Mohon tunggu...
Money

LPG Pink Merona Nonsubsidi

7 Juli 2018   22:39 Diperbarui: 7 Juli 2018   22:52 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Julukan pink merona cocok untuk gas LPG 3 kg yang berwarna pink. Akan mulai masuk pasar nasional, hal ini dipastikan oleh plt direktur utama PT Pertamina ( Persero) nicke Widyawati,"(Elpiji non subsidi jadi dijual) per 1 juli 2018.

Ujarnya saat ditemui detik dalam acara halal bihalal dikementrian ESDM, jakarta, Jumat (22/6/2018). Nicke katakan, elpiji ini nantinya akan dijual bebas kepada masyarakat penghasilan rendah maupun yang mampu membelinya.

Menurutnya, adalah untuk memenuhi kebutuhan yang mampu khususnya mereka yang tinggal di apartemen dan terbiasa hidup serba instan, meskipun begitu kuota tabung gas subsidi tidak terkurangi. Sungguh luar biasa kreatifitas pemegang pasr bisnis dalam mengatur penjualan energi.

Banyak ragam cara sudah dilakukan dalam pendistribusian energi yang terus menerus membuat masyarakat teeima pasrah. Bahwa energi bukan suatu hal yang murah dan lebih mahal daripada si hijau meroba 3kg.

Jika subsidi menjadi salah sasaran, atau karena kelangkaan energi dst, kenapa tidak di selesaikan dari akar permasalahan dari energinya? Tentang ketersediaan energi, kenapa masyarakat luas justeu dipaksa berpindah ke lpg (liquid petrolium gas) tanpa mempertimbangkan kapasitas kilang minyak yang ada di Indonesia? Sampai mengirim minyak mentah ke Singapura untuk diolah LPG. Sehingga menjadikan harganya mahal.

Kenapa tidak mengembangkan infrastruktur untuk energi? Kenapa tidak mengembangkan energi alternatif baru. Sementara ada LNG (Liquid Natural Gas) yang produksinya setara dengan 700 ribu barel minyak/hari. Dengan proyeksi kebutuhan minyak di Indonesia sebesar 1,2 juta barel/hari.

Faktanya Allah subhanahu wa ta'ala menciptakan berbagai macam bentuk sumber energi di Indonesia dengan deposit yang besar: 1.gas alam 185,8 TCF (1,5% dunia) 2.batu bara 5,7 miliar ton (3% dunia) 3.panas bumi 27.000 MW (40% dunia) 4.minyak bumi 8,6 miliar barel (1% dunia) 5.energi baru/terbarukan: nuklir,surya, mikrohido,ombak, biofuel. (Prof.Fahmi Amhar).

Kesalahan pengelolaan energi di Indonesia adalah ketika policy maker di negeri ini berpandangan ala neoliberalisme. Bahwa semakin kecil intervensi negara, maka akan muncullah produk terbaik dengan harga termurah (invisible hand theory). Teori khayalan yang tidak pernah terbukti.

Pengelolaan bbm diprivatisasi, sementara tidak ada jaminan bahwa perusahaan swasta tidak akan melakukan korupsi. Pihak asing diundang dalam pengelolaan energi di Indonesia, karena meski teknologi belum siap tapi berambisi meraup keuntungan dari energi. Akhirnya 85% lebih tambang migas dikuasai asing, sementara lingkungan rusak parah, transfer teknologi tidak terjadi, hutang makin bertumpuk.

Dalam pengaturan ekonomi syariah, maka pihak yang lemah akan disupport, dipenuhi hak-haknya. Hutan dan tambang merupakan milik umum. Sehingga pengelolaan berbasis swasta yang berorientasi profit harus diganti.

Migas bukan milik negara sebagaimana pasal 33 UUD '45,  Migas adalah milik umat, sebagaimana hadits Nabi saw yang artinya: kaum muslimin berserikat dalam 3 hal, air, padang gembalaan, dan api.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun