Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Honeymoon Keliling Asean ala Backpacker(1): Romantisnya Kota Malaka di Malam Hari

16 Februari 2016   15:01 Diperbarui: 2 Maret 2016   15:21 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gereja ini merupakan peninggalan dari pemerintahan Belanda yang dibangun pada tahun 1753. Sebelumnya bernama Dutch Reformed Church (Gereformeerde Kerk). Kemudian pada tahun 1795 diambil alih oleh Inggris dan diubah menjadi Anglican Church. Tidak hanya gereja, hampir di seluruh kawasan ini semuanya dipoles dengan warna merah, baik itu bangunan maupun jalanannya. Dinas Pariwisata Melaka memang benar-benar serius dalam memoles tempat ini agar menjadi daya tarik nan menawan bagi wisatawan. Wajar saja jika UNESCO menjadi terpikat dan menetapkannya sebagai World Heritage City.

Dari Christ Church kami masih terus melangkahkan kaki melintasi jalan-jalan mungil yang diapit bangunan-bangunan tua berwarna merah. Sekitar 500 meter bertemu lagi dengan persimpangan jalan yang menghubungkan dengan simpang-simpang tua di sekitarnya. Lalu berbelok ke arah kiri melintasi jembatan yang membelah Sungai Melaka. Siraman cahaya lampu kuning temaram masih terlihat dimana-mana.

[caption caption="Sungai di tengah Kota Melaka"]

[/caption]

[caption caption="Persimpangan Laksamana"]

[/caption]

Belok ke kiri lagi. Masih berada di kawasan kota tua. Kali ini kami memasuki penampakan kota tua yang benar-benar alami. Tidak dipoles memerah sebagaimana sebelumnya. Di sisi kiri - kanan tampak bangunan-bangunan dengan ragam arsitektur jadul (jaman dulu) nan unik. Disini juga banyak terdapat penginapan murah.

Pada jalan ini terdapat belokan pertama ke arah kanan yang tertera pada papan penunjuk arah tulisan "Makam Hang Jebat", seorang legeda pada masa kerajaan Melayu. Mengingat waktu malam hari, kami mengurungkan niat ke sana. Kami pun terus berjalan ke depan hingga bertemu persimpangan Jonker Street. Cukup semarak suasana di sini. Bangunan bertingkat lima bergaya khas oriental tampak cantik di sudut kiri. Di sudut kanan terdapat sebuah kafe waralaba ternama yang didatangi oleh anak-anak muda.

Saat bertandang ke sini kami melihat sekelompok orang sedang melakukan syuting film. Aroma sejarah dan budaya yang masih melekat di sini sering memikat bagi para pekerja seni untuk dijadikan lokasi pengambilan gambar.

[caption caption="Kawasan Jonker Street dijadikan tempat lokasi syuting"]

[/caption]

[caption caption="Jembatan yang membelah Sungai Melaka"]

[/caption]

[caption caption="Kincir Angin"]

[/caption]

Dari Jonker Street, kami mengambil arah ke kiri, menyeberangi jembatan, dan bertemu kembali dengan kawasan Gereja Merah. Kemudian dilanjutkan melewati jalan serupa saat perjalanan pergi, dan terus berjalan hingga ke Dataran Pahlawan, kembali ke penginapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun