Mohon tunggu...
Fadira Aulia
Fadira Aulia Mohon Tunggu... Universitas Jember

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Sistem Moneter Internasional dalam Krisis Keuangan Global Tahun 2008 di Amerika Serikat

1 Mei 2025   22:07 Diperbarui: 1 Mei 2025   22:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sistem moneter internasional merupakan kerangka yang mengatur hubungan ekonomi dan keuangan antarnegara. Sistem tersebut mencakup aturan dan kebijakan yang membuat negara-negara untuk melakukan transaksi lintas batas, mengelola utang luar negeri, serta menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dan cadangan devisa. Sistem moneter internasional berperan penting dalam menjaga kestabilan ekonomi global, namun di balik fungsinya, sistem tersebut menyimpan potensi resiko yang dapat berdampak pada negara-negara yang terhubung satu sama lain dalam jaringan perdagangan dan keuangan global. Salah satu contoh nyata dari dampak negatif sistem moneter internasional adalah krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis ini bermula di Amerika Serikat dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi ekonomi negara-negara besar dan berkembang.

Krisis keuangan global dimulai di Amerika Serikat pada tahun 2007, ketika banyak warga Amerika Serikat mengambil pinjaman rumah yang beresiko tinggi, atau sering disebut hipotek subprima. Bank-bank Amerika Serikat memberikan pinjaman kepada individu dengan kredit buruk untuk membeli rumah, bahkan pada mereka yang tidak memiliki kemampuan membayar. Pinjaman tersebut sebagai bagian dari pasar perumahan yang berkembang pesat, dijual kepada investor di seluruh dunia dalam bentuk surat berharga atau sekuritas. Ketika harga rumah mulai turun, banyak peminjam yang gagal membayar pinjaman, hingga menyebabkan nilai sekuritas merosot tajam. Pada tahun 2008, krisis semakin parah setelah bank investasi Lehman Brothers bangkrut, hingga memicu kepanikan di pasar keuangan global.

Banyak bank besar yang dulu aktif menjual produk keuangan berisiko tinggi mulai mengalami kerugian besar, bahkan ada yang harus diselamatkan oleh pemerintah karena hampir bangkrut. Keruntuhan Lehman Brothers menjadi titik balik dalam krisis keuangan global yang menyebabkan ketidakstabilan besar di pasar keuangan, mempengaruhi bursa saham, dan menyebabkan terjadinya krisis di banyak negara di seluruh dunia. Krisis tersebut menyebabkan penurunan besar dalam perdagangan internasional dan investasi. Negara-negara yang bergantung pada ekspor, seperti Jerman, Jepang, dan negara-negara berkembang, mengalami penurunan permintaan barang dan jasa dari negara-negara maju yang sedang terpuruk. Dampaknya juga terlihat di negara-negara berkembang seperti Indonesia, yang mengalami naik turunnya nilai tukar mata uang dan berkurangnya investasi dari luar negeri. Dalam situasi seperti ini, sistem moneter internasional yang mengatur hubungan ekonomi antar negara-negara mulai menunjukkan kelemahan.

Salah satu dampak terbesar dari krisis keuangan global adalah resesi yang melanda hampir seluruh dunia. Di Amerika Serikat, ekonomi mengalami penurunan tajam dengan tingkat pengangguran yang mencapai angka tertinggi dalam beberapa dekade. Negara-negara Eropa juga mengalami dampaknya, banyak negara yang terjebak dalam krisis utang, seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal. Bahkan negara-negara besar seperti Jerman dan Inggris mengalami penurunan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi. Pasar saham di seluruh dunia merosot, dan banyak perusahaan besar terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar. Krisis tersebut mempengaruhi negara-negara berkembang. Indonesia, misalnya, mengalami ketidakstabilan pada nilai tukar rupiah di pasar keuangan domestik.

Permintaan ekspor Indonesia juga menurun, terutama untuk produk-produk yang biasa diekspor ke negara-negara maju. Hal tersebut menunjukkan bagaimana ketergantungan terhadap sistem moneter internasional yang saling terhubung dapat membuat negara-negara, terutama yang sedang berkembang, rentan terhadap dampak dari krisis yang terjadi di negara maju. Di sisi lain, krisis keuangan global memperlihatkan kelemahan dalam sistem pengawasan keuangan global. Banyak lembaga keuangan yang terlibat dalam praktik pinjaman berisiko tinggi dan perdagangan sekuritas yang tidak diawasi dengan ketat. Hal tersebut menyebabkan keruntuhan bank besar dan menyebabkan dampak yang lebih luas terhadap perekonomian global. Kebijakan yang tidak terkoordinasi dan tidak transparan dari lembaga-lembaga internasional seperti Bank Sentral Amerika Serikat dan International Monetary Fund (IMF) juga memperburuk situasi.

Untuk mengatasi dampak dari krisis finansial 2008, banyak negara dan lembaga internasional melakukan berbagai upaya. Di Amerika Serikat, pemerintah membuat program penyelamatan yang dikenal dengan TARP (Troubled Asset Relief Program) untuk memberikan dana talangan kepada bank-bank besar yang terancam bangkrut. Langkah ini berhasil mencegah kehancuran sistem keuangan, tetapi juga memunculkan perdebatan tentang dampaknya terhadap anggaran negara dan ketidakadilan yang ditimbulkan. Di Eropa, beberapa negara yang paling terdampak, seperti Yunani, Spanyol, dan Portugal, menerima paket bantuan finansial dari Uni Eropa dan IMF. Namun, bantuan ini datang dengan syarat yang ketat, termasuk pemotongan anggaran, pengurangan belanja negara, dan perubahan struktural lainnya. Meskipun kebijakan tersebut bertujuan untuk menstabilkan perekonomian negara-negara tersebut, banyak yang berpendapat langkah tersebut semakin memperburuk kondisi sosial dan ekonomi, terutama bagi kalangan masyarakat kelas menengah dan bawah.

Di tingkat global, lembaga-lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia memperkenalkan kebijakan untuk memperkuat pengawasan terhadap sistem keuangan global. Namun, beberapa pihak mengkritik bahwa kebijakan yang ada masih terlalu menguntungkan negara-negara besar dan tidak cukup mendukung negara-negara berkembang untuk menghadapi krisis. Krisis keuangan global 2008 memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, sistem moneter internasional yang terhubung erat ini bisa menjadi pedang bermata dua. Meskipun kerja sama antarnegara memberi banyak manfaat dalam perdagangan dan investasi, hubungan yang sangat erat ini juga bisa membawa masalah besar. Ketika satu negara besar mengalami krisis, dampaknya bisa cepat menyebar ke negara lain dan mengganggu ekonomi secara global. Dalam hal tersebut, krisis yang dimulai di Amerika Serikat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, mempengaruhi ekonomi negara-negara lain.

Kedua, krisis ini menunjukkan pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap sektor keuangan global. Praktik pinjaman berisiko tinggi yang dilakukan oleh lembaga keuangan besar menunjukkan bahwa sistem yang ada masih lemah dan rentan terhadap spekulasi yang berlebihan. Oleh karena itu, perlunya pengawasan keuangan global yang bertujuan untuk mencegah terjadinya krisis serupa di masa depan. Ketiga, negara-negara berkembang harus lebih berhati-hati dalam mengelola ekonomi mereka dan mengurangi ketergantungan pada pasar global yang tidak stabil. Pengelolaan utang dan diversifikasi ekonomi atau memiliki banyak sumber pendapatan, yang bijak membantu negara berkembang menjadi lebih kuat dan tidak mudah goyah saat terjadi krisis global.

Krisis finansial global 2008 mengingatkan tentang pentingnya ketahanan sistem moneter internasional dalam menghadapi gejolak ekonomi. Meskipun sistem ini membawa banyak keuntungan dalam perdagangan dan investasi antarnegara, keterkaitan yang sangat erat antarnegara justru bisa memperparah dampak krisis. Jika satu negara besar mengalami masalah ekonomi, negara-negara lain yang terhubung dengannya juga bisa ikut terdampak. Oleh karena itu, dibutuhkan perubahan dalam pengelolaan sistem moneter internasional yang lebih transparan dan inklusif, serta pengawasan yang lebih ketat terhadap sektor keuangan global. Negara-negara harus memperkuat kondisi perekonomian dalam negeri mereka untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar global dan lebih siap menghadapi krisis yang mungkin terjadi di masa depan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun