Mohon tunggu...
Fadiyah Munifah
Fadiyah Munifah Mohon Tunggu... Freelancer - Hobi naik gunung dan work from cafe yang sesekali jiwa content creator nya muncul. Sedang dalam perjalanan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Certified Social Worker | Community Development Officer | Social Media Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jurang Nyata Kesenjangan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

15 Juni 2020   16:30 Diperbarui: 15 Juni 2020   16:33 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Walau penyebaran Covid-19 belum dipastikan berakhir, berbagai pemenuhan kebutuhan tetap tidak bisa untuk tidak terpenuhi,  termasuk kebutuhan pendidikan bagi anak. Sejumlah kebijakan pemerintah untuk membersamai belajar di rumah bagi anak sekolah telah dikerahkan. Seperti siaran pada stasiun TVRI yang dijadikan media pembelajaran bagi anak-anak dan hal ini cukup mendapat respon positif dari para orang tua.

Penutupan sekolah merupakan langkah antisipasi pencegahan virus covid-19, namun ditutupnya sekolah  sebagai lembaga pendidikan tentu saja memberikan dampak bagi anak-anak, mulai dari proses belajar yang terhambat, penyampaian materi yang kurang efektif, hingga pada kesempatan aktualisasi diri dengan bermain bersama teman sebaya menjadi sesuatu yang sulit dirasakan.

Alhasil tak sedikit anak yang merasa kesepian dengan belajar di rumah. Satu hal yang pasti, tidak ada yang menyangka bahwa pandemi ini juga banyak mengubah pendidikan di Indonesia.

Dari beberapa hak yang dimiliki oleh anak diantaranya hak untuk hidup, bertumbuhkembang, berpartisipasi, dan hak untuk mendapatkan perlindungan, maka pendidikan adalah salah satu jalan untuk mencapai terpenuhinya hak-hak tersebut.

Kesenjangan pendidikan merupakan masalah sosial yang alot dan terbilang sudah ada sejak lama. Kenyataan banyaknya kasus kesenjangan pendidikan di pedesaan dan di perkotaan kini tertimpa lagi dengan kondisi pendidikan di masa pandemi Covid-19. Dimana, tak terkecuali di masa pandemi ini kesenjangan pendidikan juga cukup menjadi sorotan dan cukup dirasakan keberadaannya.

Melalui pemberitaan di sejumlah media, kesenjangan pendidikan tersebut nyata terpampang. Salah satunya, penggunaan media belajar yang tak semua siswa dapat mengaksesnya. Walaupun kemudahan teknologi dan ketersediaan pengaksesan berbagai pengetahuan cukup mudah di era serba canggih ini, namun lain halnya bagi mereka yang tak cukup beruntung dengan keadaan yang dimilikinya.

Memang betul, bagi anak di kalangan menengah ke atas, media seperti televisi, smarthphone, akun belajar online, dan media lainnya mungkin cukup mudah atau bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun berbeda dengan siswa yang berada di pedesaan dengan minimnya teknologi dan tidak terjangkaunya biaya untuk memenuhi kegiatan belajar di rumah.

Tak sedikit orang tua yang mengeluhkan hal ini, dengan begitu interpretasi masyarakat terhadap krisis pendidikan di masa pandemi ini cukup menjadi ukuran subjektif yang menyatakan bahwa hal tersebut adalah masalah sosial.

Indikator yang semakin memperkuat bahwa kesenjangan pendidikan ini menjadi masalah sosial diantaranya pertama, keberadaannya yang melanggar nilai dan norma di masyarakat dimana hak anak mendapatkan pendidikan yang setara menjadi tercederai.

Kedua, tentu saja tak ada yang menginginkan kesenjangan pendidikan ini, setiap orang tua dan anaknya menginginkan kesempatan belajar yang sama. Ketiga kesenjangan pendidikan di masa pandemi ini cukup menjadi perhatian publik.

Hal inilah yang menjadi tantangan pendidikan di masa pandemi Covid-19. Bagaimana agar setiap anak tidak kehilangan kesempatan untuk belajar. Seharusnya teknologi bisa mengurangi kesenjangan pendidikan ini, yaitu dengan kemudahan mengakses ilmu pengetahuan yang dapat dilakukan oleh setiap masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun