi Lambung Mangkurat

23 Juli 2011   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, sepertinya, saya melewatkan kesempatan merasakan pengalaman baru dan melihat hal baru. Padahal, rencana sudah dibuat sejak semalam, beberapa jam sebelum jatuh tertidur.

Yah.. Rencananya saya dan sejumlah teman akan mengunjungi pasar terapung di Banjarmasin, Kalsel. Pasar ini cuma ada di pagi hari, menjelang subuh gitu. Jadi, kami memang harus berangkat dari hotel jam empat subuh waktu sini. It means jam tiga pagi waktu Jakarta atau sesuai dengan jam tubuh kami.

Sebenarnya, kami sudah tiba di Banjarmasin sejak Jumat sore di Bandara Syamsuddin Noor, Banjarmasin. Kami sebenarnya memiliki waktu yang cukup untuk mengistirahatkan diri dan menjaga energi demi bangun lebih pagi di hari berikutnya. Tetapi, kami terlalu lama keluar hotel pada malam harinya sehingga waktu istirahat terasa kurang cukup.

Beginilah cerita dimulai.

Penjemput sudah menunggu ketika kaki kami menjejak untuk pertama kalinya di bumi lambung mangkurat. Langsung saja kami minta diantar ke tempat makan. Lapar banget. Roti yang disediakan Lion Air selama penerbangan tak tersentuh. Bukan karena sudah kenyang, tetapi rasa tegang selama terbang bener-bener mambuat malas makan. Lagian, tak terlalu menarik sih.

Maka, kami pun langsung menuju Warung Soto Banjar Pak Amat yang ada di bawah jembatan. Untuk pertama kalinya, saya mengecap rasa Soto Banjar. Soto biasa saja hanya dihidangkan dengan ketupat dan telur bebek rebus. Sangat lumayan untuk mengganjal perut yang lapar.

Tetapi, selera makan tiba-tiba menjadi berkurang ketika harus ke toilet. Enggak bagus banget deh. Enggak bersih. Itu aja intinya. Padahal, yang makan di warung di pinggir sungai ini rata-rata bermobil loh. Sayang bener toiletnya kayak begitu.

Setelah makan, kami putuskan untuk istirahat di hotel. Tidur sebentar, kemudian malamnya jalan lagi. Nyari makan.

Untuk makan malam, kami menuju Pondok Bahari. Selama perjalanan, tentu saja saya membayangkan bakal menyantap beragam ikan bakar atau seafood lainnya. Hehehe sekali lagi saya salah. Makanan di dalam daftar menu kebanyakan ayam dan bebek, plus sop buntut.

Pak Boy, orang yang mengantar kami kemana-mana bilang, Bahari itu bukan berarti laut. Di sinin kata dia, bahari itu artinya masa lalu. Pondok bahari artinya rumah jaman dahulu. Oalah...gitu to kataku. Memang sih bangunannya bangunan rumah panggung.

Sesudah makan, kami putuskan untuk mencari durian lokal. Maka, melajulah kami ke salah satu jalan di kota banjarmasin. Duriannya sih nemu, cuma harganya bo. Sebutir aja Rp 90 ribu. Ogah..di Jakarta aja kami bisa nyari harga jauh lebih murah. Acara makan durian pun batal. Kami balik ke hotel, jam 11 an malam waktu banjarmasin kami sudah sampai tempat tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun