Mohon tunggu...
Fazlul Rahman
Fazlul Rahman Mohon Tunggu... -

progressive and moderate moslem

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketika Agama Sudah Tidak Berguna

19 Februari 2015   00:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:55 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Today we often assume that before undertaking a religious lifestyle, we must prove to our own satisfaction that “God” or the “Absolute” esists. This is good scientific practice: first you establish a principle; only then you can apply it. But the Axial sages would say that this was to put the cart before the horse. Frist you must commit yourself to the ethical life; then disciplined and habitual benevolence, not metaphysical  conviction, would give you intimations of the transcendence you sought. (Karen Armstrong, “Introduction,” The great transformation: the beginning of our religious traditions (New York: Anchor Books, 2006))

Salah satu kearifan orang-orang zaman aksial (Axial Age) yang diungkapkan Karen Armstrong sebagaimana dikutip di atas secara garis besar menekankan urgensi pentingnya menjadi manusia yang pengasih. Karena memang, menurut Karen Armstrong,  agama adalah compassion (kasih sayang).

Kalau boleh diterjemahkan secara “agak kasar,” kira-kira wejangan tersebut berbunyi: “lebih baik lo gak usah berTuhan deh, mending lo komitmen dulu jadi orang baek, hidup yang bener, banyak sedekah, gak usah mikir yang aneh-aneh, insyAllah lo bakal nemu Tuhan”

Dalam konteks teologi Islam, kita selalu meyakini bahwa Islam adalah kasih sayag, Islam sendiri berasal dari kata “salam” yang berarti kedamaian, kasih sayang.  Hal ini menyimpan harapan bahwa Umat Islam mampu membawa kedamaian dan kasih sayang ke dunia ini. Saya yakin hal ini juga dimiliki oleh agama-agama lain selain Islam. Tidak ada doktrin agama manapun yang tidak mendukung kepada terciptanya kedamaian dan kasih sayang di muka bumi ini. Dengan begini, idealnya, orang-orang yang beragama (agama apapun itu) seharusnya berusaha mengabdikan kehidupannya untuk menciptakan kedamaian dan kasih sayang.

Pertanyaannya kemudian adalah, sudahkah kedamaian dan kasih sayang itu kita rasakan? Agaknya saya boleh menyimpulkan bahwa justru permasalahan yang tercipta saat ini banyak dilakukan oleh orang-orang yang beragama (tidak perlu dispesifikan pada satu nama agama).

Sebut saja kasus korupsi, narkoba, asusila, pembunuhan dan lain-lain yang tentunya membuat kita tidak damai, semuanya dilakukan oleh orang beragama. Atau paling tidak mengaku beragama. Jika demikian, sepertinya, agama yang ada pada diri orang beragama saat ini sedang mengalami “disfungsi doktrinal.” Dimana doktrin-doktrin keagamaan tidak mampu membuat orang beragama menjadi benar-benar beragama (dalam arti membawa kedamaian dan kasih sayang).

Lantas, harus bagaimana?

Saya kira wejangan orang-orang zaman Aksial sebagaimana diungkap Karen Armstrong di atas bisa menjadi alternatif. Agaknya kita tak perlu beragama kalau kita ternyata tidak mampu mengemban amanat agama untuk membuat kedamaian dan kasih sayang. Karena hal ini hanya akan berimbas negatif terhadap kesucian agama itu sendiri. Lebih baik kita berfokus dan berkomitmen untuk menjadi manusia yang “normal.” Manusia normal itu tidak korupsi, manusia normal itu tidak berkelahi, manusia normal itu tidak menyakiti, manusia normal itu menghormati, manusia normal itu berkasih-sayang dan membawa kedamaian.

Tetapi perlu dicatat bahwa:

Seharusnya, kita tidak perlu untuk tidak beragama untuk membuat kita menjadi orang-orang pengasih dan penyayang. Sekian lama kita beragama seharusnya kita semakin “cerdas beragama.” Sehingga kita bisa menunjukkan rapot cemerlang kecerdasan beragama kita ke dunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun