Koperasi merupakan salah satu pilar ekonomi kerakyatan di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam mendorong kesejahteraan masyarakat. Sebagai lembaga ekonomi yang berbasis pada asas kekeluargaan dan kebersamaan, koperasi merupakan institusi keuangan yang berfungsi menyediakan layanan keuangan berupa kegiatan simpan dan pinjam bagi masyarakat luas (Mare & Yana, 2022). Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan transformasi digital, koperasi dihadapkan pada tantangan besar, terutama dengan munculnya berbagai layanan keuangan digital seperti pinjaman online (pinjol) yang menawarkan kemudahan, kecepatan, dan akses yang luas kepada masyarakat.
Fenomena menjamurnya pinjol di kalangan masyarakat, khususnya di daerah-daerah seperti Kalimantan Barat (Audrey & Kristianto, 2024), menghadirkan tantangan baru bagi koperasi konvensional seperti Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera. Banyak anggota masyarakat mulai beralih ke pinjol karena proses yang instan, meskipun sering kali tanpa memperhitungkan risiko jangka panjang seperti bunga tinggi dan kurangnya perlindungan hukum. Di sisi lain, koperasi harus bersaing dengan layanan modern ini dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan transparansi.
Melalui esai ini, penulis akan mengkaji bagaimana manajemen operasional Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera berperan dalam menghadapi tantangan dari pinjaman online. Analisis ini bertujuan untuk menilai sejauh mana efisiensi dan adaptabilitas sistem operasional koperasi mampu mempertahankan daya saingnya di tengah gempuran inovasi finansial yang berkembang pesat di masyarakat.
Manajemen operasional merupakan salah satu fungsi penting dalam sebuah organisasi yang berfokus pada pengelolaan sumber daya secara efisien dan efektif guna menghasilkan produk atau layanan yang berkualitas. Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2020), manajemen operasional adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output secara produktif. Dalam konteks koperasi, manajemen operasional mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan seperti simpan-pinjam, pelayanan anggota, hingga pencatatan keuangan.
Tujuan utama dari manajemen operasional adalah menciptakan sistem kerja yang efisien, mampu memenuhi kebutuhan anggota, dan adaptif terhadap perubahan. Efisiensi dalam operasional koperasi menjadi krusial, terutama ketika dihadapkan pada pesaing yang bergerak cepat seperti layanan pinjaman online. Koperasi tidak hanya dituntut untuk menjaga kualitas pelayanan, tetapi juga untuk terus berinovasi agar tidak tertinggal (Hidayat, 2022).
Elemen penting dari manajemen operasional dalam koperasi antara lain adalah ketepatan waktu layanan, keandalan pencatatan keuangan, kecepatan proses pencairan dana, dan kemampuan dalam menjalin komunikasi dua arah yang baik dengan anggota. Jika manajemen operasional koperasi berjalan optimal, maka koperasi akan memiliki keunggulan kompetitif yang tidak hanya berbasis pada bunga yang rendah, tetapi juga pada kepercayaan dan keberlanjutan jangka panjang, dengan adanya perlindungan hukum bagi anggota koperasi simpan pinjam diwujudkan melalui pendirian lembaga penjamin simpanan khusus koperasi (Sosiawan & Suparnyo, 2024).
Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera yang berlokasi di Kalimantan Barat merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang telah beroperasi cukup lama dan memiliki basis anggota yang solid, terutama dari kalangan pelaku usaha kecil dan menengah. Seperti banyak koperasi lainnya di Indonesia, Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera masih mengandalkan sistem operasional yang cenderung konvensional. Proses pelayanan simpan pinjam, administrasi anggota, hingga pencatatan keuangan umumnya masih dilakukan secara manual atau semi-digital, dengan penggunaan sistem komputer sederhana yang belum sepenuhnya terintegrasi.
Kondisi ini menyebabkan beberapa kendala dalam proses layanan. Salah satunya adalah waktu tunggu yang relatif lama dalam pencairan pinjaman, verifikasi dokumen anggota yang memakan waktu, serta keterbatasan akses layanan digital bagi anggota yang ingin bertransaksi secara cepat. Di era ketika masyarakat semakin mengharapkan layanan yang serba instan dan fleksibel (Qonita, Safitri & Marni, 2024), pola kerja seperti ini menjadi hambatan bagi Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera dalam mempertahankan loyalitas anggotanya.
Dari sisi sumber daya manusia, Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera memiliki tim pengelola yang cukup berpengalaman, namun belum sepenuhnya terlatih dalam pengelolaan sistem digital modern. Adaptasi terhadap teknologi masih berjalan lambat, baik dari sisi internal manajemen maupun dari sisi edukasi kepada anggota. Selain itu, masih rendahnya upaya promosi digital membuat koperasi ini kurang dikenal oleh generasi muda yang cenderung lebih akrab dengan aplikasi keuangan modern (Permana & Puspitaningsih, 2021).
Kemajuan teknologi digital melahirkan layanan pinjaman online (pinjol) yang menawarkan proses cepat dan syarat mudah, sehingga menarik minat masyarakat. Hal ini menjadi tantangan bagi koperasi konvensional seperti Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera, yang cenderung lebih lambat karena mengedepankan prinsip kehati-hatian. Selain layanan yang cepat (Fritiana, Daishahwa & Wiraguna, 2025), pinjol juga agresif dalam promosi, membuat koperasi kalah dalam eksposur. Akibatnya, banyak anggota mulai beralih ke pinjol meskipun risikonya tinggi. Koperasi kini dituntut untuk beradaptasi dan melakukan transformasi agar tetap relevan di era digital.
Untuk menghadapi persaingan dengan pinjaman online, Primer Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera perlu mengevaluasi sistem operasionalnya secara menyeluruh. Tantangan tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga dari keterbatasan internal koperasi dalam merespons pasar. Langkah awal yang krusial adalah digitalisasi layanan, misalnya melalui aplikasi berbasis web/mobile untuk pengajuan pinjaman dan pencatatan transaksi (Maryati, Sutisnawati & Setiyadi, 2024).