Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menggagas Praktikum Budi Pekerti di Sekolah

8 Mei 2015   19:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:15 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14310898471044697572

[caption id="attachment_382559" align="aligncenter" width="480" caption="Kantin Kejujuran di SMAN 1 Bekasi"][/caption]

Maraknya kasus kejahatan yang melibatkan anak-anak sungguh mengiris hati. Pada usia yang masih belia mereka sudah diharuskan berhadapan dengan kasus hukum. Merelakan masa muda untuk dihabiskan tanpa pergaulan remaja normal sebagaimana mestinya.

Minimnya pendidikan moral yang didapat menjadi salah satu faktor pemicu tindak kejahatan. Sehingga tidak ada tameng yang bisa membentengi diri dari segala tindak-tanduk sang anak. Apalagi jiwa yang labil sering diidap oleh kaum remaja. Umumnya mereka tumbuh dalam lingkungan yang kurang perhatian.

Namun bersyukur bagi anak yang hidup dalam lingkungan keluarga penuh kasih sayang. Yang menanamkan nilai-nilai moral di dalamnya. Sehingga bisa dijadikan sebagai kontrol bagi sang anak dalam menghadapi kehidupan dunia remaja yang penuh godaan.

Institusi sekolah merupakan rumah kedua bagi para siswa. Selama setengah hari mereka menghabiskan waktunya untuk menimba ilmu. Meski lembaga pendidikan formal ini difokuskan sebagai tempat menuntut ilmu, namun pembelajaran moral juga harus menjadi prioritas.

Tidak semua anak mendapatkan pendidikan moral yang cukup dari orangtuanya. Hal ini bisa disebabkan oleh kesibukan kedua orangtua yang tidak memungkinkan untuk memantau sang anak secara penuh. Sebagai rumah kedua sudah seharusnya sekolah bisa menggantikan peran orangtua para siswa di rumah.


Sebagaimana diketahui bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan formal sebagai tempat menambah wawasan ilmu pengetahuan. Para siswa dituntut untuk bisa melahap semua mata pelajaran demi menambah kapasitas memori otak mereka. Guna untuk bisa melanjutkan pada tingkatan kelas yang lebih tinggi. Berkompetisi demi mendapatkan predikat sang juara kelas. Untuk memberi rasa bangga kepada orangtua yang mengharapkan masa depan cemerlang bagi sang buah hati.

Fokus pembelajaran di sekolah saat ini masih sebatas mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa dan begitu seterusnya. Para siswa diharuskan menelan semua ilmu yang diberikan untuk kemudian disimpan dalam memori mereka sebagai bekal menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan.

Umumnya mata pelajaran yang diajarkan bersifat teori. Menyampaikan materi secara lisan atau tertulis kepada siswa. Hanya beberapa pelajaran saja yang disertai dengan ilmu praktek. Biasanya yang menyangkut ilmu pengetahuan alam atau yang biasa disebut dengan praktikum.

Sebagai negara yang berlandaskan agama maka setiap institusi pendidikan formal diwajibkan untuk memberikan pelajaran agama kepada para siswa sesuai dengan keyakinan yang dianut. Bidang studi ini diharapkan bisa membentuk akhlak terpuji bagi para siswa. Sebagai bekal untuk dijadikan benteng dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Sayangnya porsi ilmu agama hanya dijadikan sebatas pelajaran teori. Sekedar hafalan sebagai amunisi di saat menghadapi ujian kenaikan kelas. Tanpa memahami makna yang tersirat di dalamnya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ketika masa pendidikan usai maka hafalan tersebut secara perlahan pun ikut menguap dari pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun