Kali ini kita akan bahas sejarah pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan yang digagas oleh Herman Willem Daendels. Herman Willem Daendels merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, menjabat pada masa pemerintahan Republik Batavia yang dipengaruhi oleh kekuasaan Napoleon Bonaparte. Sebelum dikirim ke Hindia Belanda, Daendels dikenal sebagai tokoh radikal di Belanda yang mendukung Revolusi Prancis. Ia sempat menjadi jenderal dalam militer Republik Batavia dan sangat dipengaruhi oleh ide-ide militeristik dan efisiensi administratif ala Prancis.Â
Proyek pembangunan Jalan Raya Pos dari Anyer hingga Panarukan merupakan satu-satunya mega proyek besar pada masanya yang bertujuan menghubungkan bagian barat dan timur Pulau Jawa. Jalan ini dikenal sebagai Jalan Raya Daendels dan sering disebut sebagai tragedi kemanusiaan karena melibatkan kerja paksa (rodi) dan menyebabkan sekitar 12.000 kematian warga pribumi.Â
Herman Willem Daendels awalnya bergabung dengan kelompok yang menentang pemerintahan Raja William V di Belanda, bahkan sempat terlibat dalam penyusunan undang-undang dasar Belanda dan menjadi jenderal (letnan jenderal). Namun, ia mengundurkan diri pada tahun 1800 karena merasa gagal menangani serangan Inggris dan Rusia ke Belanda. Meskipun mundur dari militer, karier Daendels berlanjut saat Prancis menaklukkan Belanda pada tahun 1806 dan mendirikan Kingdom of Holland, dengan Louis Napoleon (adik Napoleon Bonaparte) sebagai raja.
Karena hubungan dekat Daendels dengan Prancis (ia sempat melarikan diri ke sana saat menjadi pemberontak), Louis menunjuknya sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda menggantikan Albertus Wiese. Penunjukan ini dilatarbelakangi oleh karakter Daendels yang dikenal revolusioner, nekat, dan pemberani. Tugas utamanya adalah mempertahankan Pulau Jawa dari ancaman Inggris, yang saat itu menjadi kekuatan kolonial besar. Maka, dimulailah pengiriman Daendels ke Hindia Belanda yang kelak memprakarsai pembangunan Jalan Raya Pos sebagai bagian dari strategi pertahanan.Â
Pada masa itu, Pulau Jawa adalah satu-satunya daerah jajahan Belanda yang belum dikuasai Inggris, sehingga Louis Napoleon mengutus Daendels untuk menjaga pulau tersebut. Daendels berangkat dari Eropa pada 18 Februari 1807 dan tiba di pelabuhan Anyar setelah perjalanan laut yang sulit selama sekitar 10 bulan. Sesampainya di Anyar, Daendels melanjutkan perjalanan darat ke Batavia (Jakarta), yang menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda. Namun, perjalanan darat ini juga sangat berat karena kondisi jalan dari Anyar ke Batavia sangat buruk jalan penuh lubang bekas peluru meriam dan tergenang air, sulit dilalui kendaraan seperti kereta kuda.Â
Setelah menempuh perjalanan darat selama lima hari, Daendels tiba di Batavia pada 5 Januari 1808 dan resmi diangkat sebagai Gubernur Hindia Belanda ke-36. Sebagai gubernur, upaya pertamanya adalah memperkuat pertahanan Jawa dengan merekrut tentara dari berbagai suku di nusantara untuk menghadapi ancaman Inggris. Ringkasnya, Daendels tiba di Jawa dengan misi menjaga pulau dari Inggris, menemukan infrastruktur jalan sangat buruk, dan langsung mengambil langkah memperkuat militer lokal.Â
Pada masa itu, para petinggi Belanda enggan merekrut warga pribumi menjadi anggota militer karena takut kalau mereka pintar dan jago, justru bisa melawan balik. Namun, Daendels tidak peduli dengan kekhawatiran itu. Baginya, yang penting wilayah Jawa aman dari serangan Inggris, jadi dia merekrut banyak warga lokal untuk bergabung di militer.
Selain memperkuat tentara, Daendels juga memerintahkan pembangunan pabrik persenjataan di Semarang dan Surabaya agar suplai senjata semakin kuat. Namun, upaya itu masih dirasa kurang. Daendels pun merencanakan proyek besar yaitu membangun jalan raya yang menghubungkan bagian barat Pulau Jawa hingga ke timur, dari Anyer sampai Panarukan. Jalan ini dikenal sebagai Jalan Anyer-Panarukan, atau yang kemudian menjadi Jalan Pantura, juga disebut Jalan Daendels.
Pembangunan jalan ini dimulai tahun 1808 dan menjadi proyek besar yang menyimpan banyak cerita kelam dan menyedihkan karena pengerjaannya sangat berat. Daendels terinspirasi dari Imperium Romawi yang membangun jalan raya bernama "Via Publica" (surcus publikus) yang digunakan untuk memperlancar administrasi negara dan mobilitas pasukan. Tujuannya, jalan ini nantinya dapat mempermudah pergerakan militer Belanda di Jawa agar cepat merespon bila Inggris menyerang. Daendels membangun jalan Anyer-Panarukan bukan hanya untuk alasan militer, agar pasukan bisa bergerak cepat, tapi juga untuk tujuan ekonomi membantu penduduk mengangkut hasil pertanian ke pelabuhan Anyer dengan lebih mudah.