Sebagai sebuah kelompok partai baru akan bertanding dengan partai lama pada pemilu selanjutnya. Partai baru harus memiliki persatuan yang kuat, sebagai individu-individu yang tergabung dalam kelompok mereka harus mengutamakan tindakan altruis bukan egois. Alasan altruis adalah untuk membesarkan kelompok dengan cara mengutamakan kepentingan kolektif bukan kepentingan individu. Sebagai perumpamaan ada pada bab 10 the selfish gene, Dawkins mengatakan bahwa Hyena mampu menyerang mangsa yang lebih besar darinya apabila berkelompok ketimbang sendiri. Siasat berkelompok Hyena menguntungkan bagi individu-individu Hyena yang egois karena berkelompok artinya berbagi makanan. Jelas bahwa apabila mengutamakan kelompok maka kepentingan individu dapat tersalurkan di lain sisi apabila partai baru lebih mencolok secara berkelompok tentu akan kelihatan lebih kuat dan juga akan nampak sebagai sarat akan kerja sama.
partai baru juga harus memiliki "senjata" untuk menyerang, senjatanya adalah ide dan gagasan. Namun ide dan gagasan itu harus berpijak pada permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat saat ini yang berasal dari kesalahan kebijakan politik. Salah satu yang membuat poin ini penting adalah partai baru akan menegaskan diferensiasi-nya terhadap partai lama. Yah, ini juga berarti partai baru harus mengambil posisi berjarak dengan partai lama. Kalau semisal kita ingin mengatakan bahwa partai lama yang berkuasa saat ini, maka jarak yang dimaksud yakni partai baru harus menjadi oposisi. Ide dan gagasan suatu kelompok cenderung diperhatikan apabila berbeda dari yang lain. Itulah yang digunakan partai baru untuk menawarkan kepada masyarakat agar keberpihakan dapat diraih.
Partai baru juga perlu mengenali "medan" agar tidak terkesan terlalu kentara dan sangat mudah dikenali atau dinilai itu-itu saja. Ini berhubungan dengan penggunaan senjata. Beda wilayah beda pula permasalahannya, treatment yang diterapkan mesti berbeda-beda. Misalnya, di wilayah yang rentan praktik money politik tawaran solusi haruslah menonjol pada sisi bagaimana masyarakat dapat terhindar dari praktik tersebut. Pada wilayah yang tidak rentan, tawaran solusi menonjol pada aspek tertentu pula, misalnya menawarkan solusi akibat permasalahan kebijakan pembangunan, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Masih banyak yang dapat dipikirkan. Kita lebih menyukai adanya solusi daripada masalah menggantung terus menerus. Asumsi saya mengatakan bahwa penilaian masyarakat pada turunnya kualitas sumber daya manusia di pemerintahan karena sebagian kandidat yang ikut pemilu menerapkan "satu visi-misi untuk semua" atau "sapu-rata" artinya sebagian kandidat tidak mengenali medan.
Jadi ketiga poin ini yakni perilaku altruis---mementingkan kelompok, punya ide dan gagasan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat, dan mengenali medan. Ketiganya punya kesamaan bahwa membentuk partai bukan sekedar berkelompok dan berkelompok bukan sekedar berkumpul. Tapi, dalam bahasa gen, partai adalah cara hidup berkelompok untuk keberlangsungan hidup politik. Yah, tentu saja ada tujuan besar dibalik pembentukan partai baru namun itu bukan strategi untuk menang melawan partai lama, semua partai punya tujuan pada saat dibentuk sehingga ketiga poin tadi bukanlah sebuah cara, bukan langkah, namun hal biasa saja. Usaha kita sia-sia, namun kita terus bertanya, apakah ada alternatif lain?
Dalam politik walaupun itu berkelompok perilaku altruis dan egois tidak gampang dibedakan. Sebab politik lebih sering dibalik layar, lebih sering menampilkan kedok-kedok, apa yang ditampilkan biasa hanya kiasan-kiasan bukan makna harfiah nya. Sehingga kita tidak usah terburu-buru mempercayai caleg yang berkoar-koar kampanye bertekad untuk menyejahterakan masyarakat. seperti kata kebanyakan orang "janji belum tentu ditepati". Ada yang nampak mengutamakan kelompok tapi sebenarnya itu adalah kepentingan pribadi. Ada yang berbicara demi kesejahtaraan rakyat, diam-diam kepentingan diri dan keluarga.
Meskipun altruis itu bisa dijalankan tentu hal ini mesti diabaikan, setidaknya tidak terlalu dipikirkan oleh partai baru karena partai lama juga dari dulu mengaku altruis. Apakah mesti berbeda? Saya kira tidak perlu, meskipun sama-sama altruis tapi caranya harus berbeda, yah jadi mesti berbeda. Ini sangat berputar-putar.
Ini menyambung mengenai ide dan gagasan, bahwa partai baru perlu berpijak pada permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini yang lantas dari ide-ide itu menyebabkan partai baru harus mengambil jarak. Mungkin oposisi saja, seperti itu. Kalau ia ikut mengkritik bersama masyarakat bisa jadi partai baru disukai. Tapi sebenarnya karena pemilu ada menang dan ada kalah, dan biasanya yang kalah akan menjadi oposisi maka partai baru bisa bersama-sama dengan partai lama (kalah). Jadi betul-betul tidak ada pertentangan. Disini kita bisa menegaskan maksud makna berperilaku altruis tadi, bahwa untuk altruis bukan hanya persoalan mementingkan kelompok. Tapi bersama-sama dengan masyarakat. Tapi ini bukan peluang yang menjanjikan karena partai lama sebagian dari dulu melakukan ini, meskipun tidak ada yang cukup serius. Mungkin partai baru bisa cukup serius bersama "rakyat".
Mengenali medan bisa jadi lebih solutif. Mengapa? Karena ia bisa lebih mendetail dan teknis tergantung kreatifitas masing-masing. Yang lebih kreatif bisa jadi lebih unggul. Partai lama yang tidak kreatif bisa jadi akan kalah oleh partai baru. Kompleksitas mengenai ide dan gagasan diturunkan menjadi strategi yang disusun dari langkah-langkah teknis yang kreatif. Yah, walaupun lagi-lagi bukan peluang yang menjanjikan.
Semua serba kemungkinan pada akhirnya hampir terbantahkan. Dari perilaku altruis, ide dan gagasan, dan mengenali medan semua dijalankan oleh partai lama. Tapi masih begitu banyak kemungkinan cara yang dapat dipikirkan. Tapi ada benang merah yang bisa kita hubungkan, bahwa perilaku altruis hanya ditegaskan oleh ide dan gagasan yang dimana ide dan gagasan tersebut hanya berasal dan diperuntukkan untuk masyarakat. Sebut saja sebagai teori altruis pertahanan kelompok politik.
Jadi pencarian kita tidak sia-sia.