Mohon tunggu...
Franklin Towoliu
Franklin Towoliu Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pemerhati masalah kehidupan

Penulis,fiksi,komik,freejournalist,perupa dan aktifis teater

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ekspedisi Ventira, Negeri yang Hilang (30/Bag:5/Waktu adalah Guru & Tuan)

7 Juni 2020   01:05 Diperbarui: 7 Juni 2020   01:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cerita/ilustrasi: Franklin Towoliu

 "Ok pak. Saya permisi dulu. Kapan-kapan saya ingin bertemu bapak lagi bukan dalam urusan komunitas saja. Mari pak ya?" suara Elis nyaris hilang dalam raungan suara motor.

 "Baiklah non. Semoga bertemu lagi. Sampaikan salam dan hormat saya buat para penjaga dan anggota komunitas lain. Dan maafkan saya atas banyaknya ketidak mengertian saya." Sahut pak Hapri sopan. Kakinya mengiringi motor yang bergerak perlahan keluar dari halaman rumahnya lalu melejit ke atas jalan.

 Pak Hapri tersenyum dan berdecak tanpa sadar, melihat motor itu dengan secepat kilat menghilang di kejauhan. Sedikit kaget ia melihat kecepatan motor yang ditunggangi Elis. Ia menghela nafasnya agak dalam lalu berbalik untuk masuk rumah. Dirasainya setetes dua tetes rintik kecil jatuh dan membasahi kulit wajahnya. 

 "Dek Hapri? Aduh, kapan datangnya, mi?" sebuah suara khas dengan dialek Bugis terdengar dari arah jalan.

 Pak Hapri Menoleh kepada seorang lelaki agak jangkung namun bertubuh kerempeng. Ia hanya mengenakan kaos singlet dipadu sarung kotak dan berpeci. Rupanya itu suara Daeng, tetangg yang tinggal 4 rumah dari rumahnya ini.

 "Tadi pagi, Daeng. Maaf saya belum sempat datang ke rumah. Setiba dirumah tadi saya ketiduran karena capek, pak. Baru sore tadi saya bangun. Bagaimana kabarnya mama Ilham dan anak-anak?" Pak Hapri menjawab dengan  ramah. Baginya Pak Daeng dan keluarganya adalah keluarga. Berapa tahun berselang, sebagai bujangan ia malah banyak kali datang menumpang makan di rumah pria Bugis tersebut. Mereka banyak berjasa padanya. Sejak ia meninggalkan rumahnya 3 tahun lalu, setiap kali ia datang ia selalu mmeberikan oleh-oleh bahkan uang. Toko kecil yang kini dimiliki keluarga Daeng malah merupakan bantuan darinya.

 "Kalau tau dek Hapri datang pasti tadi pagi mama Ilham sudah datang jemput buat makan dan istirahat di rumah," sahut Pak Daeng lagi.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun