Mohon tunggu...
Sosbud

Ketika Film India Meledak, Bagaimana Kita Menyikapinya?

23 April 2019   14:42 Diperbarui: 23 April 2019   20:24 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

India, negeri yang sangat kental dengan budaya dan adat istiadatnya ini merupakan salah satu negara terpopuler dimana industri perfilman adalah salah satu media penyebarannya. Indonesia sendiri tidak lepas dari pengaruh perfilman India, khususnya terhadap kepribadian masyarakatnya menyangkut masalah sosial budaya. Penggunaan istilah-istilah dari bahasa India, gaya dan busana ala India, dan lain sebagainya adalah beberapa contoh pengaruhnya. 

Hal ini tidak dapat dipungkiri di era globalisasi sekarang ini dimana teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat sehingga baik orang dewasa maupun anak-anak dapat menikmati film bernuansa India dengan mudah. 

Meskipun produksi perfilman India yang tayang di Indonesia berdampak pada pertumbuhan ekonomi, namun hal tersebut juga tidak lepas dari kerugian yang ditimbulkan, baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya ketika serial Uttaran yang hadir di tahun 2017 memiliki rating yang tinggi di masyarakat, mulai rasa cinta hingga busana dan perilaku ala India mulai bermunculan seakan-akan kita tidak memiliki jati diri sebagai warga negara yang merdeka. Selain itu, budaya hedonis yang ditimbulkannya dapat merusak kepribadian dan nlai-nilai dalam masyarakat.

Film bernuansa India sendiri rupanya telah hadir di Indonesia sejak tahun 1970-an yang dikenal sebagai Bollywood. Karakter, musik, nyanyian, tarian, serta  alur ceritanya yang memiliki keunikan tersendiri sangat digemari dan memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Perfilman Indonesia sendiri bukannya tidak berkualitas, namun masyarakat mulai jenuh baik  karakteristik maupun adegan yang itu-itu saja. Dan dari sinilah awal mula meledaknya industri perfilman India di Indonesia. 

Fim Bollywood sendiri tidak serta merta sepopuler saat ini. Film yang pada awalnya diproduksi di Mumbai ini memproduksi film pertamanya pada tahun 1913 oleh Dhundiraj Govind Phalke yang berjudul Raja Harischandra, yang masih berupa film bisu, kemudian barulah pada tahun 1930-an India dapat memproduksi 200 judul Film. India kemudian memproduksi banyak film hingga sekitar 1970-an ia berhasil mengambil alih posisi Amerika Serikat, Hollywood, sebagai negara dengan industri perfilman terbesar di dunia. 

Sejak saat itu pula nama "Bollywood" mulai resmi dikenal dan digunakan, yang merupakan gabungan antara Bombay atau Kota Mumbai tempat fim tersebut awalnya diproduksi, dan Hollywood, merujuk pada industri perfilman Amerika.  

Film India memang sangat laku di pasar global dan berhasil menarik hati para penggemarnya di seluruh dunia. Keberhasilan industri film India di Indonesia sendiri tidak terjadi begitu saja, tetapi ada beberapa karakteristik tersendiri yang sangat diminati masyarakat. Selain karena tari-tarian dan nyanyiannya yang khas, tema sosial juga menjadi faktor penting dalam menunjang keberhasilan perfilman India di Indonesia. 

Misalnya saja film Slumdog Millionaire, film yang bercerita tentang seorang remaja berlatar belakang keluarga miskin yang terus berjuang demi masa depan dan cinta. Hal ini tentunya memiliki kesamaan dengan keadaan penduduk Indonesia yang banyak diantaranya masih hidup dalam keadaan standar atau bahkan masih berada di bawah garis kemiskinan. Isu sosial tersebut ternyata mendapat simpati dari masyarakat melalui pemaknaan dan penghayatan setiap alur yang disajikan. 

Strata sosial yang digambarkan di film tersebut seolah-olah mewakili bagaimana kesenjangan sosial di negeri ini masih begitu lebar seperti antara kaum kaya dan miskin yang masih menjadi polemik dan masalah serius hingga kini. 

Inilah yang menjadikan masyarakat pada umumnya meilirik film tersebut, film yang mewakili ekspresi mereka atas ketidakadilan yang terjadi akibat struktur sosial yang ada. Selain itu, rupanya fim India tidak hanya digemari oleh kalangan menengah ke bawah, tetapi juga kalangan atas atau orang berada. Hal ini dikarenakan selain ceritanya yang dianggap lebih menarik ketimbang film-film lokal, film India juga seringkali menggambarkan kultur ataupun budaya orang-orang kelas atas yang terkesan hedonis yang mana menggambarkan kekayaan serta kehidupan yang begitu mewah. 

Perkembangan industri perfilman India di Indonesia pasti membawa pengaruh baik secara sadar maupun tidak, tergantung kita bagaimana menyikapinya. Perkembangan film tersebut mendapat respon positif yang tidak sedikit serta antusias dari masyarakat. Jika kita memperhatikan film India, mereka kebanyakan menonjolkan budaya mereka seperti adat istiadat, kebiasaan, dan lain sebagainya. Sebenarnya ini tidaklah buruk, namun mereka yang tergila-gila biasanya tanpa sadar melepas jati diri mereka dan mulai kehilangan rasa nasionalisme. Sebagai contoh, setelah penayangan perdana film India yang gencar dilakukan oleh beberapa stasiun televisi, budaya India kian dikenal secara luas dan produk-produk ala India mulai bermunculan seperti Sari, pakaian adat perempuan india. 

Tidak hanya itu, beberapa artis Indonesia seperi Ayu Ting Ting terlihat menikmati busana ala India dan bahkan terlihat dekat dekat dengan beberapa aktris India di beberapa kesempatan. Sebenarnya hal ini tidaklah mengapa selama tidak melewati batas-batas tertentu, namun hal tersebut dapat menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat dalam menafsirkannya. Banyak orang yang bahkan lebih mengenal dan mencintai budaya India daripada budaya mereka sendiri. Hal ini dapat kita jumpai di rumah-rumah penduduk kampung seperti apa yang terjadi di Desa Pasada, Sulawesi Barat, yang sebagian masyarakatnya lebih banyak mengoleksi CD film Bollywood daripada film lokal. 

Selain industri film lokal yang akan mendapatkan tantangan besar dalam memasarkan produknya, adegan-adegan yang kurang pantas di film-film Bollywood juga akan berpengaruh terhadap kepribadian masyarakat, khususnya anak-anak yang sudah dibiasakan menonton adegan-adegan tersebut oleh orang tuanya diusia dini. 

Dari segi kualitas, film India memang memiliki kualitas yang rata-rata lebih baik dibandingkan kebanyakan film di Indonesia yang membuat masyarakatnya mulai jenuh. Namun, hal tersebut bukan berarti kita bisa membuang jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Dan juga, KPAI selaku pihak yang bertanggung jawab atas penyiaran televisi harus lebih bijaksana dalam menyortir baik itu film India maupun film asing lainnya yang tidak dapat dipungkiri akan berdampak negatif terhadap perilaku maupun kepribadian masyarakat. 

Adanya diplomasi kebudayaan melalui industri perfilman tersebut seharusnya disikapi secara bijaksana, dan juga menjadi tugas kita bersama dalam mengahadapi berbagai tantangan yang ada terkait hal tersebut. Dengan adanya perkembangan industri tersebut seharusnya kita bisa mencontoh semangat dan etos kerja yang dimiliki oleh mereka. Bayangkan saja, negara yang baru merdeka dua tahun setelah Indonesia ini memiliki populasi terbesar kedua di dunia. Hal ini tentunya berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian mereka, menyangkut populasi yang begitu besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia. 

Jadi, India sebetulnya tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Hanya saja, mereka memiliki rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang lebih besar, dimana film Bollywood adalah salah satu media dalam memperkenalkan budaya mereka di hadapan dunia. Salah satu contoh sikap nasionalisme mereka adalah ketika berkunjung ke India, kita akan menjumpai kaum hawa yang masih banyak di antaranya mengenakan Sari, pakaian tradisional India. Jadi, masyarakat Indonesia harus memelihara dan menanamkan rasa cinta akan budaya sendiri seperti mereka. Industri perfilman Indonesia yang begitu kebarat-baratan seharusnya dievaluasi dengan baik agar budaya Indonesia dikenal dunia seperti India. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun