Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sulawesi: Disebut K'u-lun dalam Kronik Cina dan Gurun dalam Kitab Nagara Kretagama

11 Februari 2019   06:30 Diperbarui: 11 Februari 2019   07:56 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Letak semua wilayah yang dirinci dalam sumpah Palapa, Pati Gajah Mada. Dokpri

Jika mencermati penyebutan Pulau Gurun sebelum menyebutkan Bantayan (Bantaeng) dan Luwuk (Luwu) maka dapat diduga yang dimaksud pulau Gurun di sini adalah pulau Sulawesi. 

Hal ini juga dikuatkan dengan menganalisa "sumpah palapa" dari Pati Gajah Mada yang berbunyi: Lamun huwus kalah nusantara insu amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa. (untuk rincian letak wilayah, lihat pada gambar di bawah)

peta nusantara beserta nama-nama wilayah yang disebut Patih Gajah Mada dalam sumpa palapa. Dokpri
peta nusantara beserta nama-nama wilayah yang disebut Patih Gajah Mada dalam sumpa palapa. Dokpri
Dalam peta di atas dapat kita lihat bahwa semua daerah yang dirinci dalam sumpah Palapa, secara umum mewakili wilayah Nusantara dari timur hingga ke barat. Jika seandainya ada pendapat yang mengatakan bahwa wilayah gurun dalam sumpah palapa bukanlah pulau Sulawesi, maka akan menjad terasa janggal jika Pati Gajah Mada tidak menyebutkan pulau Sulawesi sebagai salah targetnya untuk menyatukan wilayah nusantara. 

Sebagai catatan, nama wilayah lain yang disebutkan dalam sumpah tersebut, dapat dikatakan telah dapat teridentifikasi dengan baik. Tersisa nama Gurun saja yang sejauh ini masih menjadi tanda Tanya.

Demikianlah, Identifikasi ini dapat dikatakan sejalan pula dengan fakta bahwa Sulawesi sebagai asal dari pada orang Bajoe, jadi, adalah benar jika orang-orang Cina di masa lalu menyebut pelaut dan pedagang dari laut selatan (nusantara) sebagai "orang gu-lun" itu berarti mereka merujuk pada pulau asal pelaut-pelaut tersebut yaitu pulau Gurun; yakni nama lain pulau Sulawesi di masa lalu.

Sebagai bahan tambahan, hipotesis Gu-lun sebagai bentuk asli dari K'u-lun dan merupakan transkripsi dari Gurun rupa-rupanya sangat sejalan dengan uraian Prof. Edward H. Schafer (1963), seorang ahli Sinologi, sejarawan, dan penulis Amerika, dalam bukunya "The Golden Peaches of Samarkand".

Dalam buku tersebut, Schafer mengutip catatan tentang K'un-lun dari Hui-lin seorang leksikografer Buddhis dari Dinasty Tang pada abad kedelapan dan kesembilan. Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa : "...mereka juga disebut Kurung. Mereka adalah orang-orang barbar di pulau-pulau besar dan kecil, dari Laut Selatan." 

Mereka sangat hitam, dan mengekspos sosok telanjang mereka. Mereka bisa menjinakkan dan menyerbu binatang buas, badak, gajah dan sejenisnya. Mereka juga disebutkan unggul ketika mereka masuk ke air, karena mereka dapat tetap di sana sepanjang hari dan tidak mati (Ketahanan di dalam air ini sangat tepat dengan kemampuan yang dimiliki oleh orang Bajo).

Berikut ini kutipan aslinya:

Dokpri
Dokpri
Demikianlah, pembacaan saya pada catatan-catatan kuno maupun catatan klasik yang menjadikan wilayah Nusantara sebagai topik pembahasannya, pada akhirnya memungkinkan saya untuk dapat menyusun hipotesis ini. Saya sangat berharap temuan ini dapat sekiranya ditindaklanjuti oleh mereka yang lebih kompeten di bidang ini, demi melengkapi historiografi bangsa kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun