Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Formula Kunci Mengurai Sejarah

16 Februari 2019   07:14 Diperbarui: 16 Februari 2019   11:51 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
La Galigo, palmleaf on scroll (sumber: Leiden University Libraries)

Mengenai hubungan Nusantara dan Assam, Pada tahun 1848, J. R. Logan dalam karangannya Customs Common th the Bill Tribes Bordering on Assam and Those of the Indian Archipelago yang termuat dalam Journal of the the Indian Archipelago and Eastern Asia, mengemukakan saran bahwa bangsa Indonesia itu berasal dari Assam di Asia Tenggara. 

Pendapat tersebut didasarkan atas kesamaan kebiasaan antara beberapa suku di Sumatra dan Kalimantan dan suku Naga di Assam. Adat memotong kepala dan mencatat kulit pada orang Naga sama dengan adat orang Dayak di Kalimantan. 

Demikian pula mengenai perumahan bujang dan perhiasan. Tetapi ia masih ragu-ragu mengenai pendapatnya ini. Ia masih membuka kemungkinan lain. Mungkin teori-teori yang juga benar, katanya.

PARA: sebagaimana telah diurai di atas, para adalah bentuk lain dari pada. Pada dasarnya, keduanya sinonim.

WARA: di Kedatuan Luwu, Wara merupakan terminologi pusat kerajaan atau pusat pemerintahan. Merupakan inti - yang dengan demikian memiliki keterkaitan dengan konsep makro kosmos bara (unsur api) sebagai inti elemen.

Dari seluruh hasil analisa ini, dapat dibangun suatu hipotesa - yang kira-kira sebagai berikut:

Bada kemungkinan merupakan pusat Kedatuan Luwu jauh di masa lalu. Terdapatnya toponim loeo dan pada di kawasan itu menguatkan dugaan ini.

Morfologi toponim bada - pada, lalu, pada = sama; mempertegas asal suku Bajoe atau orang sama berasal dari Luwu.

Dan seterusnya.

Demikianlah sekelumit penjelasan secara sederhana mengenai penerapan metode identifikasi morfologi bahasa melalui pengamatan perubahan fonetik. Karena uraian ini hanya sebatas contoh maka saya tidak memasukkan data-data pendukung hipotesa lainnya. Yang jika saya masukkan akan sangat banyak dan merusak fokus pembahasan ini. 

Salah satu tinjauan yang lebih jauh, misalnya, adalah pengamatan apakah leksikon atau kosakata tersebut memiliki ciri khas bahasa bangsa maritime atau bangsa pelaut, di mana setiap suku kata berakhir dengan vokal, sebagaimana yang diungkap John Inglis (seorang misionaris asal Skotlandia yang melakukan perjalanan ke Vanuatu antara tahun 1850-1877), bahwa ciri bahasa melayu adalah setiap suku kata berakhir dengan vokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun