Mohon tunggu...
Fadila Pradita Sari
Fadila Pradita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta

Halooo!! Mari sedikit berkenalan, saya biasa dipanggil Dila. Saya suka sesuatu yang menyenangkan. Terimakasih.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akibat Kekeringan Sebagian Petani di Sragen Mengalami Gagal Panen, Hingga Kemiskinan Meningkat

10 September 2023   21:39 Diperbarui: 13 September 2023   19:01 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemarau panjang yang mersahkan bagi masyarakat Sragen, Jawa Tengah, Indonesia. Penyebab terjadinya kekeringan cukup beragam dan berbeda di tiap daerahnya. Penyebab terjadinya kekeringan biasanya melalui proses alami, namun sayang semakin tahun semakin diperparah dengan kebiasaan buruk di tengah masyarakat. Kekeringan menjadi ancaman apabila program reboisasi tidak diintensifikan untuk mengembalikan wilayah resapan air.

 Mengingat, kondisi iklim di bumi juga sudah tidak menentu akibat dari Global Warming. Hal tersebut juga akan menjadi penyebab terjadinya kekeringan di lingkungan. Dengan iklim yang tidak menentu, biasanya curah hujan juga akan terpengaruh, dan bisa saja dalam satu wilayah justru sama sekali tidak mendapatkan curah hujan yang cukup.

Dampak yang terjadi selama kemarau sangat dirasakan oleh masyarakat, terkhusus bagi para petani padi yang sangat merasakan akibat dari kekeringan tersebut, karena tanpa air yang cukup, sawah akan segera mengering dan panen gagal. Petani yang mengalami kekeringan  biasanya yang memiliki pekarangan jauh dari sungai dan merupakan sawah tadah hujan. Keluhan dari beberapa petani karena harus lebih sering melakukan pengairan pada sawah daripada biasanya, yang menyebabkan kantong bocor karena biaya pengairan yang cukup mahal saat ini. 

Selain itu, beberapa petani di Sragen bahkan memilih untuk menunda dalam penggarapan sawah, dan membiarkan sawah tersebut dibiarkan menganggur tanpa dialiri air atau biasanya warga Sragen menyebutnya bero. Petani cukup khawatir apabila mereka memaksakan menanam justru akan mengalami gagal panen, jadi lahan dibiarkan menganggur untuk mengantisipasi kerugian. Ada beberapa petani juga yang beralih dari tanaman padi ke tanaman palawija yang dirasa bisa menjadi alternatif terbaik, karena tidak membutuhkan banyak pasokan air.

Namun akibat dari gagal panen yang dialami para petani tersebut juga berdampak pada perekonomian masyarakat yang cukup signifikan. Gagal panen yang disebabkan oleh faktor cuaca tersebut membuat petani yang tetap menggarap sawahnya harus mengeluarkan uang untuk pengarian lebih banyak dari biasanya, sedangkan petani yang menganggurkan lahannya maka harus membeli beras sebagai makanan pokok setiap harinya. Diketahui bahwa saat ini harga beras sedang naik, maka masyarakat yang tidak memiliki cukup persediaan beras harus beli dengan harga yang cukup mahal.

Dapat disimpulkan bahwa kemarau saat ini cukup berdampak bagi perekonomian masyarakat, apa lagi sekarang apa-apa yang serba mahal. Masyarakat kurang mampu yang harus mengalami kegagalan panen. Dari sini juga dapat diketahui bahwa gagal panen tidak hanya disebabkan oleh serangan hama, salah memilih benih, kekurangan pupuk, namun kekurangan air juga dapat memicu terjadinya kegagalan panen.

Karena gagal panen tersebut perekonomian masyarakat cukup berpengaruh, disebabkan hasil panen yang buruk bahkan tidak panen sama sekali menjadikan harga beras naik sehingga masyarakat miskin cukup kesulitan. Masyarakat miskin yang memilih menunda dalam menggarap lahan pertanian dengan alasan untuk mengantisipasi kerugian, namun malah dihadapkan dengan meningkatnya harga pangan yang naik.

Disusun oleh kelompok 5:

1. Veronika (192111108)

2. Fadila Pradita S. (212111128)

3. Fitriyani (212111137)

4. Karenna Ailiya (212111144)

5. Wafa Amaliya (212111145)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun