Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eseni, Komunitas Asketik Yahudi Kuno yang Menentang Otoritas Israel

14 Mei 2021   13:42 Diperbarui: 14 Mei 2021   14:02 4007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: brooklynmuseum.org)

Keduanya (Farisi dan Saduki) adalah sekte religius bangsa Israel selama masa Kristus yang sama-sama memiliki kekuatan politik, namun secara sosial, orang Saduki lebih elitis dan aristokrat daripada orang Farisi. 

Kebanyakan orang Saduki adalah bangsawan dan cenderung kaya. Mereka berasal dari keluarga bangsawan tinggi yang memiliki koneksi sangat baik dalam lanskap politik pada zaman itu. Kita mungkin menyebutnya "uang lama" dalam terminologi modern. Ini memungkinkan orang Saduki memiliki hubungan yang baik dengan otoritas yang berkuasa di antara Pemerintah Romawi. 

Orang Saduki juga memiliki kekuatan politik yang sangat besar dengan memegang mayoritas kursi di Sanhedrin (dewan), sementara Orang Farisi lebih mewakili rakyat pekerja biasa.

Sanhedrin adalah Mahkamah Agung Israel kuno yang terdiri dari 70 orang. Anggotanya berasal dari golongan Saduki dan Farisi.

Tempat kekuasaan orang Saduki adalah kuil di Yerusalem; sementara orang Farisi menguasai sinagoga. Orang Saduki lebih ramah dengan Roma dan lebih akomodatif terhadap hukum Romawi daripada orang Farisi. Orang Farisi sering menolak Helenisasi, tetapi orang Saduki menyambutnya.

Perbedaan utama antara orang Farisi dan Saduki adalah mengenai pendapat mereka tentang aspek supernatural agama. Sederhananya, orang Farisi percaya pada hal-hal supernatural -- malaikat, setan, surga, neraka, dan sebagainya -- sedangkan orang Saduki tidak. Selain itu, orang Farisi meyakini adanya kehidupan setelah kematian, sementara orang Saduki menolak kepercayaan tersebut.

Dengan cara ini, orang Saduki sebagian besar sekuler dalam praktik agama mereka. Mereka menyangkal gagasan untuk dibangkitkan dari kubur setelah kematian (lihat Matius 22:23 ). Faktanya, mereka menyangkal gagasan tentang kehidupan setelah kematian, yang berarti mereka menolak konsep berkat kekal atau hukuman kekal; mereka percaya hidup ini adalah segalanya. Orang Saduki juga mencemooh gagasan tentang makhluk spiritual seperti malaikat dan setan (lihat Kisah Para Rasul 23: 8 ).

Ada juga kalangan sarjana yang menganggap komunitas Eseni adalah orang-orang dari golongan Saduki yang menentang pengelolaan bait suci oleh otoritas dari kalangan Saduki yang dianggap korup dan telah sangat menyimpang.

Saya pribadi melihat ada kemungkinan jika komunitas Eseni memang berasal dari golongan Saduki. Pertimbangannya, seandainya mereka berasal dari golongan Farisi yang merupakan golongan rakyat biasa, bisa jadi komunitas mereka tidak akan bisa bertahan lama.

Kelangsungan komunitas Eseni yang bertahan hingga berabad-abad nampaknya tertolong oleh latar belakang mereka yang berasal dari bangsawan tinggi Yahudi. Sehingga otoritas bangsa Israel pada saat itu memiliki rasa segan terhadap mereka.

Terkenal Setelah Penemuan Naskah Gulungan Laut Mati

Hingga akhir abad ke-20 perhatian sejarawan terhadap komunitas Eseni masih sangat minim. Ini terutama disebabkan oleh karena informasi mengenai mereka memang sangat kurang.

Mereka mulai terkenal setelah pada tahun 1947 seorang anak gembala dari suku Badui menemukan sebuah gua di dekat pantai barat laut Mati di wilayah yang disebut Qumran. Di dalam gua itu ditemukan kendi dengan gulungan di dalamnya. Setelah penemuan awal, akhirnya sejumlah gua lain dengan sejumlah besar gulungan tambahan ditemukan. 

Sejak penemuan Gulungan Laut Mati pada tahun 1947--1956, penggalian ekstensif telah dilakukan di Qumran. Hampir 900 gulungan ditemukan. Kebanyakan ditulis di perkamen dan beberapa di papirus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun