Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa Sesungguhnya Orang Phoenicia?

29 Juli 2020   07:16 Diperbarui: 29 Juli 2020   07:52 2931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prajurit Fenesia (Phoenicia). (sumber: pinterest.com/beerdom)

Ada beragam pendapat mengenai letak Tarsis. ada yang menganggap Tarsis sebagai Carthage, Tartessos di Hispania kuno (Semenanjung Iberia), dekat Huelva dan Sevilla hari ini. Sarjana Yahudi-Portugis, Isaac Abarbanel (1447-1508) menggambarkan Tarsis sebagai "kota yang dikenal pada masa awal seperti Kartago dan hari ini disebut Tunis." 

Sarjana Prancis Bochart (1667) sepakat dengan sejarawan Romawi Flavius Josephus (100 AD) yang menentukan pilihannya pada kota Pedalaman Tarsus di Kilikia (Turki selatan-tengah).  William F. Albright (1891-1971) dan Frank Moore Cross (1921-2012) mengemukakan Tarshish adalah Sardinia karena penemuan Batu Nora (...) [sumber di sini]

Saya melihat bahwa kejanggalan dari kesemua pendapat mengenai lokasi Tarsis tersebut adalah karena tidak mempertimbangkan jarak tempuh pelayaran yang diungkap dalam Alkitab Ibrani, 1 Raja-raja 10:22 "Sebab di laut raja mempunyai kapal-kapal Tarsis bergabung dengan kapal-kapal Hiram; dan sekali tiga tahun kapal-kapal Tarsis itu datang membawa emas dan perak serta gading; juga kera dan burung merak." 

Saya pikir, jika letak Tarsis benar terdapat di salah satu lokasi yang disebutkan di atas, rasanya tidak akan mungkin mereka datang sekali dalam tiga tahun. Itu jangka waktu yang sangat lama untuk suatu kegiatan perdagangan. Jelas sangat tidak menguntungkan. Jelas ini waktu tempuh untuk jarak yang sangat jauh. Tidak berada di Timur dekat ataupun Timur tengah.

Untuk mengetahui jarak tempuh per-hari kapal-kapal kuno, saya mencermati jarak waktu pelayaran yang diberitakan Fa Hsien (biksu Cina yang melawat ke Asia Tenggara dan India pada abad ke-5) dalam catatannya, bahwa pelayaran dari Yeh-p'o-t'I (suatu tempat di Nusantara, para ahli biasa mengidentifikasinya dengan Jawadwipa) ke Kanton biasanya memerlukan waktu sekitar 50 hari pelayaran. 

Yang mana, dapat disamakan dengan laporan pelayaran Tome Pires dari Malaka ke Kanton pada Juni sampai Agustus 1517, selama kurang lebih 45 hari. [O.W. Wolters. Kebangkitan dan Kejayaan Sriwijaya hlm. 22]  Dan juga bahwa pada tahun 992 M para utusan dari Jawa sampai di Ningpo dalam 60 hari.  [Ibid. hlm. 37 pada catatan kaki no 24]


Hasilnya adalah; Jika dari Malaka menuju Kanton Tome Pires melalui laut Cina Selatan dan mampir di beberapa tempat untuk pengisian air minum dan perbekalan lainnya maka hitungan kasar untuk jarak yang ia tempuh adalah sekitar 3260 Km (perhitungan menggunakan Ruler pada Google Earth). Jika ia menempuh jarak ini selama 45 hari maka jarak tempuh kapalnya adalah sekitar 72 Km/hari. 

Sementara itu, untuk perjalanan utusan Jawa yang menuju ke Ningpo -- jika diasumsikan mereka berangkat dari pelabuhan kuno batang di Jawa tengah kemudian menyusuri selat Makassar -- melintasi laut Sulu -- mampir di pelabuhan Manila -- untuk kemudian memotong laut Cina Selatan ke arah timur laut hingga tiba di Ningpo, maka hitungan kasar jarak tempuh tersebut adalah 4280 Km -- sehingga jika waktu tempuh mereka untuk itu adalah 60 hari, maka jarak tempuh perharinya sekitar 71 Km/hari. 

Dari kedua pelayaran ini, dapat kita lihat bahwa rata-rata jarak tempuh kapal di masa itu adalah sekitar 70-an km/hari. Bisa dikatakan bahwa kapal yang digunakan utusan Jawa di tahun 992 M tidak jauh berbeda dengan kapal yang digunakan Tome Pires pada tahun 1517, sama-sama mengandalkan Angin dan tenaga dayung manusia.

Setelah mendapatkan jarak tempuh perhari pelayaran kapal di masa kuno, selanjutnya saya menghitung jarak tempuh pelayaran dari satu titik di pulau Sulawesi (sebagaimana dugaan saya bahwa orang Tarsis maupun orang Phoenicia adalah orang dari Sulawesi) ke levant (mediterania) -- yang mana pelayaran ini saya asumsikan adalah pelayaran perdagangan yang tentunya lebih memilih menyisir pantai kontinen untuk mampir di berbagai pelabuhan melakukan barter barang dari pada melakukan pelayaran memotong/ melintasi tengah lautan lepas. 

Jadi, pelayaran tersebut saya asumsikan akan mampir di beberapa pelabuhan. Seperti pelabuhan kuno Batang di Jawa tengah, pelabuhan Malaka, pelabuhan Kedah, beberapa Pelabuhan kuno di pesisir teluk benggala, juga tentunya mampir di Colombo, Srilanka, pelabuhan kuno Goa di pesisir pantai Malabar, pelabuhan kuno Karachi, pelabuhan kuno di teluk Chabahar, hingga kemudian memasuki teluk Persia, menuju pulau Bahrain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun