Pada saat lainnya, yang sebelumnya berhasil pun, akan pula berada di posisi yang kalah dan harus meninggalkan "papan permainan".Â
Demikianlah seterusnya mekanisme kehidupan di dunia ini berlaku seperti sebuah permainan dalam papan catur.
Apa pun itu, saya pikir tidak masalah siapa yang lebih dahulu kalah dan meninggalkan papan permainan, karena pada akhirnya,  papan catur ini akan dibongkar juga kok bro sama pemilik-Nya.... this life will definitely end ... :)Â
***
Pada tulisan saya sebelumnya ( "Adaptasi Kreatif" dalam Merespon Pandemi Covid-19 ) telah saya ulas bagaimana dalam situasi sulit seperti sekarang ini, kita diharapkan dapat melahirkan tindakan-tindakan adaptasi kreatif sebagai bentuk respon terbaik.
Salah satu konsep adaptasi kreatif yang saya anggap paling relevan untuk dapat survive pada saat ini dan terutama pada masa-masa mendatang, adalah pengembangan konsep kemandirian lokal.Â
Saya pikir, jika pun pemerintah berniat mengganti slogan kampanye dari #DiRumahSaja menjadi #HidupBerdamaiDenganCorona sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi sulit ini, maka, mungkin sebaiknya pengembangan sistem kemandirian lokal mulai pula turut dipertimbangkan.Â
Konsep kemandirian lokal tersebut dapat dibagi dalam beberapa cluster menurut jenisnya. Misalnya kemandirian lokal berbasis pangan dalam cluster lingkup kecamatan, sementara kemandirian lokal berbasis bahan bakar dan energi dalam cluster lingkup kabupaten.Â
Bahan bakar seperti bioetanol dan sumber energi dari tenaga air, angin, dan matahari dapat dipertimbangkan disesuaikan dengan wilayah di mana konsep itu ingin diterapkan.
Dengan membangun kemandirian lokal seperti ini, situasi lockdown sampai berapa lama pun Insya Allah dapat dihadapi.Â
Sekian. Semoga bermanfaat. Salam.