Mohon tunggu...
Fadila Utiarahman
Fadila Utiarahman Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya sangat hobi menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Homoseksualitas dan Dinamika Sosial: Mengurai Pengaruh LGBT terhadap Individu dan Keluarga dalam Perspektif Psikologi Sosial

21 Mei 2025   05:30 Diperbarui: 21 Mei 2025   05:28 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perubahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat modern tidak hanya menghadirkan kemajuan, tetapi juga tantangan baru dalam ranah nilai, moral, dan struktur keluarga. Salah satu fenomena yang menimbulkan kontroversi dan kekhawatiran di berbagai wilayah adalah eksistensi LGBT, khususnya perilaku homoseksual yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang berlaku. Kasus yang terjadi di Gorontalo pada April 2025, di mana sepasang pelajar laki-laki menyebarkan video mesra melalui media sosial, mencerminkan dinamika tersebut. Fenomena ini menuntut pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh lingkungan sosial terhadap pembentukan perilaku dan identitas individu, serta dampaknya terhadap tatanan keluarga.

Dalam kerangka psikologi sosial, lingkungan sosial memainkan peran penting dalam membentuk perkembangan individu. Menurut Elliot Aronson, perilaku individu sangat dipengaruhi oleh keberadaan dan tekanan sosial dari orang lain di sekitarnya. Hal ini diperkuat dalam Bulan et al (2022), di mana dijelaskan bahwa keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media sosial merupakan elemen-elemen lingkungan sosial yang sangat berperan dalam pembentukan identitas sosial, nilai, dan perilaku seseorang. Bila individu berada dalam lingkungan yang mentolerir atau bahkan mendukung homoseksualitas, maka besar kemungkinan ia akan terpapar nilai dan pola pikir yang bertentangan dengan norma sosial atau agama yang dianut oleh masyarakat luas. Seperti dijelaskan Bulan et al (2022), interaksi sosial yang intensif dapat memengaruhi perkembangan mental, emosional, hingga orientasi sosial individu termasuk orientasi seksual.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi individu, tempat awal internalisasi nilai, norma, dan budaya. Dalam konteks kasus LGBT di Gorontalo, dinamika keluarga menjadi titik penting yang menentukan apakah seseorang akan mengalami dukungan, penolakan, atau bahkan konflik internal ketika menyimpang dari nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak dini. Dalam Bulan et al (2022) menjelaskan bahwa keluarga yang memegang teguh nilai-nilai budaya dan agama akan cenderung menolak homoseksualitas dan membentuk sistem protektif terhadap paparan lingkungan yang dianggap menyimpang. Sebaliknya, keluarga yang menormalisasi orientasi seksual sejenis dapat menjadi faktor pendorong individu untuk menerima dan mempertahankan identitas homoseksualnya. Proses ini berkaitan erat dengan konsep identitas sosial dan perilaku kelompok, di mana nilai kelompok (keluarga) menjadi kerangka berpikir individu dalam memahami realitas dirinya.

Tak dapat disangkal bahwa media sosial dan teman sebaya kini menjadi agen sosialisasi yang sangat berpengaruh, terutama pada remaja. Interaksi virtual, seperti dalam kasus video viral pasangan homoseksual, telah menciptakan ruang baru bagi ekspresi identitas, termasuk orientasi seksual. Dalam banyak kasus, media sosial memberikan validasi dan dukungan sosial terhadap perilaku yang menyimpang dari norma, sehingga menciptakan ilusi penerimaan yang memperkuat sikap dan tindakan tertentu. Sebagaimana dikaji dalam makalah kelompok, pengaruh teman sebaya sangat besar dalam membentuk perilaku sosial remaja. Mereka bisa menjadi sumber identifikasi dan tekanan konformitas, yang mendorong individu untuk menyesuaikan diri demi diterima dalam kelompok. Bila kelompok tersebut mendukung LGBT, maka remaja berisiko mengikuti arus, bahkan jika itu bertentangan dengan nilai pribadi atau keluarganya. Fenomena homoseksualitas tidak hanya berdampak pada pelaku, tetapi juga memicu konflik sosial dan psikologis dalam lingkungan sekitarnya. Ketidaksesuaian antara nilai pribadi dan tekanan sosial dapat menimbulkan kebingungan identitas, konflik keluarga, bahkan gangguan kesejahteraan psikologis. Dalam makalah disebutkan bahwa dukungan emosional dari keluarga dan lingkungan yang sehat berperan sebagai pelindung dalam menjaga stabilitas emosi remaja. Oleh karena itu, membangun lingkungan yang inklusif namun tetap berpijak pada nilai-nilai moral menjadi tantangan tersendiri.

Sebagai respons terhadap isu LGBT, langkah konkret dapat diambil dengan pendekatan preventif yang manusiawi namun tegas. Berdasarkan gagasan Dacholfany (2016), beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain:

  • Menumbuhkan kesadaran individu pelaku LGBT melalui konseling berbasis nilai budaya dan agama.
  • Menerapkan kebijakan pendidikan dan sosial yang menegaskan norma moral masyarakat tanpa melanggar hak asasi individu.
  • Memperkuat nilai-nilai agama dan moral sejak dini dalam pendidikan keluarga dan institusi formal.

Selain itu, penting pula membentuk lingkungan sosial yang sehat, suportif, dan religius, dimulai dari keluarga, sekolah, hingga komunitas. Sebagaimana disebutkan dalam makalah, lingkungan sosial sangat menentukan arah perkembangan sosial individu. Dengan pendekatan sistematis, masyarakat dapat menciptakan benteng moral yang kuat dalam menghadapi arus globalisasi nilai. Isu LGBT, khususnya homoseksualitas, adalah persoalan sosial yang kompleks dan menuntut penanganan bijak. Dalam konteks masyarakat seperti Gorontalo yang menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, diperlukan pendekatan yang tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga preventif dan edukatif. Psikologi sosial memberikan landasan teoritis yang kuat dalam memahami bagaimana lingkungan membentuk perilaku, dan dari sinilah masyarakat bisa merumuskan solusi berbasis komunitas. Dengan kolaborasi keluarga, sekolah, dan institusi sosial lainnya, generasi muda dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat secara moral, emosional, dan sosial.

DAFTAR RUJUKAN

Bulan, Y. E., Zahra, & Nisa, I. K. (2022). TAUJIHAT: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Perkembangan Mental Remaja, 3(2).

Dacholfany, M. I. (2016). Dampak LGBT dan antisipasinya di masyarakat. Nizham Journal of Islamic Studies, 4(1), 106-118.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun