Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Isi Kepala Generasi "Millennial"

4 Februari 2018   10:53 Diperbarui: 4 Februari 2018   10:58 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aduuuh panas sekali ya pak... AC lagi trouble begini, gerah... berkeringat. Bikin sehari gonta-ganti pakaian dan jilbab. Ya ampun cucian makin buanyak". Keluh fulanah. "Hellooow... ini bukan sesi curhat soal cucianmu yang menggunung. Dasar payah... dasar lemaah" membatin dalam hati. Padahal anak ini punya mesin cuci merek electro**x di rumahnya.

"Bukannya sampean punya mesin cuci... atau dilaundry. Kan praktis. Ehm.. sampai dimana tadi? Pembenahan metode pengumpulan data dan teknik triangulasi ya?" Saya kembalikan ke urusan tugas akhir. Namun dia makin menjadi-jadi dan bahas bahas yang lain. Barangkali di rumahnya tak ada teman berbincang segala hal.

"Pak... kondisi ekonomi sejak 2 tahun lesu banget. Banyak PHK dan penutupan pabrik. misalnya Ford... dia angkat kaki dari sini" mulai sotoy dia. "Ford tidak punya pabrik mbak di Cikarang. outlet atau dealer mobil juga bukan milik dia. Yang hengkang itu 35 orang dari Ford sendiri. Media kita saja yang lebay mbak" saya coba luruskan.

Dari Ford, dia mengoceh soal sertifikasi halal brand jilbab **ya dan meninggalnya seorang guru di Sampang karena dianiaya muridnya. Zumi zola yang berstatus tersangka ia komentari. "Ganteng-ganteng kok korupsi sih" ujarnya. Jadi lupa semua dengan tugas akhirnya yang sudah sampai Bab III. Apesnya lagi, posisi saya bukan lagi pembimbing, melainkan berganti menjadi seorang psikolog yang selama 40 menitan mendengarkan keluhan, curahan isi pikiran dan kesotoyan fulanah.

Dari peristiwa tadi, saya berfikir, apa begini isi kepala generasi milenial sekarang? membincangkan hal-hal tidak relevan dengan urusan perkuliahannya. Tidak semua Generasi milenial alias generasi Z tak peduli akan kondisi perekonomian bangsa, pendidikan dan perpolitikan. Tergantung lingkungan sekitarnya seperti teman kongkow dan referensi yang ia baca. Dalam perpolitikan dan ekonomi, pengaruh generasi milenial dalam aspek politik dan ekonomi belum terlalu kuat (Lihat survey CSIS Agustus 2017).

Pengaruh tidak ada karena generasi milenial adalah "generasi wacana". Istilah generasi wacana saya pinjam dari judul artikel Prof. Rhenald kasali P.hD yang dimuat jawapos edisi 19 Oktober 2015. Menurut beliau,"Kalau mau melihat masa depan suatu negara, lihatlah generasi mudanya. Kalau generasi mudanya mudah galau, hanya bisa berwacana, bisa ditebak kelak seperti apa nasib negaranya. Kata banyak orang, karena galau dan hanya sibuk berwacana, negara kita tertinggal sepuluh tahun dibanding negara-negara lain."

Untuk mengatasi generasi milenial, ada baiknya menerapkan resepnya Tim wesfix "Leadership itu Dipraktekin" (grasindo, 2015) hal 119-120. Di buku tersebut dianjurkan agar kita melakukan 4 hal berikut ini :

1. Beri ruang ekspresi yang jelas. Beri juga tantangan kepada mereka dengan cara mereka. Bila mereka menuai sukses dlm tantangan tsb, patut diberi reward.
2. Hentikan khutbah-khutbah tentang perbaikan moral kepada mereka. Pasalnya mereka bisa membacanya lewat laman facebook maupun laman keagamaan.
3. Libatkan mereka ke dalam aneka kegiatan/kampanye sosial di tengah masyarakat. Intinya mereka suka petualangan dan hal-hal baru. Dorong mereka agar lebih peduli terhadap sekitarnya.
4. Bersikap terbuka layaknya sebagai sahabat. Di luar kelas perlakukan mereka sesuai umurnya dan cara berfikirnya.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun