Mohon tunggu...
Fadhilah
Fadhilah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Manusia Biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Fiksiana: Aksa

27 November 2020   07:27 Diperbarui: 27 November 2020   07:31 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Satu hasta tidak bisa disebut aksa bahkan jarak beratus-ratus kilometer pun belum bisa disebut aksa.

Dia adalah  penjara yang menjanjikan kebebasan yang tidak pernah ada, sebeb jika bebas bukan aksa lagi namanya. Aksa adalah jauh, dan yang paling jauh nan tidak bisa lepas dari setiap orang adalah masa lalunya,  tidak bisa dihampiri lagi, tindakan terbijak hanyalah mengajaknya berdamai, mengambil hal berharga darinya, dan menjadikan dia sebagai guru terbaik atas terbentuknya dirimu.

Di persimpangan jalan kemarin aku menemukan kebuntuan yang menjanjikan kesenangan sementara dan menanggalkan segenap mimpi yang awalnya menjadi tujuan. Sangat mengecewakan terperangkap olehnya, luluh lantah dipecundangi jalan kiri. Hingga pada satu malam diriku mengajak berdiskusi, menentang dengan tegas jalan itu, mengajakku kembali secara berlahan, meninggalkan kegilaan yang terlihat menyenangkan, tapi ternyata buat kembali tak lagi mudah, jalan itu terlalu gelap dan aku masuk terlalu dalam. Sungguh dicabik penyesalan tak mengenakkan sama sekali. gelisah dan jauh dari ketenangan.

Kabar baiknya Tuhan tidak sesekali meninggalkan hambaNya, Tuhan terlalu baik buat pendosa sekalipun, tidak pernah ditutupkan pintu buat hambaNya yang ingin kembali. Aku percaya tidak ada pertemuan  yang kebetulan, entah pertemuan itu sebagai ujian atau juga sebagai anugerah kehidupan, yang jelas itu adalah takdir terbaik Tuhan. Bagaimana tidak, di kirimkan padaku pelita bersosokkan wanita yang InsyaAllah menjadi ujian sekaligus anugrah pengarah jalanku buat kembali.

Dia luar biasa, dari kejauhan saja mampu menerangi jalan yang kemarin tak terlihat lagi.

Aksa dalam bait-bait cerita ini hanyalah kisah klasik seorang pemuda desa yang mengadu nasip di rantau dengan tujuan menimba ilmu semata buat pengabdian dirinya sebagai makhluk sosial yang selayaknya memberi kemanfaatan buat orang lain khususnya tempat dimana dia dibesarkan di desa tempatnya akan berpulang. Namun ternyata malah tertunduk tak berdaya atas kemegahan kota yang banyak menganut paradigma konyol yang menyebabkan dia terdampar dijalan kiri tadi. Beruntungnya dia dipertemukan pelita bersosokkan wanita itu. Arah yang semestinya menjadi tujuan telah terlihat lagi. bukan hanya itu, pelitanya mampu membuat pemuda ini berdamai dengan dirinya, memaafkan masa kelamnya, hingga Aksa tak lagi penjara baginya. !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun