Pasito a pasito, suave suavecito,
Langkah demi langkah, lembut demi lembut,
Nos vamos pegando, poquito a poquito.
Kita akan menangkap sedikit demi sedikit.
Hasta provocar tus gritos,
Untuk membuatmu menjerit.
Y que olvides tu apellido.
Dan kau akan melupakan nama akhirmu.
  Jika kita lebih jeli membaca makna lirik teks Desapcito, pasti kita memahami lagu ini seperti berisi pemujaan terhadap gadis impian seorang penyanyi atau pencipta lagu. Bahkan lebih tepatnya, terdapat unsur ajakan bercumbu atau "mesum". Astagfirullah.
Ternyata, sebagai penikmat musik pun perlu cerdas bukan? Dentingan musik, irama melodi, derap ritme bahkan dentuman dram butuh dinikmati dengan kritis agar kita tidak terjebak dalam arus perusakan moral dan etika secara softcontact. Tentu, dengan lajur informasi yang semakin canggih dan cepat, siapa pun mudah mendengarkan lagu ini. Jika anak-anak dibawah standar yang menyimak apa jadinya?
Sebenarnya, sudah banyak lagu dari Indonesia pun juga yang kurang layak didengarkan dan menjangkiti anak-anak bangsa meski tak sefenomenal Desapcito. Sebut saja, Hamil Duluan(Tuty Wibowo), Mucikari Cinta(Rimba Mustika), Melanggar Hukum(Moza Kirana), Gak Zaman Punya Pacar Satu(Lolita) dan masih banyak yang lainnya. Deretan lagu yang kurang layak ini sudah sepantasnya tidak mendapat kesempatan tayang di berbagai media karena dapat merusak pola pikir generasi bangsa.