Mohon tunggu...
Fadiyah Zahwa
Fadiyah Zahwa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Aktif Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kondisi Fatherless terhadap Tujuan Hidup Seorang Anak dalam Novel Ayah, Ini Arahnya Kemana, Ya? Karya Khoirul Trian

15 Mei 2025   23:08 Diperbarui: 15 Mei 2025   23:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah, Ini Arahnya Kemana, Ya? karya Khoirul Trian merupakan novel yang mengangkat tema kehilangan dan penentuan arah hidup, terutama bagi anak yang tumbuh tanpa sosok ayah. Novel ini berhasil memikat hati banyak pembaca untuk merenung, bangkit, dan belajar ikhlas atas kepergian sosok ayah dalam hidup terutama Gen-Z.

Ayah adalah sosok nahkoda dalam keluarga terutama dalam kehidupan seorang anak. Kehadiran sosok ayah berperan penting dalam proses tumbuh kembang anak, kondisi mental dan psikologi anak, ayah juga menjadi sumber dukungan untuk anaknya, serta dapat membantu untuk menentukan tujuan arah hidup. Novel ini bertemakan tentang fatherless, di mana kondisi seorang anak yang tumbuh tanpa didampingi sosok ayah.

Kondisi fatherless ini dapat kita temukan dikehidupan sekitar kita. Sangat banyak anak yang merasakan pahitnya kehidupan tanpa bimbingan, dukungan, dan hilang arah tanpa hadirnya si sosok nahkoda itu. Jika kita perhatikan orang-orang disekitar kita yang tidak merasakan sosok ayah dalam setiap jalannya, maka kita bisa mengetahui bagaimana beratnya mereka menjalani hari tanpa dukungan dan bimbingan sesorang ayah, terutama dalam proses menginjak masa dewasa. Saat menginjak masa dewasa, disaat itulah awal mula penentuan arah hidup akan kemana nantinya? akan jadi apa nantinya? bagaimana kehidupan nantinya? dan apakah kehidupan akan berpihak pada kita atau tidak?

Dalam alur cerita yang disajikan oleh Khoirul Trian digambarkan bagaimana saat seorang anak menginjak masa dewasa yang penuh dengan rintangan. Anak itu berkata pada dirinya sendiri bahwa benar, saat ia beranjak dewasa semuanya akan terasa sulit, ia harus bisa menghidupi dirinya sendiri agar bisa kembali bertemu pagi di esok hari. Ia merasa bingung, takut, dan sepi dalam menjalani harinya. Tidak tau harus bagaimana nantinya. Rasa yang dialami oleh tokoh anak dapat kita rasakan melalui sebuah kalimat "Ayah ini arahnya kemana, ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya."

Tidak hanya pembaca yang merasakan hal serupa saja, tetapi pembaca yang memiliki sosok ayah pun pasti akan relate dengan kisah tersebut. Saat masa kanak-kanak, banyak yang berpikir bahwa menjadi dewasa itu adalah hal yang menyenangkan karena melihat bagaimana orang-orang dewasa bekerja, menghasilkan duit, serta dapat bepergian kemana saja. Namun, setelah mengalaminya sendiri ternyata menjadi dewasa tidak semenyenangkan itu. Seketika bayang-bayang orang dewasa yang dipikirkan sejak kanak-kanak buyar, tak sesuai dengan ekspetasi.

Bagi seorang anak yang punya sosok ayah untuk bertanya, meminta, dan berkeluh kesah tentunya masa sulit itu akan menjadi sedikit ringan dengan bantuan ayahnya. Lalu, bagaimana dengan yang tidak? Ya, perasaan dan keadaan yang dialami oleh tokoh dalam novel pasti juga sama dengan yang dirasakan oleh orang-orang yang bernasib serupa pula.

Tidak hanya relate dan cocok untuk pembaca yang tidak memiliki sosok ayah saja, tetapi novel ini juga akan menjadi bacaan yang cocok untuk dibaca oleh seorang ayah. Mereka dapat menemukan bagaimana perasaan seorang anak tanpa kehadiran sosok ayah, sehingga dapat merasa lebih peka dengan mental dan psikologis yang dialami oleh seorang anak. Karena yang diinginkan seorang anak adalah waktu, bimbingan, dan arahan dari sang ayah. 

Nah, seringkali ketika kita membaca tetapi tidak tahu maksud dari kata yang diberikan tentunya kita tidak akan mengerti dan berusaha mencari makna dibalik kata tersebut agar mengerti dengan jalan cerita yang ditawarkan penulis. Namun, bahasa yang digunakan oleh Khoirul Trian terbilang puitis, tetapi santai dan sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca terutama Gen-Z yang tidak suka berpusing-pusing memikirkan makna dibalik kata-kata yang over puitis 

Maka, bagi pembaca yang relate dengan kisah tokoh dalam novel ini tentunya bacaan ini sangat menarik dan untuk dibaca. Selain itu dengan tema yang jarang diangkat ini menjadi suatu kelebihan untuk novel "Ayah ini Arahnya kemana, Ya? Karena pembahasannya jarang dibincangkan dengan terbuka, sehingga bisa menjadi sebuah renungan bagi para  pembaca. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun