Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Usul Sebutan "Cella" untuk Ruang Paling Sakral di Dalam Kuil

17 Mei 2020   18:03 Diperbarui: 15 September 2020   08:09 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cella bawah tanah di Ceko (sumber: ticbrno.cz )  

Pada hari ini, sembilan wilayah lainnya (Haru, Pahang, Tumasik, Palembang, Tanjung Pura, Sunda, Bali, Dompu, dan Seram) telah teridentifikasi dengan baik, tersisa wilayah Gurun saja yag pada hari ini masih diperdebatkan banyak kalangan. 

Ada pendapat yang mengatakan Gurun berada di wilayah Nusa Tenggara, bahkan ada yang mengklaimnya berada di dekat pulau Seram. 

Sementara itu, jika mengamati nama-nama wilayah yang disebutkan Pati Gajah Mada, terlihat jelas jika nama-nama wilayah tersebut mewakili secara keseluruhan pulau-pulau yang ada di Nusantara, dan terlihat jelas niatnya untuk mempersatukan seluruh wilayah di Nusantara. 

Karena itu, logikanya, jika wilayah Gurun bukanlah pulau Sulawesi, maka pertanyaannya, mengapa Pati Gajah Mada tidak menargetkan Pulau Sulawesi?

Demikianlah, tentu akan menjadi suatu hal janggal jika Pati Gajah Mada tidak menyebutkan pulau Sulawesi sebagai salah targetnya untuk menyatukan wilayah nusantara.

peta-nusantara-5ec0d320d541df1fd47b9b93.jpg
peta-nusantara-5ec0d320d541df1fd47b9b93.jpg
Letak semua wilayah yang dirinci dalam sumpah Palapa, Pati Gajah Mada. Dokpri 

Sebutan Sulawesi sebagai "Gurun" dapat pula ditemukan penguatannya pada sebutan Ku Lun atau Gu Lun dalam kronik Cina untuk suatu tempat di Laut Selatan. 

identifikasi bentuk K'u-lun sebagai Gu-lun. dokpri
identifikasi bentuk K'u-lun sebagai Gu-lun. dokpri

Dengan mengidentifikasi bentuk Ku Lun sebagai Gu Lun maka didapatkan makna harafiahnya sebagai "manusia pedagang" hal ini terkait dengan terjemahan Pelliot atas kata 'sa-po' Sebagai "orang Sabaen", sementara itu dalam uraian Fa Hsien tentang Sri Lanka, ia menyatakan, sa-po berarti sarthavaha atau "kepala saudagar".  

Di sisi lain, orang Bajo atau Bajao atau Bajoe sendiri menyebut diri mereka "Orang Sama,"  yang dalam hal ini, dapat diduga bahwa "Sama" merupakan bentuk lain dari "Saba"  yang telah mengalami perubahan fonetik b menjadi m yang umum terjadi pada kelompok fonetik labial. 

Jadi, 'sa-po, sabaean, atau pun bajou, adalah sebutan untuk orang yang sama yang menghuni pulau Sulawesi di masa kuno. (untuk penjelasan lebih detail silahkan baca di sini)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun