Mohon tunggu...
Fachrul Khairuddin
Fachrul Khairuddin Mohon Tunggu... Akuntan - Akuntan

Terus Menulis!!!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Majalah Tempo: Konflik dan Pembredelan

7 Januari 2011   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:53 13765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 8 Maret 2003, kantor Tempo diserang para pengunjuk rasa. Mereka semua berdemonstrasi mendukung Tommy Winata. Berita Tempo mengenai proposal renovasi pasar Tanah Abang senilai Rp 53 milliar oleh Tommy Winata, pengusaha terkenal, sebelum pasar itu terbakar adalah penyebabnya. Para pengunjuk rasa itu merusak kantor Tempo. Wartawan Tempo dipukuli; pemred Tempo, Bambang Harymurti, dihina, kepalanya ditonjok; perutnya dijotos.

Tempo dan Ummat Katolik

Pada Tempo edisi 10 Februari 2008, sampul Tempo yang bergambar mantan presiden Soeharto (almarhum) bersama anak-anaknya di meja makan dinilai melecehkan simbol kudus umat kristiani, khususnya Katolik di Indonesia. Gambar sampul berjudul Setelah Dia Pergi tersebut, mirip format lukisan perjamuan terakhir Yesus pada murid-muridnya, yaitu The Last Supper, karya Leonardo Da Vinci. 

Sejumlah perwakilan organisasi Katolik tingkat nasional mendatangi kantor Tempo di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Mereka menilai lukisan sakral itu telah dianalogikan Tempo dengan keluarga mantan penguasa Orde Baru, yang di mata masyarakat berlumuran kasus KKN.

Umat Katolik meminta klarifikasi dan pernyataan maaf dari penanggung jawab Tempo. Mereka juga ingin memastikan kejadian seperti ini tak akan terulang, bukan hanya untuk umat Katolik, tapi bagi umat beragama lainnya di Indonesia. Dimintanya pula agar edisi majalah itu ditarik dari peredaran. Sesuai tuntutan perwakilan umat Katolik, Tempo meminta maaf melalui Koran Tempo, Tempo Interaktif, dan majalah Tempo.

Tempo dan Polri

Pada Juni 2010, Tempo menerbitkan edisi Juni-Juli 2010 dengan sampul berjudul Rekening Gendut Perwira Polisi yang menggambarkan seorang polisi sedang menggiring celengan babi. Edisi tersebut menceritakan beberapa jenderal polisi yang memiliki rekening berisi uang miliaran rupiah. Polri memrotes sampul tersebut dan meminta Tempo meminta maaf. 

Pada 8 Juli 2010, kedua belah pihak sepakat untuk berdamai di luar pengadilan. Pertemuan dimediasi oleh Dewan Pers dan berlangsung di Gedung Dewan Pers. Polri diwakili oleh Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Edward Aritonang; Tempo diwakili oleh Pemred Tempo, Wahyu Muryadi.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun