Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menelusuri Jejak Bahasa Adam di Austronesia [Part 2]

20 Januari 2020   16:39 Diperbarui: 20 Januari 2020   16:54 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dalam buku catatan pelayaran kedua James Cook ke Pasifik. (sumber: lib-dbserver.princeton.edu)

Di bagian akhir pembahasan saya pada bagian pertama, telah saya ungkap pendapat jika bangsa Suryani yang dimaksud Nabi Muhammad dalam suatu hadist sebagai asal dari empat Nabi terawal ((Adam, Set, Nuh, dan Henokh) adalah yang kita kenal dalam banyak literatur sebagai wangsa Surya atau bangsa Matahari.

Secara spesifik dapat saya katakan bahwa tanah air dan asal leluhur bangsa suryani (sebelum mereka menyebar ke berbagai penjuru, terutama memasuki Asia selatan hingga mencapai timur tengah dan mediterania) adalah wilayah yang hari ini kita kenal sebagai Indonesia. 

Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari pernyataan tersebut telah saya bahasa dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya seperti:

Jadi, jika merujuk pada hasil analisa filologi (pembacaan naskah kuno), penggunaan metode komparasi linguistik, analisa morfologi bahasa, hingga pemaknaan toponim, maka kesimpulan bahwa Indonesia sebagai tanah air bangsa Suryani adalah hal yang sudah semestinya dikemukakan.

Karena itu, Bahasa Suryani yang disebut sebagai bahasa Nabi Adam - yang merupakan bahasa pemberian Tuhan kepada manusia - sesungguhnya adalah suatu bahasa yang berasal dari suatu wilayah di Indonesia. 

Lalu, bahasa dari daerah manakah di Indonesia? - sementara, Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan menyatakan, berdasarkan data terakhir, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah.

Untuk mencapai jawaban dari pertanyaan di atas, terlebih dahulu saya ingin mengajak pembaca untuk mencermati catatan para ahli bahasa dan penjelajah eropa yang telah melakukan penelitian di wilayah asia tenggara hingga Polinesia setidaknya sejak abad ke 17.

Perhatian ilmuwan dunia tentang adanya kesamaan bahasa antara beberapa wilayah di asia tenggara terutama Melayu hingga Polynesia telah di mulai setidaknya sejak akhir abad ke 17 - awal abad ke 18. Hal yang kemudian dikenal luas di kalangan peneliti linguistik dunia hari ini dengan istilah rumpun bahasa Austronesia.

Adriaan Reland (juga dikenal sebagai Adriaen Reeland / Reelant , Hadrianus Relandus) hidup sekitar antara tahun 1676-1718, dikenal sebagai sarjana Orientalis Belanda, kartografer dan filolog. Dalam bukunya De Linguist Insularum Orientalium ia mengemukakan pendapat bahwa bahasa-bahasa di Austronesia termasuk dalam satu rumpun bahasa. Hal itu berdasarkan daftar kata yang dikumpulkan pada awal 1616 oleh rekan-rekan Reland, penjelajah Jacob Le Maire dan Willem Schouten. (Asya Pereltsvaig.  2012: 143)

Lorenzo Hervas y Panduro (seorang Yesuit Spanyol dan filolog terkenal, hidup antara tahun 1735-1809). Pada tahun 1784, L. Hervas menerbitkan buku berjudul "Catalogo de las lenguas de las naciones conocidas, y numeracion division y clase de estas segun la diversidad de sus idiomas y dialectos" (Katalog bahasa dari negara yang dikenal, dengan pembagian kelas dan penomoran sesuai dengan keragaman bahasa dan dialeknya). Pada  volume II buku ini, ia membahas bahasa pulau-pulau di Samudra Hindia dan Pasifik - dan menjadi momentum keberadaan keluarga penutur Melayu dan Polynesia terbentuk. 

Menurut Slamet Muljana (1964) L. Hervas mengumpulkan pelbagai bahasa yang diketahuinya dari pelbagai sudut dunia untuk dibanding satu sama lain. Usaha ini dilakukan sebelum para sarjana Eropa mulai dengan perbandingan bahasa, yang sekarang terkenal dengan nama perbandingan bahasa Indo-Jerman; kemudian nama Indo-Jerman itu diubah menjadi Indo-Eropa. (Slamet Muljana,  1964; 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun