Mohon tunggu...
Fachrianto Hanief
Fachrianto Hanief Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Magister Hukum Universitas Airlangga Tahun 2015 / Konsultan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Bola

Apa Kabar Persepam? ; Sepak Bola Tidak Hanya Menendang dan Juara!

16 Desember 2016   02:06 Diperbarui: 16 Desember 2016   13:12 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlu Penulis utarakan, bahwa Penulis bukan pengamat Sepak Bola Profesional dan bukan juga pemain Sepak Bola Profesional. Penulis hanya penikmat Sepak Bola dari layar Televisi bersamaan sambil menikmati kopi.

Mungkin tulisan ini ditujukan untuk para pecinta Sepak Bola, khususnya masyarakat Pulau Garam (Madura), lebih khusus lagi masyarakat Pamekasan (salah satu kota di Madura). Tulisan ini sebetulnya hanya berisi curhatan hati kecil si Penulis di tengah-tengah perjuangan Timnas Indonesia untuk meraih Juara Piala AFF. Semoga Timnas Indonesia dapat membawa Pulang Piala AFF tahun ini. Aamiin.. Tidak ada kebencian dalam menulis tulisan ini, tentu saja tulisan ini mengandung subjektivitas si Penulis, namun semoga tulisan ini bermanfaat.

Melihat fenomena tahun ini dengan lahirnya Klub Sepak Bola baru bernama 'Madura United' yang langsung mendapat perhatian dan dicintai hampir sebagian besar masyarakat Madura, Penulis justru melihat adanya kejanggalan karena melihat klub asal kota sendiri yang hampir tidak terdengar lagi kabarnya. Sebelumnya, Penulis adalah anak yang lahir di Pamekasan, tentu saja maksud Penulis klub asal kota sendiri adalah Persepam (klub asal Pamekasan). Penulis melihat Persepam karena dari kecil sudah dikenalkan bahwa Persepam adalah klub kebanggaan masyarakat Pamekasan.

Penulis sejujurnya tidak rela sebagian besar masyarakat Madura mencintai klub Madura United, ada beberapa alasan yang menyebabkan ketidakrelaan penulis.

Pertama, bahwa klub yang disingkat MU tersebut tidak lahir dari rahim Madura, klub tersebut merupakan akuisisi dari Persipasi Bandung Raya (PBR).

Kedua, klub MU lahir akan tetapi membawa nama Madura, suatu pulau, bukan atas nama kota di Pulau Madura, sehingga tidak jelas homebase-nya, karena sejujurnya penulis belum pernah melihat klub Sepak Bola Luar Negeri yang homebase-nya tidak jelas di kota mana, mungkin yang ini karena minimnya ilmu pengetahuan Penulis, karena banyak juga Klub Indonesia saat ini yang juga tidak jelas homebase-nya (contoh: PS TNI dan Bhayangkara United).

Ketiga, setiap kota di Pulau Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sebenarnya sudah memiliki klub sendiri yang lahir dari kota tersebut (sebut saja: Perseba Bangkalan, Persesa Sampang, Persepam Pamekasan, dan Perssu Sumenep), tetapi melihat maraknya dukungan ke Madura United begitu besar terlihat hampir klub-klub tersebut dilupakan oleh masyarakatnya sendiri dan justru memilih untuk mencintai dan mendukung Madura United.

Penulis khususkan Persepam, yang namanya sempat ganti berkali-kali seiring pergantian manajemen (pernah menjadi Persepam Madura United, sekarang Persepam Madura Utama). Penulis merindukan dimana masyarakat Pamekasan bahkan Madura kembali mendukung sepenuhnya klub ini seperti ketika 3 tahun lalu di Divisi Utama Liga Indonesia, sampai 2 musim di Indonesia Super League (ISL). Bahwa klub ini memiliki sejarah panjang, walaupun belum ada prestasi mentereng di kancah sepak bola nasional, tetapi harus kita ingat, banyak pemain profesional yang pernah tercatat dan berjuang berkeringat bersama membawa nama klub ini, belum lagi bicara uang APBD yang sudah dihabiskan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk membantu klub ini sejak awal, sampai pada dilarangnya penggunaan APBD untuk sebuah klub sepak bola, walaupun bantuan kemudian ‘diakali’ dengan cara yang diperbolehkan oleh peraturan.

Maksud Penulis jangan cepat kita melupakan klub yang pernah dicintai bersama, yang sudah memberikan cerita panjang dalam sepak bola khususnya di kota Pamekasan. Kenapa kita tidak sedikit meniru Bonek yang begitu mencintai Persebaya 1927? Ya, walaupun prestasi Persepam tidak seperti Persebaya, tetapi sejarah panjangnya perlu sama-sama kita hargai. Apalagi saat ini ketika Pamekasan telah memiliki stadion baru bernama Gelora Ratu Pamelingan (disingkat GRP), mengapa kebanyakan masyarakat Pamekasan sepertinya lebih merelakan GRP itu menjadi homebase Madura United bukan Persepam yang jelas-jelas klub asli Pamekasan?

Dari tulisan ini, Penulis sebenarnya ingin mengajak, janganlah kita mengikuti permainan pemangku kekuasaan dalam ranah sepak bola di Negeri ini. Sepak bola tidak hanya menendang dan juara, tetapi banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari olahraga pemersatu ini. Kalaupun kalian tidak setuju dengan manajemen klub Persepam atau klub asal kota kalian saat ini, silakan lakukan langkah-langkah untuk memperbaiki, tetapi bukan dengan cara pintas, yaitu dengan mencintai klub baru yang jelas-jelas tidak memiliki cerita sebelumnya dan melupakan sejarah klub asal begitu saja. Mungkin Penulis lebih setuju apabila Presiden Klub Madura United atau pemilik modal membeli klub Asal Kota di Madura untuk kemudian dibesarkan, seperti halnya yang dilakukan terhadap Persepam 2 tahun lalu ketika bermain di ISL, yang lebih dikenal dengan nama Persepam-Madura United (P-MU), daripada mendirikan klub baru mengatasnamakan Madura.

Disini Penulis tidak ingin melihat unsur permainan politik yang ada dalam sepak bola Negeri ini, Penulis hanya ingin menyoroti perilaku Supporter Sepak Bolanya. Apabila ada yang tidak setuju dengan pendapat Penulis ini, mungkin jangan pernah lagi kalian menghina fans suatu klub sepak bola yang baru berjaya dengan mengatakan fans karbitan, karena sebetulnya kalian sedang menghina diri kalian sendiri.

FH

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun