Mohon tunggu...
Imro'ah Ikarini
Imro'ah Ikarini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

seorang wanita, seorang mahasiswa, seorang anak, yang nyambi jadi penulis. @Rien_Ka

Selanjutnya

Tutup

Money

Indonesia Swasembada Susu

20 November 2013   07:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:55 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Susu dikonsumsi oleh seluruh penduduk dunia, seorang manusia yang baru lahir makanan yang pertama dikonsumsi adalah susu. Oleh karena ini, susu menjadi makanan yang penting dan dibutuhkan oleh manusia. Selain itu, susu mengandung vitamin, mineral, protein, lemak, dan beberapa zat gizi penting lainnya yang diperlukan oleh tubuh dan tidak dapat diperoleh dari bahan makanan lain. Konsumsi susu, khususnya susu cair oleh penduduk Indonesia tergolong sangat rendah apabila dibandingkan dengan Negara lain.

Kurangnya konsumsi susu pada penduduk Indonesia selain dikarenakan produksinya yang belum mencukupi dan merata untuk 250 Juta jiwa, juga disebabkan karena harga susu yang jatuh di pasaran itu masih tergolong tinggi. Sehingga ada asumsi yang muncul bahwa, susu itu adalah makanan orang kaya, dan orang miskin minumnya air tajin (air bekas pemasakan beras.red). Pandangan yang salah dan terus berlanjut, inilah yang menjadikan masyarakat kita kurang sadar terhadap pentingnya konsumsi susu. Hal ini perlu diubah, terlebih program pemerintah yang mencanangkan swasembada susu tahun 2020 sudah mulai berjalan, jadi diharapkan produksi susu sapi lokal akan sampai pula ke tangan penduduk lokal.

Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam rangka mensuksesakan Tahun 2020 swasembada susu. Yang pertama adalah dimulai dari petani, bagaimana kita akan memulai program apabila sang penggerak telah kehabisan hampir sebagian bahan bakarnya. Petani kita saat ini sedang mengalami titik kejenuhan. Bagaiamana tidak, harga susu sapi yang mereka jual di Industri Pengolahan Susu (IPS) masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar Rp 4000 tiap liternya. Hal inilah yang menyebabkan petani itu tidak bergairah untuk memelihara sapi perah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi perah, petani harus mengeluarkan banyak uang, belum lagi untuk biaya perawatannya. Apabila pihak terkait khususnya pemerintah tidak segera melakukan tidakan tentu saja petani akan semakin malas.

Namun yang sekarang ini menjadi perhatian khusus adalah harga daging sapi yang melambung tinggi melebihi susu. Di pasaran harga daging sapi bisa mencapai Rp 100.000 tiap kilogramnya. Fenomena ini menyebabkan banyak petani yang lebih memilih untuk menjual daging sapi, sehingga sapi perah yang seharusnya dimanfaatkan susunya justru disembelih untuk diambil dagingnya.

Menurut Ir. Chandra, “ Swasembada susu tahun 2020, memang sulit diwujudkan.” Namun, beliau menambahkan bahwa harapan itu selalu ada, yang dibutuhkan adalah langkah kongkrit dari sumber daya manusia kita dengan cara melihat situasi dan kondisi saat ini sehingga mampu memberikan langkah positif untuk menjadi yang lebih baik.

Ir. Soeharto memberikan beberapa solusi konkrit untuk membantu petani menekan biaya pakan. Beliau memaparkan beberapa pakan ternak yang mudah didapat dan murah harganya, salah satunya adalah dengan memanfaat jerami yang dilakukan proses fermentasi. Hal ini akan menghasilakan pakan yang murah namun berkualitas. Selain itu pakan yang berkualitas juga kan membuat produktivitas ternak semakin meningkat dan hasilnya produksi susu akan lebih banyak. Seorang petani dituntut untuk kreatif agar bisa bersaing dan bertahan dalam kondisi apapun. Pemilik Lembah Hijau Multifarm, sekaligus dosen peternakan Universitas Sebelas Maret Surakarta itu juga mengungkapkan bahwa, sebaiknya petani jangan hanya mengandalkan penjualan susu, namun usahakan juga untuk mampu memproduksi produk olahan susu. Dengan hal itu, keuntungan yang diperoleh akan lebih banyak.

Selain upaya petani, hal ini tentu saja kembali ke pemerintah bagaimana mensejahterakan petani agar lebih bersemangat untuk memelihara sapi perah dan mengasilkan susu. Peningkatan jumlah pejantan unggul yang saat ini sudah mencapai delapan ekor di BPTU, juga harus selalu diupayakan. Selanjutnya, peningkatan harga jual susu di IPS harus segera direalisasikan. Jangan sampai susu impor justru menjadi tamu istimewa di negara kita.

Semoga tujuh tahun yang akan datang seluruh penduduk Indonesia bisa menikmati susu tanpa banyak berfikir tentang daya beli. Dan susu dari Indonesia akan mampu mencerdaskan semua penduduk dunia. Semoga ! [rien]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun